Lokasi indekos Deudeuh Alfisahrin di Tebet, Jakarta Selatan. (suara.com/Dian Kusumo Hapsari)
Kuntjoro (57), Ketua RT 7/10 Tebet Timur, Jakarta Selatan, tempat di mana Deudeuh Alfisahrin (29) dibunuh di kamar indekosnya, di Jalan Tebet Utara, 15-C, Nomor 28, mengaku tidak masalah jika harus dicopot dari jabatannya.
Hal itu diutarakan Kuntjoro terutama setelah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) melontarkan ancaman akan mencopot RT maupun RW, apabila tidak benar dalam melakukan pengawasan terhadap warganya.
"Kuncinya kan di RT, RW. Kalau ketahuan tidak bener, ya kita copot. Kan sudah ada Pergubnya," ujar Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, baru-baru ini.
Menanggapi hal itu, Kuntjoro mengaku tidak masalah. Malah sebaliknya, dia merasa justru bagus, karena dirinya tak perlu kerepotan lagi menjadi Ketua RT.
"Saya kalau dicopot (dari RT), kebeneran aja. Kan malah gak capek. Jadi warga aja. Saya rela dan gak masalah kok. Malah mau jadi warga biasa aja," ungkap Ketua RT 7/10 Kelurahan Tebet Timur itu, ketika ditemui Suara.com di kediamannya, Kamis (16/4/2015).
Kuntjoro menceritakan, dirinya sendiri menjadi Ketua RT lantaran hendak mengabdi kepada Indonesia. Bahkan walaupun dia mendapatkan gaji Rp1 juta per bulan, gaji itu pun menurutnya dipergunakan untuk keperluan warganya.
"Saya sebagai pengabdian aja (jadi Ketua RT). Kita gak mesti jadi RT. Ya, kan (kalau) gak jadi RT, kan juga bisa hidup bermasyarakat. Jadi RT saya gak ngajuin kayak di kota-kota yang pingin jadi RT. Kan warga yang milih," jelasnya.
"Saya gak masalah kalau dicopot. Gaji juga kan dari warga kembali ke warga. Tunjangan ada buat operasional, Rp1 juta dibayar tiga bulan sekali. Dipake kegiatan warga, buat konsumsi kalau setiap ada kegiatan," ujar Kuntjoro menambahkan.
Kuntjoro bahkan mengungkapkan jika warga di tempatnya tinggal tidak banyak yang berminat menjadi Ketua RT. Sementara itu, kalau pun nantinya harus diganti, dia meyakini belum tentu akan lebih baik penggantinya.
"Kalau emang diganti juga, belum tentu baik penggantinya. Apalagi di sini gak ada yang mau jadi RT warganya," tuturnya.
Seperti diberitakan, Deudeuh yang di akun Twitter-nya dikenal dengan nama @Tataa_chubby, ditemukan sudah tak bernyawa di dalam kamar indekosnya, pada Sabtu (11/4) sekitar pukul 19.00 WIB. Dia dibunuh dengan cara dicekik, serta leher dijerat kabel dan mulutnya disumpal kaus kaki warna hitam.
Hal itu diutarakan Kuntjoro terutama setelah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) melontarkan ancaman akan mencopot RT maupun RW, apabila tidak benar dalam melakukan pengawasan terhadap warganya.
"Kuncinya kan di RT, RW. Kalau ketahuan tidak bener, ya kita copot. Kan sudah ada Pergubnya," ujar Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, baru-baru ini.
Menanggapi hal itu, Kuntjoro mengaku tidak masalah. Malah sebaliknya, dia merasa justru bagus, karena dirinya tak perlu kerepotan lagi menjadi Ketua RT.
"Saya kalau dicopot (dari RT), kebeneran aja. Kan malah gak capek. Jadi warga aja. Saya rela dan gak masalah kok. Malah mau jadi warga biasa aja," ungkap Ketua RT 7/10 Kelurahan Tebet Timur itu, ketika ditemui Suara.com di kediamannya, Kamis (16/4/2015).
Kuntjoro menceritakan, dirinya sendiri menjadi Ketua RT lantaran hendak mengabdi kepada Indonesia. Bahkan walaupun dia mendapatkan gaji Rp1 juta per bulan, gaji itu pun menurutnya dipergunakan untuk keperluan warganya.
"Saya sebagai pengabdian aja (jadi Ketua RT). Kita gak mesti jadi RT. Ya, kan (kalau) gak jadi RT, kan juga bisa hidup bermasyarakat. Jadi RT saya gak ngajuin kayak di kota-kota yang pingin jadi RT. Kan warga yang milih," jelasnya.
"Saya gak masalah kalau dicopot. Gaji juga kan dari warga kembali ke warga. Tunjangan ada buat operasional, Rp1 juta dibayar tiga bulan sekali. Dipake kegiatan warga, buat konsumsi kalau setiap ada kegiatan," ujar Kuntjoro menambahkan.
Kuntjoro bahkan mengungkapkan jika warga di tempatnya tinggal tidak banyak yang berminat menjadi Ketua RT. Sementara itu, kalau pun nantinya harus diganti, dia meyakini belum tentu akan lebih baik penggantinya.
"Kalau emang diganti juga, belum tentu baik penggantinya. Apalagi di sini gak ada yang mau jadi RT warganya," tuturnya.
Seperti diberitakan, Deudeuh yang di akun Twitter-nya dikenal dengan nama @Tataa_chubby, ditemukan sudah tak bernyawa di dalam kamar indekosnya, pada Sabtu (11/4) sekitar pukul 19.00 WIB. Dia dibunuh dengan cara dicekik, serta leher dijerat kabel dan mulutnya disumpal kaus kaki warna hitam.
Komentar
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Para Gubernur Tolak Mentah-mentah Rencana Pemotongan TKD Menkeu Purbaya
-
Daftar Harga HP Xiaomi Terbaru Oktober 2025: Flagship Mewah hingga Murah Meriah
-
Kepala Daerah 'Gruduk' Kantor Menkeu Purbaya, Katanya Mau Protes
-
Silsilah Bodong Pemain Naturalisasi Malaysia Dibongkar FIFA! Ini Daftar Lengkapnya
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
Terkini
-
Red Notice Masih Dikaji, Riza Chalid dan Jurist Tan Belum Tercatat jadi Buronan Interpol?
-
Imbas Pemotongan Dana Transfer dari Pusat, Pramono Pangkas Kuota Rekrutmen PJLP hingga PPSU
-
Pria Diduga ODGJ Mengamuk di Cilandak, Empat Warga dan RT Jadi Korban Penusukan
-
Demokrat Klarifikasi Video SBY Tak Salami Kapolri di HUT TNI: Sudah Lama Bercengkerama di...
-
KPK Kembali Panggil Eks Bendahara Amphuri, Usai Disorot Soal Pertemuan dengan Gus Yaqut
-
Firdaus Oiwobo Ngamuk, Status Tersangka Dibongkar Hotman Paris, Minta Polisi Gelar Perkara Khusus
-
Pejabat Teras Kemenaker Terseret Kasus Pemerasan, KPK Panggil Kabiro Humas Sunardi Sinaga
-
DJ Panda Terancam Penjara! Kasus Ancaman Erika Carlina Naik Penyidikan, Janin dalam Bahaya?
-
Dewan Pers Bongkar Strategi Bisnis Media Lokal yang Dijamin Sukses di Local Media Summit 2025
-
APBD DKI Dipangkas Rp15 T, Gubernur Pramono: Tunjangan PNS dan PPPK Aman, Tapi...