Presiden Joko Widodo dan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka (Antara)
Wakil Ketua Komisi II DPR dari Fraksi Gerindra Ahmad Riza Patria mengkritisi sikap PDI Perjuangan yang sekarang menjadi yang terdepan dalam mengusulkan kenaikan gaji Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Padahal, katanya, pada zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, PDI Perjuangan getol menolak usulan naik gaji.
"PDI Perjuangan termasuk getol tidak setuju atas kenaikan gaji dan tunjangan Presiden SBY, selama 10 tahun itu," kata Riza kepada Suara.com, Jumat (18/9/2015).
Salah satu Ketua DPP Partai Gerindra mempertanyakan kepada sikap PDI Perjuangan berubah setelah menjadi partai berkuasa atau pemenang pemilu.
"Kenapa sekarang ketika memimpin di eksekutif, PDI Perjuangan berada di depan untuk usulkan kenaikan gaji," kata Riza.
Riza mengatakan saat ini, dimana ekonomi sedang lemah, diperlukan sensitifitas terhadap rakyat kecil.
"Kita harus belajar dari pemimpin dulu, seperti SBY yang tidak naikkan gaji selama 10 tahun. Padahal, waktu itu ekonomi baik, masa sekarang ekonomi sedang turun malah mau dinaikkan," kata Riza.
Usulan kenaikan gaji Kepala Negara yang kabarnya mencapai Rp300 juta rupiah, menurut Riza, sangat berlebihan.
"Seharusnya pejabat mengalokasikan gaji dan tunjangan untuk bantu rakyat, kecil. Bukan sebaliknya," kata Riza.
Riza mengatakan ketika orang memutuskan menjadi pejabat publik, harus siap mental dan siap ekonomi.
"Karena jadi pejabat publik itu pengabdian, bukan untuk cari karir jabatan dan gaji," katanya.
Usulan kenaikan gaji dan tunjangan Kepala Negara, antara lain disampaikan oleh politikus PDI Perjuangan Tagoer Abubakar. Tagoer menilai gaji Presiden tidak signifikan dengan tanggungjawabnya sebagai Kepala Negara.
"Gaji itu diukur berdasarkan tanggung jawab dan kewenangan. Jadi, saya lihat di negeri ini, gaji Presiden hanya Rp62 juta. Sementara itu, gaji direktur utama BUMN dan yang lain Rp200-500 juta," kata Tagoer di DPR, Selasa (15/9/2015).
"PDI Perjuangan termasuk getol tidak setuju atas kenaikan gaji dan tunjangan Presiden SBY, selama 10 tahun itu," kata Riza kepada Suara.com, Jumat (18/9/2015).
Salah satu Ketua DPP Partai Gerindra mempertanyakan kepada sikap PDI Perjuangan berubah setelah menjadi partai berkuasa atau pemenang pemilu.
"Kenapa sekarang ketika memimpin di eksekutif, PDI Perjuangan berada di depan untuk usulkan kenaikan gaji," kata Riza.
Riza mengatakan saat ini, dimana ekonomi sedang lemah, diperlukan sensitifitas terhadap rakyat kecil.
"Kita harus belajar dari pemimpin dulu, seperti SBY yang tidak naikkan gaji selama 10 tahun. Padahal, waktu itu ekonomi baik, masa sekarang ekonomi sedang turun malah mau dinaikkan," kata Riza.
Usulan kenaikan gaji Kepala Negara yang kabarnya mencapai Rp300 juta rupiah, menurut Riza, sangat berlebihan.
"Seharusnya pejabat mengalokasikan gaji dan tunjangan untuk bantu rakyat, kecil. Bukan sebaliknya," kata Riza.
Riza mengatakan ketika orang memutuskan menjadi pejabat publik, harus siap mental dan siap ekonomi.
"Karena jadi pejabat publik itu pengabdian, bukan untuk cari karir jabatan dan gaji," katanya.
