Suara.com - Pertarungan sengit untuk mendapatkan dukungan menjelang pengesahan revisi RUU Pilkada di DPR dinilai telah mempengaruhi cara berpikir Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Joko Widodo-Jusuf Kalla.
"Sekarang, kan Pak Jokowi dan Pak JK sudah tidak sombong lagi. Mereka membuka pintu untuk Koalisi Merah Putih," kata anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Achmad Mubarok kepada suara.com, Rabu (17/9/2014).
Pertarungan tersebut, kata Mubarok, memberikan pelajaran bahwa politik tetap harus realistis.
"Tidak bisa ngomong koalisi tanpa syarat. Harus realistis, harus pandai komunikasi politik," kata Mubarok.
Posisi hari ini, jumlah fraksi maupun kursi pendukung pilkada lewat DPRD masih mendominasi, totalnya 421 kursi. Rinciannya, Fraksi Partai Demokrat memiliki kursi sebanyak 148 buah (26,40 persen), Fraksi Partai Golkar 106 kursi (18,92 persen), Fraksi PKS 57 kursi (10,17 persen), Fraksi PAN 46 kursi (8,21 persen), Fraksi PPP 38 kursi (6,78 persen), dan Fraksi Gerindra 26 kursi (4,64 persen).
Sedangkan fraksi yang mendukung pilkada langsung atau menolak pilkada lewat DPRD hanya berkekuatan 139 kursi. Rinciannya, Fraksi PDI Perjuangan 94 kursi (16,78 persen), Fraksi PKB 28 kursi (5,00 persen), dan Fraksi Hanura 17 kursi (3,04).
Partai Demokrat kabarnya tinggal menunggu perintah Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengubah sikap, menjadi mendukung pilkada langsung.
Menanggapi hal itu, Mubarok hanya mengatakan keputusan Demokrat akan terjadi pada menit-menit terakhir menjelang sidang paripurna DPR.
Bagi Partai Demokrat, kata Mubarok, yang penting periode pemerintahan Jokowi-JK harus melanjutkan periode pemerintahan SBY-Boediono.
"Jangan memulai dari nol, itu akan rugikan bangsa," katanya. "Jangan sombong, kementerian ini diganti, kementerian itu diganti."
Menurut Mubarok, selama sepuluh tahun masa kepemimpinan SBY-Boediono, sudah banyak pembangunan yang dilaksanakan dan tinggal meneruskannya.
"Jangan tiba-tiba diganti, itu tidak bisa, karena susah," kata dia.
Mubarok mengingatkan problem bangsa Indonesia besar, berat, dan rumit. Itu sebabnya, membutuhkan pemikiran yang realistis dan hitungan yang cermat untuk menelurkan kebijakan.
"Jangan bombastis," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Wamenkomdigi: Pemerintah Harus Hadir untuk Memastikan AI Jadi Teknologi yang Bertanggung Jawab
-
Gubernur Riau Jadi Tersangka KPK! Kemendagri Siapkan Pengganti Sementara
-
Pramono Anung Rombak Birokrasi DKI: 1.842 Pejabat Baru, Janji Pelayanan Publik Lebih Baik
-
Gubernur Riau Jadi Tersangka, PKB Proses Status Kader Abdul Wahid Secara Internal
-
Raperda KTR DKI Disahkan! Ini Titik-Titik yang Dilarang untuk Merokok dan Jual Rokok
-
BNN Gerebek Kampung Bahari, 18 Orang Ditangkap di Tengah Perlawanan Sengit Jaringan Narkoba
-
KPK Kejar Korupsi Whoosh! Prabowo Tanggung Utang, Penyelidikan Jalan Terus?
-
Ahli Hukum Nilai Hak Terdakwa Dilanggar dalam Sidang Sengketa Tambang Nikel Halmahera Timur
-
Cak Imin Instruksikan BGN Gunakan Alat dan Bahan Pangan Lokal untuk MBG
-
MRT Siapkan TOD Medan Satria, Bakal Ubah Wajah Timur Jakarta