Suara.com - Para pejabat angkatan udara dan insinyur Boeing telah memulai proses penggantian Air Force One, pesawat legendaris yang membawa presiden Amerika Serikat beserta rombongannya ke penjuru dunia.
Pentagon pada minggu lalu menyetujui yang pertama dari serangkaian kontrak dengan Boeing, perusahaan pesawat raksasa yang dipilih untuk mengubah dua unit pesawat jumbo jet 747-8 mereka menjadi pusat komando yang sangat mutakhir dan mewah.
Kontrak yang pertama bernilai cukup kecil yaitu sebesar 25,7 juta dolar Amerika (sekitar 354 miliar rupiah) yaitu agar Boeing mencari penghematan biaya dan mendapatkan pandangan yang lebih baik dari tugas besar yang ditanganinya, pihak AU mengatakan.
Air Force One merupakan sebuah simbol kekuatan Amerika Serikat.
Pesawat berwarna biru muda dan putih yang megah itu memiliki tulisan "United States of America" yang tertera di badan pesawat dan bendera Amerika yang besar terpampang di sayap ekor pesawat itu.
Namun pesawat bertingkat 747-200 saat ini yang dipesan pertama kali oleh Ronald Reagan dan mulai digunakan pada 1990 itu mulai menua.
Suku cadang semakin sulit untuk didapatkan dan pesawat besar itu membutuhkan waktu lebih lama saat diperbaiki.
Pihak AU pada Januari tahun lalu mengumumkan bahwa mereka telah menunjuk Boeing untuk membangun pesawat yang baru, namun melengkapi pesawat bertingkat yang lebar itu untuk tugas demikian merupakan sebuah usaha yang rumit.
Jumlah biaya untuk membeli dan mengubah kedua pesawat itu tidak diketahui, namun pihak AU telah meminta sebesar 3 miliar dolar Amerika selama lima tahun untuk program tersebut. Pekerjaan itu seharusnya rampung pada 2024.
"Kami berfokus untuk memastikan program ini sesuai dengan dana," ujar Kolonel Amy McCain, manajer program Rekapitalisasi Pesawat Kepresidenan.
"Kontrak ini memulai kami untuk menentukan bagaimana memodifikasi sebuah pesawat 747-8 untuk menjadi Air Force One berikutnya, dan menemukan kesempatan untuk menghemat biaya melalui pemilihan kebutuhan yang rinci," tambahnya.
180.000 dolar per jam Pesawat yang baru tidak diragukan lagi akan sangat berbeda dengan Air Force One saat ini, meskipun pihak AU belum berkata banyak mengenai spesifikasinya.
Air Force One menghabiskan biaya sekitar 180.000 dolar Amerika per jam untuk terbang dan memfasilitasi presiden dengan ruangan kantor yang luas, sebuah ruang pertemuan dan pusat kesehatan yang bahkan dapat diubah menjadi sebuah teater.
Pesawat itu juga harus membawa agen dinas rahasia yang melindungi presiden, begitu pula para penasihat dan jurnalis yang mengikutinya kemanapun dia terbang. Dapur di dalamnya dapat melayani hingga 100 orang secara bersamaan.
Air Force One dilengkapi dengan teknologi komunikasi tercanggih, yang mengizinkan presiden untuk terus bekerja dimanapun dia berada meskipun jika Amerika Serikat berada di bawah serangan.
Pesawat tersebut juga membawa sejumlah teknologi pertahanan termasuk pencegahan elektronik dan suar anti-misil. Dan itu juga dapat melakukan pengisian bahan bakar pada saat terbang yang membuatnya dapat terbang selama berhari-hari.
Pesawat yang baru akan memiliki mesin sangat kuat yang akan mendorong pesawat ke batas kecepatsn duara dengan kecepatan Mach 0,92, lebih cepat dari pesawat 747-200 yang digunakan saat ini.
Meskipun demikian, tidak akan ada sebuah kapsul melarikan diri seperti yang diperlihatkan dalam sebuah film berjudul "Air Force One" dimana Harrison Ford menjadi presiden dalam film itu.
Kegagalan Marine One Pengumuman kontrak pertama dengan Boeing menggambarkan keinginan para pejabat untuk melangkah berhati-hati dan menghindari biaya yang membesar.
Sebuah proyek untuk menggantikan sejumlah helikopter Marine One yang membawa presiden terbukti sebagai sebuah pelajaran.
Pada 2009, Barack Obama menghentikan pengembangan dan pembelian 28 unit helikopter baru yang dipesan pada 2005, setelah biayanya membengkak hingga 11,5 juta dolar Amerika.
Dari sejumlah spesifikasi desain yang ditolak Obama adalah pemasangan fasilitas dapur anti serangan nuklir.
"Jika Amerika Serikat berada di bawah serangan nuklir, hal terakhir yang saya pikirkan adalah mengambil sebuah kudapan," Obama menyindir.
Obama juga mengatakan bahwa fasilitas yang akan sangat dia rindukan saat masa jabatannya berakhir adalah Air Force One.
"Sebuah pesawat yang hebat dengan awak yang hebat, mereka mengosongkan wilayah udara jadi anda tidak perlu menunggu. Dan anda akan mendarat dan terbang kapan pun," ujarnya kepada sebuah majalah pada November. (Antara)
Berita Terkait
-
Siapa Charlie Kirk? Aktivis dan Sekutu Donald Trump Tewas Ditembak saat Debat "Prove Me Wrong"
-
Trump Siaga! Dua Kapal Selam Dikerahkan ke Rusia Usai Medvedev Ancam Perang
-
Tawa Prabowo dan Telepon Trump: Babak Baru Perdagangan atau Kemenangan yang Harus Dibayar Mahal?
-
Rahasia di Balik Tawa Prabowo Saat Telepon Trump: Apa yang Dibicarakan? Pengumuman Penting Segera!
-
Utang Amerika Serikat Tembus Rp48.900 Triliun, Ini Penyebabnya
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO