Suara.com - Majalah The Economist, salah satu majalah ekonomi terkemuka di dunia, menilai, Joko Widodo merupakan pilihan yang tepat untuk menjadi Presiden Indonesia. Hal itu diungkapkan dalam editorial majalah tersebut.
The Economist menilai, Jokowi menampilkan sesuatu yang baru bagi Indonesia. Jokowi (53 tahun) dianggap sebagai generasi politik pertama yang mencapai tingkat nasional sejak protes massal di akhir 90-an yang membuat Presiden Soeharto jatuh dari tampuk kepemimpinan.
Kehadiran Jokowi di kancah politik merupakan dampak dari otonomi daerah yang meruipakan salah satu sukses yang diraih Indonesia dalam kehidupan berdemokrasi. The Economist menilai Jokowi meraih popularitas karena kompetensinya saat menjadi Wali Kota Solo yaitu berhasil membersihkan pemerintahan.
Selain itu, Jokowi juga mempunyai catatan yang bagus dalam berurusan dengan permasalahan yang dialami kaum jelata, mulai dari kemacetan, sanitasi yang buruk hingga birokrasi yang korup. Selain itu, Jokowi juga lebih nyaman untuk bekerja sama dengan orang Kristen atau minoritas Cina dibandingkan politikus lainnya.
Inilah yang membuat Jokowi dituding sebagai orang Cina, dalam kampanye fitnah yang bergulir selama pemilu presiden. Majalah The Economist juga menilai investor akan lebih mendukung Jokowi untuk menang di pemilu Presiden. Jokowi dinilai paham tentang pentingnya memangkas subsidi dan menigkatkan pendidikan.
Satu-satunya kekhawatiran tentang Jokowi adalah kemampuannya dalam politik tingkat tinggi. Ini karena Jokowi masih belum cukup berpengalaman, pandangannya terkait politik luar negeri juga belum jelas.
Ini yang membuat Prabowo Subianto, capres yang diusung Partai Gerindra mulai mendekati popularitas Jokowi. Sebagai bekas Komandan Kopassus, Prabowo punya catatan yang buruk tentang pelanggaran hak asasi manusia. Pertama di Timor Timur lalu di era reformasi 1998.
Prabowo juga ahli dalam urusan politik uang dan meraih keuntungan karena berteman dengan konglomerat yang mempunyai televisi.
Selain itu, Prabowo juga punya keinginan untuk memutar balik proses demokratisasi di Indonesia. The Economist menulis, apakah Prabowo akan sukses dalam upaya untuk melakukan itu adalah hal lain. Namun, Prabowo tidak boleh diberikan kesempatan untuk mencoba.
Memilih Jokowi adalah sebuah perjudian, mungkin dia akan mengalami kesulitan apabila sudah masuk dalam pemerintahan. Namun, dia berhasil memimpin Jakarta dengan baik dan visinya untuk masa depan lebih baik dibandingkan Prabowo. Karena itu, The Economist menilai, Jokowi adalah pilihan yang tepat untuk Indonesia. (The Economist)
Berita Terkait
-
Roy Suryo Sindir Keras Acara UGM yang Dihadiri Menteri Sepi Peminat: Ini Karma Bela Ijazah Jokowi!
-
Jokowi Ngotot Prabowo-Gibran 2 Periode, Manuver Politik atau Upaya Selamatkan Ijazah Gibran?
-
PPP 'Main Cantik': Tegas Dukung Pemerintahan Prabowo, tapi Ogah Didikte Jokowi soal Pilpres 2029
-
Dipuji Brand Baru, Aksi Jokowi Tiru Gaya Prabowo Gebrak Podium PBB Malah Banjir Cibiran: Penjilat!
-
Gibran Disebut Cawapres Prabowo Lagi di 2029, PSI: Pernyataan Jokowi Powerfull
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Ketum PPP Agus Suparmanto Tegas Akan Tindak Kader yang Abaikan Aspirasi Umat
-
Veronica Tan Apresiasi Program Dua Telur Sehari di Kalteng, Selaras dengan MBG Presiden Prabowo
-
Indef Sebut Tantangan Perbankan Ada di Daya Beli, Bukan Soal Likuiditas
-
5 Fakta Kartu Liputan Wartawan Dicabut Gara-gara Tanya MBG ke Prabowo
-
Kronologi WNI Ditangkap Polisi Jepang Karena Pencurian Tas Seharga Hampir 1 Miliar
-
Aktivis Jogja 'Diculik' Aparat, YLBHI: Ini Penangkapan Ilegal dan Sewenang-wenang!
-
Tak Mau PPP Terbelah, Agus Suparmanto Sebut Klaim Mardiono Cuma Dinamika Biasa
-
Zulhas Umumkan 6 Jurus Atasi Keracunan Massal MBG, Dapur Tak Bersertifikat Wajib Tutup!
-
Boni Hargens: Tim Transformasi Polri Bukan Tandingan, Tapi Bukti Inklusivitas Reformasi
-
Lama Bungkam, Istri Arya Daru Pangayunan Akhirnya Buka Suara: Jangan Framing Negatif