Health / Parenting
Rabu, 17 September 2025 | 07:33 WIB
Ilustrasi alergi makanan anak. [Unsplash]
Baca 10 detik
  • Tidak semua bentol pada anak disebabkan oleh alergi makanan
  • Diagnosis alergi makanan harus disesuaikan dengan jenis reaksinya (cepat atau lambat)
  • Penanganan alergi mencakup hindari alergen, substitusi gizi, dan pemantauan pertumbuhan anak
[batas-kesimpulan]

Suara.com - Dr. Endah Citraresmi, Sp.A, Subsp.A.Im (K), menjelaskan secara mendalam mengenai penyebab, diagnosis, serta penanganan alergi makanan.

Menurutnya, salah satu gejala yang sering menimbulkan kekhawatiran orang tua adalah urtikaria atau bentol-bentol pada kulit anak.

Namun, tidak semua kasus urtikaria disebabkan oleh alergi makanan.

“Gara-gara infeksi, jadi kalau bapak ibu perhatikan, ada anak kalau demam, batuk, kulit bentol, makanan bisa, tapi sebenarnya ngga sering,” jelas Dr. Endah.

Urtikaria merupakan akibat alergi makanan biasanya muncul kurang dari satu jam setelah mengonsumsi makanan tertentu.

Jika paparan makanan penyebab alergi dihentikan, gejala tersebut akan menghilang.

“Jadi kalau kita curiga urtikarianya karena alergi makanan, yaitu kalau memang dia baru mengonsumsi makanan tertentu kurang dari satu jam sebelum munculnya gejala. Lalu jika paparan alerginya dihentikan, urtikarianya pasti menghilang,” terangnya.

Hal ini dijelaskan dalam seminar Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melalui zoom, Selasa (16/9/2025).

Sebaliknya, jika bentol pada kulit berlangsung berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, kemungkinan besar bukan disebabkan oleh alergi makanan.

Baca Juga: Polisi Ringkus 53 Tersangka Rusuh Demo Sulsel, Termasuk 11 Anak di Bawah Umur

“Jadi jangan pikirkan alergi makanan pada anak yang bentolnya sudah berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan,” tegas Dr. Endah.

Diagnosis Alergi Makanan

Untuk menegakkan diagnosis alergi makanan, Dr. Endah menjelaskan bahwa hal pertama yang perlu diperhatikan adalah riwayat reaksi anak setelah mengonsumsi makanan tertentu.

Setelah itu, dokter akan mengklasifikasikan apakah alergi tersebut termasuk:

  • Tipe cepat yang dimediasi oleh IgE (Immunoglobulin E).
  • Tipe lambat yang dimediasi oleh SLT (non-IgE).

“Kalau di mediasi IgE, kita sebenarnya punya cara untuk melakukan tes alergi. Tes alergi ini ada skin prick test, tes kulit, ada pemeriksaan darah IgE spesifik makanan,” jelasnya.

Namun, untuk alergi yang dimediasi oleh SLT atau tipe lambat, tes IgE maupun skin prick test tidak berguna.

“Kalau SLT jangan periksa IgE, jangan periksa SPT, nggak ada gunanya,” tegasnya.

Ilustrasi makanan anak.

Sebagai gantinya, pada tipe lambat dilakukan tes provokasi makanan, yaitu memberikan makanan yang diduga menjadi pemicu alergi secara terstruktur dan terpantau oleh tenaga medis.

“Kalau SLT kita akan melakukan provokasi makanan. Provokasi makanan ini harus terstruktur, dipantau oleh dokter, dan seringkali harus dilakukan di rumah sakit, meskipun ada sebagian yang bisa dilakukan di rumah atas petunjuk dari dokter,” ungkap Dr. Endah.

Tata Laksana Alergi Makanan

Setelah diagnosis alergi makanan terkonfirmasi, langkah selanjutnya adalah tata laksana, yang terdiri dari dua tahap utama:

  • Mengatasi reaksi akut yang muncul setelah terpapar alergen.
  • Menghindari makanan penyebab alergi agar tidak terjadi reaksi berulang.

Dr. Endah menekankan pentingnya penggantian zat gizi agar anak tetap mendapatkan nutrisi yang seimbang meskipun tidak mengonsumsi makanan yang menjadi pemicu alergi.

“Zat gizinya harus disubstitusi. Ini kadang-kadang kita harus konsultasi dengan ahli gizi,” jelasnya.

Selain itu, orang tua juga harus dilatih untuk membaca label kemasan makanan dengan cermat.

“Jangan lupa mengajari pasien harus membaca label kemasan makanan. Kalau di luar negeri ini regulasinya sudah sangat baik, kalau di Indonesia masih sangat longgar, sehingga belum tentu semua makanan yang mengandung alergen ini bisa dideklarasikan,” paparnya.

Tidak hanya itu, Dr. Endah juga mengingatkan soal cross kontaminasi silang saat makan di luar rumah.

Hal ini penting karena makanan yang terlihat aman bisa saja terpapar alergen dari makanan lain selama proses pengolahan.

Pemantauan Pertumbuhan Anak

Karena alergi makanan sering dialami oleh anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak juga sangat penting.

"Karena anak ini sedang dalam masa pertumbuhan, jangan lupa melakukan pemantauan pertumbuhan,” jelasnya.

Menurut Dr. Endah, gangguan pertumbuhan pada anak dengan alergi makanan dapat disebabkan oleh dua faktor utama:

  • Reaksi alergi yang memengaruhi kondisi kesehatan anak.
  • Asupan gizi yang tidak mencukupi akibat penghindaran makanan tertentu tanpa pengganti yang tepat.

Dengan pemahaman yang tepat, orang tua dapat membantu anak menjalani kehidupan yang sehat dan tetap tumbuh optimal meski memiliki alergi makanan.


Reporter: Maylaffayza Adinda Hollaoena

Load More