Suara.com - Arab Saudi akhirnya memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran pada hari Minggu (3/1/2015) menyusul penyerbuan demonstran Iran ke kedutaan besar Arab Saudi di Teheran. Penyerbuan dipicu eksekusi mati seorang ulama Syiah Iran oleh Pemerintah Arab Saudi.
Demonstran menyerbu kedutaan besar Arab Saudi pada Minggu pagi. Sementara itu, Pemimpin Agung Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan bahwa Iran layak memperoleh "balasan dari yang Maha Kuasa" atas eksekusi Sheikh Nimr al-Nimr, ulama Syiah yang dikenal sebagai pengkritik keluarga kerajaan Arab Saudi.
Dalam 2 dekade terakhir, hubungan kedua negara mengalami pasang-surut. Berikut ini adalah beberapa peristiwa yang memicu ketegangan diantara kedua negara, juga masa-masa di mana keduanya menjalin hubungan baik.
1987 - Mekkah
Hubungan Arab Saudi dan Iran memanas pada Juli 1987 saat 402 jemaah haji, di mana 275 diantaranya berasal dari Iran, tewas dalam bentrokan yang terjadi di Mekkah.
Demonstran memadati jalanan Teheran, menduduki kedutaan Arab Saudi dan membakar kedutaan Kuwait. Seorang diplomat Arab Saudi tewas akibat luka parah setelah jatuh dari jendela kedutaan. Arab Saudi menuduh Iran menunda evakuasi sang diplomat ke rumah sakit di Arab.
Hubungan diplomatik negara pun diputus oleh penguasa Arab Saudi kala itu, Raja Fahd, pada bulan April 1988.
1999 - Masa damai
Raja Fahd memberi selamat atas terpilihnya Presiden Mohammad Khatami dalam pilpres tahun 2001. Khatami, seorang ulama Syiah, membangun kembali hubungan dengan Arab Saudi sejak kemenangan perdananya sebagai presiden pada tahun 1997.
Khatami mengunjungi Arab Saudi pada tahun 1999. Kunjungan itu menjadi kunjungan pertama seorang Presiden Iran sejak terjadinya Revolusi Iran pada tahun 1979. Kedua negara menandatangi sebuah pakta keamanan pada April 2001 untuk membangun hubungan lebih baik.
2003 - Persaingan kawasan
Invasi AS yang menjatuhkan Saddam Hussein di Irak mendorong penduduk Irak yang mayoritas beragama Islam Syiah untuk mengarahkan haluan politiknya terhadap Iran.
Program energi nuklir Iran membuat Arab Saudi takut bahwa di bawah kepemimpinan Presiden Mahmoud Ahmadinejad, Iran akan mendominasi kawasan Teluk dan mendongkrak populasi Syiah.
Arab Saudi mengatakan kepada seorang utusan Iran pada bulan Januari 2007 bahwa Iran membuat kawasan Teluk dalam bahaya.
2011 - Arab Spring
Arab Saudi mengirim pasukan untuk membantu Bahrain melawan protes pro-demokrasi, karena takut kaum oposisi yang sebagian besar terdiri atas Syiah akan merapat ke Iran. Arab Saudi dan Bahrain kemudian menuding Iran memicu kekerasan terhadap polisi Bahrain.
Kawat diplomatik AS yang dirilis oleh WikiLeaks menunjukkan bahwa para pemimpin Arab Saudi, termasuk Raja Abdullah, mendesak AS untuk melakukan kebijakan keras terhadap Iran terkait program nuklirnya, termasuk kemungkinan penggunaan kekuatan militer.
Arab Saudi menuding beberapa tokoh Syiah yang tinggal di Provinsi Timur, termasuk Nimr, bekerjasama dengan asing, yang adalah Iran, untuk menanamkan benih perpecahan setelah bentrokan antara polisi dengan warga Syiah.
AS mengklaim telah mengungkap sebuah rencana Iran untuk membunuh duta besar Arab Saudi untuk AS. Arab Saudi mengaku terkejut dengan hal tersebut dan mengatakan bahwa Iran akan membayar mahal.
2012 - Perang Proksi
Arab Saudi menjadi pendukung utama pemberontakan untuk menumbangkan sekutu Iran, yakni Presiden Bashar al-Assad di Suriah. Arab Saudi menuding Assad melakukan pembersihan etnis dan Iran dituding pula menjadi kekuasaan yang mempengaruhi Suriah. Sementara itu, Iran menuding Arab Saudi membekingi "teorisme".
Bulan Maret 2015, Arab Saudi memulai kampanye militer di Yaman untuk menghentikan kaum Houthi, sekutu Iran, untuk naik ke kekuasaan. Arab Saudi menuding Iran memanfaatkan milisi untuk melakukan kudeta. Iran menuduh serangan udara yang dilancarkan Arab Saudi menyasar warga sipil. (Reuters)
Tag
Berita Terkait
-
Hasil Tenis ITF M15: Rifqi Fitriadi Melaju ke Perempat Final ITF M15 Kuala Lumpur
-
Kebijakan Nyeleneh Trump Bisa Gagalkan Haiti dan Iran Main di Piala Dunia 2026?
-
2 Negara yang Pernah Dikalahkan Timnas Indonesia Justru Berhasil Lolos ke Piala Dunia 2026
-
Arab Saudi Tawarkan Pengalaman Wisata Baru: Dari Kekayaan Budaya hingga Hiburan Kelas Dunia
-
KPK Usut Korupsi Kuota Haji Langsung ke Arab Saudi, Apa yang Sebenarnya Dicari?
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Lapor ke Mana Pun Tak Direspons, Kisah Wanita Korban Eksibisionisme yang Ditolong Damkar Benhil
-
Brasil Minta Duit Miliaran Dolar Buat Jaga Hutan, tapi Izin Tambang Jalan Terus
-
Korupsi Tax Amnesty: Kejagung Sebut Periksa Sejumlah Nama Sebelum Pencekalan, Termasuk Bos Djarum?
-
Anggaran Bantuan Hukum Warga Miskin di Jember Mengalami Penurunan
-
Detik-detik Tembok Sekolah di Palmerah Roboh: Udah Goyah, Lari Selamatkan Diri dari Api
-
Kementerian HAM Akan Kumpulkan Seluruh Data Hak Asasi Manusia Lewat Platform Ini
-
Ngeri! Cekcok di RS Duta Indah Berujung Petaka, Wanita Dihajar Mantan Suami Sampai Gigi Rontok
-
KPK Kembalikan Aset Korupsi Taspen, Anggota DPR: Ini Harus Jadi Standar Penyelesaian Kasus
-
Jejak Intelektual Dwinanda Linchia Levi: Dosen Brilian Untag yang Tewas Misterius di Hotel
-
Roy Suryo 'Disikat' Polisi, Dicekal ke Luar Negeri Malah Cuma Senyum: Misi di Australia Beres!