- Tidak semua bentol pada anak disebabkan oleh alergi makanan
- Diagnosis alergi makanan harus disesuaikan dengan jenis reaksinya (cepat atau lambat)
- Penanganan alergi mencakup hindari alergen, substitusi gizi, dan pemantauan pertumbuhan anak
Suara.com - Dr. Endah Citraresmi, Sp.A, Subsp.A.Im (K), menjelaskan secara mendalam mengenai penyebab, diagnosis, serta penanganan alergi makanan.
Menurutnya, salah satu gejala yang sering menimbulkan kekhawatiran orang tua adalah urtikaria atau bentol-bentol pada kulit anak.
Namun, tidak semua kasus urtikaria disebabkan oleh alergi makanan.
“Gara-gara infeksi, jadi kalau bapak ibu perhatikan, ada anak kalau demam, batuk, kulit bentol, makanan bisa, tapi sebenarnya ngga sering,” jelas Dr. Endah.
Urtikaria merupakan akibat alergi makanan biasanya muncul kurang dari satu jam setelah mengonsumsi makanan tertentu.
Jika paparan makanan penyebab alergi dihentikan, gejala tersebut akan menghilang.
“Jadi kalau kita curiga urtikarianya karena alergi makanan, yaitu kalau memang dia baru mengonsumsi makanan tertentu kurang dari satu jam sebelum munculnya gejala. Lalu jika paparan alerginya dihentikan, urtikarianya pasti menghilang,” terangnya.
Hal ini dijelaskan dalam seminar Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melalui zoom, Selasa (16/9/2025).
Sebaliknya, jika bentol pada kulit berlangsung berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, kemungkinan besar bukan disebabkan oleh alergi makanan.
Baca Juga: Polisi Ringkus 53 Tersangka Rusuh Demo Sulsel, Termasuk 11 Anak di Bawah Umur
“Jadi jangan pikirkan alergi makanan pada anak yang bentolnya sudah berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan,” tegas Dr. Endah.
Diagnosis Alergi Makanan
Untuk menegakkan diagnosis alergi makanan, Dr. Endah menjelaskan bahwa hal pertama yang perlu diperhatikan adalah riwayat reaksi anak setelah mengonsumsi makanan tertentu.
Setelah itu, dokter akan mengklasifikasikan apakah alergi tersebut termasuk:
- Tipe cepat yang dimediasi oleh IgE (Immunoglobulin E).
- Tipe lambat yang dimediasi oleh SLT (non-IgE).
“Kalau di mediasi IgE, kita sebenarnya punya cara untuk melakukan tes alergi. Tes alergi ini ada skin prick test, tes kulit, ada pemeriksaan darah IgE spesifik makanan,” jelasnya.
Namun, untuk alergi yang dimediasi oleh SLT atau tipe lambat, tes IgE maupun skin prick test tidak berguna.
“Kalau SLT jangan periksa IgE, jangan periksa SPT, nggak ada gunanya,” tegasnya.
Sebagai gantinya, pada tipe lambat dilakukan tes provokasi makanan, yaitu memberikan makanan yang diduga menjadi pemicu alergi secara terstruktur dan terpantau oleh tenaga medis.
“Kalau SLT kita akan melakukan provokasi makanan. Provokasi makanan ini harus terstruktur, dipantau oleh dokter, dan seringkali harus dilakukan di rumah sakit, meskipun ada sebagian yang bisa dilakukan di rumah atas petunjuk dari dokter,” ungkap Dr. Endah.
Tata Laksana Alergi Makanan
Setelah diagnosis alergi makanan terkonfirmasi, langkah selanjutnya adalah tata laksana, yang terdiri dari dua tahap utama:
- Mengatasi reaksi akut yang muncul setelah terpapar alergen.
- Menghindari makanan penyebab alergi agar tidak terjadi reaksi berulang.
Dr. Endah menekankan pentingnya penggantian zat gizi agar anak tetap mendapatkan nutrisi yang seimbang meskipun tidak mengonsumsi makanan yang menjadi pemicu alergi.
“Zat gizinya harus disubstitusi. Ini kadang-kadang kita harus konsultasi dengan ahli gizi,” jelasnya.
Selain itu, orang tua juga harus dilatih untuk membaca label kemasan makanan dengan cermat.
“Jangan lupa mengajari pasien harus membaca label kemasan makanan. Kalau di luar negeri ini regulasinya sudah sangat baik, kalau di Indonesia masih sangat longgar, sehingga belum tentu semua makanan yang mengandung alergen ini bisa dideklarasikan,” paparnya.
Tidak hanya itu, Dr. Endah juga mengingatkan soal cross kontaminasi silang saat makan di luar rumah.
Hal ini penting karena makanan yang terlihat aman bisa saja terpapar alergen dari makanan lain selama proses pengolahan.
Pemantauan Pertumbuhan Anak
Karena alergi makanan sering dialami oleh anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak juga sangat penting.
"Karena anak ini sedang dalam masa pertumbuhan, jangan lupa melakukan pemantauan pertumbuhan,” jelasnya.
Menurut Dr. Endah, gangguan pertumbuhan pada anak dengan alergi makanan dapat disebabkan oleh dua faktor utama:
- Reaksi alergi yang memengaruhi kondisi kesehatan anak.
- Asupan gizi yang tidak mencukupi akibat penghindaran makanan tertentu tanpa pengganti yang tepat.
Dengan pemahaman yang tepat, orang tua dapat membantu anak menjalani kehidupan yang sehat dan tetap tumbuh optimal meski memiliki alergi makanan.
Reporter: Maylaffayza Adinda Hollaoena
Berita Terkait
-
Polisi Ringkus 53 Tersangka Rusuh Demo Sulsel, Termasuk 11 Anak di Bawah Umur
-
Heboh Pasangan Sejenis Siksa Anak, Terkuak Sadisnya 'Ayah Juna': Korban Dibacok hingga Tulang Patah!
-
Viral! Kepala Sekolah SMPN 1 Prabumulih Diduga Dicopot Usai Tegur Anak Wali Kota?
-
6 Fakta Kunci Kasus Dugaan Korupsi Tol Cawang-Pluit yang Seret Anak Jusuf Hamka
-
Kepala BNN Beberkan Ciri-Ciri Anak Pengguna Narkoba: Mata Merah hingga Pola Tidur Terbalik
Terpopuler
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Ustaz Khalid Basalamah Terseret Korupsi Kuota Haji: Uang yang Dikembalikan Sitaan atau Sukarela?
-
Belajar dari Cinta Kuya: 5 Cara Atasi Anxiety Attack Saat Dunia Terasa Runtuh
-
Kritik Menkeu Purbaya: Bank Untung Gede Dengan Kasih Kredit di Tempat yang Aman
-
PSSI Diam-diam Kirim Tim ke Arab Saudi: Cegah Trik Licik Jelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Pemain Eropa Telat Gabung, Persiapan Timnas Indonesia Terancam Kacau Jelang Hadapi Arab Saudi
Terkini
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online