Suara.com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ternyata mengaku tak nyaman dengan upaya proses hukum oleh penyidik Polri yang mengincar para pimpinan KPK nonaktif dan pemangilan penyidik plus karyawan KPK.
Hal itu diakui Plt Pimpinan KPK Johan Budi di Gedung KPK, Jakarta, Senin (2/3/2015).
Dengan alasan ketidaknyamanan itulah, menurut Johan Budi, yang membuat KPK akhirnya menyerahkan kasus pengusutan Komjen Polisi Budi Gunawan ke Kejaksaan Agung.
"Situasi di KPK akhir-akhir ini sempat tidak nyaman, saya harus bicarakan blak-blakan situasi tidak nyaman itu karena ada panggilan-panggilan yang kemarin bisa dilihat sendiri, karena itu langkah ini (pelimpahan) harus cepat diambil," kata Johan.
Meskipun begitu, menurutnya juga bahwa pelimpahan tersebut bukan juga semata-mata untuk memulihkan kenyamanan saja, tetapi juga karena ada norma hukumnya.
Dia berharap agar dalam peyelesaian proses selanjutnya, pihak yang menerima pelimpahan tersebut tidak keluar dari norma hukum yang ada tersebut.
"Tapi KPK harus firm yang dilakukan sesuai norma-norma hukum bukan keluar dari norma-norma hukum, kesimpulan dilimpahkan perkara ke kejaksaan juga melalui norma-norma hukum," tambahnya.
Untuk mendukung tindakan yang dilakukan oleh KPK tersebut, Deputi Pencegahan tersebut menceritakan kejadian yang persis sama dengan saat ini, meskipun berberda dari segi putusan hakimnya.
Menurutnya, KPK pernah melimpahkan kasus ke Kejaksaan Agung, namun bukan karena adanya hasil putusan Praperadilan.
"Beberapa kali KPK juga melimpahkan perkara ketika perkara yang ditangani KPK bukan dilakukan oleh penyelenggara atau penegak hukum tapi perkaranya memang berbeda, tapi mekanismen ini ada melalui fungsi KPK UU No. 30/2002 yaitu koordinasi dan supervisi, ini tetap berada di norma-norma hukum," tutup Johan.
Di sisi lain, Jaksa Agung HM Prasetyo mengaku kalau proses pelimpahan kasus ke pihaknya tersebut tidak dilakukan secara terburu-buru. Karena menurutnya hal tersebut berfasarkan putusan pengadilan yang bersifat mengikat dan final, dimana KPK tidak berwenang lagi menanganinya.
"Kita tidak mengenal kata terburu-buru, kita juga harus menghormati putusan hakim di pengadilan," kata Prasetyo.
Berita Terkait
-
Geledah Kantor dan Rumah Dinas Bupati Lampung, KPK Sita Uang Ratusan Juta Rupiah
-
Perpol Jabatan Sipil Polri Jadi Bola Panas, Komisi Reformasi Turun Tangan Bahas Polemik
-
KPK Pastikan Perceraian Atalia-RK Tak Hambat Kasus BJB, Sita Aset Tetap Bisa Jalan
-
7 Fakta Kunci Pemeriksaan Gus Yaqut di KPK, Dicecar 9 Jam soal Kuota Haji
-
Soal Polemik Perpol Nomor 10 dan Putusan MK 114, Yusril: Saya Belum Bisa Berpendapat
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
-
Resmi Melantai di Bursa, Saham Superbank Melambung Tinggi
Terkini
-
Kemenbud Resmi Tetapkan 85 Cagar Budaya Peringkat Nasional, Total Jadi 313
-
Bukan Sekadar Viral: Kenapa Tabola Bale dan Tor Monitor Ketua Bisa Menguasai Dunia Maya?
-
Muncul SE Kudeta Gus Yahya dari Kursi Ketum PBNU, Wasekjen: Itu Cacat Hukum!
-
Drone Misterius, Serdadu Diserang: Apa yang Terjadi di Area Tambang Emas Ketapang?
-
Wujudkan Kampung Haji Indonesia, Danantara Akuisisi Hotel Dekat Ka'bah, Ikut Lelang Beli Lahan
-
Banyak Terjebak Praktik Ilegal, KemenPPPA: Korban Kekerasan Seksual Sulit Akses Aborsi Aman
-
Sejarah Baru, Iin Mutmainnah Dilantik Jadi Wali Kota Perempuan Pertama di Jakarta Sejak 2008
-
Yusril Beri 33 Rekomendasi ke 14 Kementerian dan Lembaga, Fokus Tata Kelola Hukum hingga HAM Berat
-
Cerita Polisi Bongkar Kedok Klinik Aborsi di Apartemen Basura Jaktim, Janin Dibuang di Wastafel
-
Telepon Terakhir Anak 9 Tahun: Apa Pemicu Pembunuhan Sadis di Rumah Mewah Cilegon?