Suara.com - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj meminta seluruh pengurus NU dari tingkat wilayah, cabang, majelis wakil cabang, hingga ranting untuk menghormati hasil muktamar ke-33 di Jombang, Jawa Timur.
"Muktamar telah selesai, dihadiri oleh para sesepuh, pemilik pesantren, dan juga ulama khos. Kita harus menghormati para ulama sepuh karena NU dibangun untuk wadah para ulama," kata Said Aqil di Jakarta, Senin.
Said Aqil tidak menampik adanya pihak yang tidak puas dengan hasil muktamar. Dia menilai hal semacam itu merupakan sesuatu yang wajar dan nyaris terjadi pada setiap hajatan muktamar, kongres, dan munas suatu organisasi.
Muktamar NU sempat diwarnai protes dan ancaman muktamar tandingan oleh para kubu Salahuddin Wahid alias Gus Sholah, yang didukung Hasyim Muzadi di Pondok Pesantren Tebuireng, Jawa Timur.
Merespon hal itu, Said Aqil mengajak semua pihak untuk melupakan dinamika yang terjadi dalam muktamar dan berpikir ke depan demi kepentingan yang lebih besar.
"Saya hargai perbedaan pendapat, akan tetapi mari kita berpikir jauh ke depan bahwa tantangan ke depan sangat berat. Mari kita bersama-sama untuk menjawab atau menghadapi tantangan internal atau eksternal," kata dia.
Dia yakin warga dan pengurus NU, apalagi para kiai, akan bersikap arif dan bijak dalam menyikapi hasil muktamar serta sadar dengan tantangan yang dihadapi NU ke depan.
"Para kiai, apalagi para pengurus NU, pasti mempunyai hati, bashirah (mata hati), nurani yang bersih, yang tajam. Saya yakin beliau akan merasa bertanggung jawab ikut memiliki NU. NU bukan milik rais aam atau ketua umum. NU kita warisi dari ulama sepuh dan para auliya. Mari kita kedepankan, bahasa spiritualnya, keikhlasan mengabdi kepada Allah melalui NU. Taabud, taqarrub," kata dia.
Said Aqil terpilih sebagai ketua umum PBNU periode 2015-2020 dalam Muktamar ke-33 NU di Jombang pada 6 Agustus lalu. Ini menjadi periode kedua kepemimpinannya dalam organisasi Islam terbesar di Indonesia itu.
Sementara jabatan pemimpin tertinggi NU atau Rais Aam dipegang oleh KH Ma'ruf Amin setelah dipilih oleh sembilan kiai sepuh yang dipercaya muktamirin menjadi "ahlul halli wal aqdi" atau semacam formatur.
Kiai Ma'ruf menduduki jabatan itu menyusul penolakan KH Mustofa Bisri (Gus Mus) mengemban jabatan tersebut. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Sedan Bekas yang Jarang Rewel untuk Orang Tua
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- 5 Sepatu Lari Hoka Diskon 50% di Sports Station, Akhir Tahun Makin Hemat
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman Skechers Buat Jalan-Jalan, Cocok Buat Traveling dan Harian
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
Pilihan
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
Terkini
-
Jurnalisme Masa Depan: Kolaborasi Manusia dan Mesin di Workshop Google AI
-
Suara.com Raih Top Media of The Year 2025 di Seedbacklink Summit
-
147 Ribu Aparat dan Banser Amankan Misa Malam Natal 2025
-
Pratikno di Gereja Katedral Jakarta: Suka Cita Natal Tak akan Berpaling dari Duka Sumatra
-
Kunjungi Gereja-Gereja di Malam Natal, Pramono Anung: Saya Gubernur Semua Agama
-
Pesan Menko Polkam di Malam Natal Katedral: Mari Doakan Korban Bencana Sumatra
-
Syahdu Misa Natal Katedral Jakarta: 10 Ribu Umat Padati Gereja, Panjatkan Doa untuk Sumatra
-
Melanggar Aturan Kehutanan, Perusahaan Tambang Ini Harus Bayar Denda Rp1,2 Triliun
-
Waspadai Ucapan Natal Palsu, BNI Imbau Nasabah Tidak Sembarangan Klik Tautan
-
Bertahan di Tengah Bencana: Apa yang Bisa Dimakan dari Jadup Rp 10 Ribu Sehari?