Usulan kenaikan gaji dan tunjangan Kepala Negara, antara lain disampaikan oleh politikus PDI Perjuangan Tagoer Abubakar. Tagoer menilai gaji Presiden tidak signifikan dengan tanggungjawabnya sebagai Kepala Negara.
"Gaji itu diukur berdasarkan tanggung jawab dan kewenangan. Jadi, saya lihat di negeri ini, gaji Presiden hanya Rp62 juta. Sementara itu, gaji direktur utama BUMN dan yang lain Rp200-500 juta," kata Tagoer di DPR, Selasa (15/9/2015).
Suara.com - BERITA MENARIK LAINNYA:
Tak Bijak Usul Gaji Presiden Naik Saat Rakyat Sulit Cari Makan
Masinton: Gaji Presiden Seharusnya Skeitar Rp200 juta
Ahok akan Gratiskan Pekerja Gaji di Bawah UMP Naik Transjakarta
17 Orang Dihukum Cambuk di Aceh, Begini Prosesnya
Tak Kunjung Ceraikan Istri, Alat Vital Digunting Pacar Gelap
Tag
Komentar
Berita Terkait
-
Said Didu Meradang, Gaji Komisaris BUMN Tembus Rp2 Miliar, Melebihi Presiden!
-
Presiden Korea Baru Lee Jae Myung Dapat Gaji Rp 3,2 Miliar dan Fasilitas Mewah
-
Silaturahmi Lebaran ke Besan, Iriana Tampil Anggun Tenteng Tas Seharga 4 Kali Gaji Presiden Jokowi
-
Gaji Presiden Rp 63 Juta, Dana Kampanye Rp 8 Triliun, Bisa Balik Modal?
-
Diperebutkan Ganjar, Prabowo, hingga Anies, Berapa Gaji dan Tunjangan Presiden?
Terpopuler
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Bukan Akira Nishino, 2 Calon Pelatih Timnas Indonesia dari Asia
- Diisukan Cerai, Hamish Daud Sempat Ungkap soal Sifat Raisa yang Tak Banyak Orang Tahu
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
Pilihan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
-
Heboh Kasus Ponpes Ditagih PBB hingga Diancam Garis Polisi, Menkeu Purbaya Bakal Lakukan Ini
-
Makna Mendalam 'Usai di Sini', Viral Lagi karena Gugatan Cerai Raisa ke Hamish Daud
-
Emil Audero Akhirnya Buka Suara: Rasanya Menyakitkan!
-
KDM Sebut Dana Pemda Jabar di Giro, Menkeu Purbaya: Lebih Rugi, BPK Nanti Periksa!
Terkini
-
Pakar Pendidikan: Bahasa Portugis Lebih Tepat Jadi Ekstrakurikuler, Bukan Mata Pelajaran Wajib
-
KPK Ungkap Peran Tersangka dari Korupsi Kemenag: Keluarkan Diskresi Pembagian Kuota Haji!
-
Lapor Polisi soal Chat WA Misterius, Ini Teror-teror 'Ngeri' Bikin Istri Gus Yazid Trauma
-
Dua Begal Bersenpi Diamuk Massa di Tambora, Warga Ikut Terluka Kena Pantulan Peluru!
-
Sambangi Kantor BPK, Dedi Mulyadi Cek Alur Kas Pemprov Jabar Sudah Benar atau Tidak
-
Ganti Dana Otsus, Walkot Sabang Usul Legalkan Ganja di Aceh: Kalau di Sini Dijual Pasti Laku Keras
-
Sudah Lama Jadi Tersangka, KPK Panggil Sekjen DPR RI Indra Iskandar Kasus Korupsi Rumah Jabatan
-
Dor...! Lepaskan Tembakan saat Diamuk Warga di Tambora, 2 Pelaku Begal Senpi Kritis
-
Krisis Lahan, 11 TPU di Jakarta Ini Masih Terima Pembuatan Makam Baru
-
Dikira Dilempar Batu, Rumah Warga di Cengkareng Jakbar Terkena Peluru Nyasar