Koalisi Keberagaman Penyiaran Indonesia mendatangi gedung Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Selasa (1/3/2016) siang. [suara.com/Nikolaus Tolen]
Surat edaran Komisi Penyiaran Indonesia nomor 203/K/KPI/02/16 yang berisi seruan kepada media televisi dan radio agar jangan menyiarkan tayangan yang mengampanyekan lesbian, gay, biseksual, dan transgender terus menuai protes.
Hari ini, Koalisi Keberagaman Penyiaran Indonesia mendatangi gedung KPI di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, untuk menyampaikan aspirasi.
Salah satu anggota dari koalisi, Ririn, mengatakan tidak terima dengan seruan KPI. Dia memprotes anggota KPI Sujarwanto Rahmat Arifin ketika menerima kedatangan koalisi di lobi gedung.
"Maaf nama mas siapa ya? Oh, iya, Mas Rahmat. Mas Rahmat pakai gelang yang sama dengan ibu saya, saya bisa katakan anda adalah perempuan, saya juga tadi pagi bertemu dengan Mas Bekti, dia berambut panjang, saya bisa panggil dia mbak karena rambutnya yang panjang. Jangan hanya melihat tampilan fisik seseorang, tetapi yang perlu diingat adalah esensinya," kata Ririn.
Tidak hanya sampai di situ, ketika Rahmat merespon dengan mengatakan KPI akan tetap istikhoma dengan aturan yang ada. Artinya, surat edaran yang telah dikeluarkan KPI akan tetap berlaktu karena sudah sesuai dengan konstitusi dan atas dasar masukan publik.
"Apa itu istikhoma, itu Bahasa Indonesia bukan. Gunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dong, Ini bukan Arab, ini Indonesia," kata Ririn.
Setelah diprotes, Rahmat menjelaskan maksudnya mengatakan istikhoma.
"Istikhoma itu maksudnya konsisten, kita akan terus konsisten dengan aturan yang ada, tapi karena ada masukan pada hari ini, maka itu akan kita bawa ke rapat pleno kita nanti," kata Rahmat.
Koalisi mendatangi gedung KPI untuk meminta lembaga ini mencabut surat edaran agar TV dan radio tak menayangkan siaran berbau promosi LGBT.
Koalisi menilai langkah KPI sama artinya mendiskriminasi kalangan LGBT dan tidak menghormati hak asasi manusia.
Hari ini, Koalisi Keberagaman Penyiaran Indonesia mendatangi gedung KPI di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, untuk menyampaikan aspirasi.
Salah satu anggota dari koalisi, Ririn, mengatakan tidak terima dengan seruan KPI. Dia memprotes anggota KPI Sujarwanto Rahmat Arifin ketika menerima kedatangan koalisi di lobi gedung.
"Maaf nama mas siapa ya? Oh, iya, Mas Rahmat. Mas Rahmat pakai gelang yang sama dengan ibu saya, saya bisa katakan anda adalah perempuan, saya juga tadi pagi bertemu dengan Mas Bekti, dia berambut panjang, saya bisa panggil dia mbak karena rambutnya yang panjang. Jangan hanya melihat tampilan fisik seseorang, tetapi yang perlu diingat adalah esensinya," kata Ririn.
Tidak hanya sampai di situ, ketika Rahmat merespon dengan mengatakan KPI akan tetap istikhoma dengan aturan yang ada. Artinya, surat edaran yang telah dikeluarkan KPI akan tetap berlaktu karena sudah sesuai dengan konstitusi dan atas dasar masukan publik.
"Apa itu istikhoma, itu Bahasa Indonesia bukan. Gunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dong, Ini bukan Arab, ini Indonesia," kata Ririn.
Setelah diprotes, Rahmat menjelaskan maksudnya mengatakan istikhoma.
"Istikhoma itu maksudnya konsisten, kita akan terus konsisten dengan aturan yang ada, tapi karena ada masukan pada hari ini, maka itu akan kita bawa ke rapat pleno kita nanti," kata Rahmat.
Koalisi mendatangi gedung KPI untuk meminta lembaga ini mencabut surat edaran agar TV dan radio tak menayangkan siaran berbau promosi LGBT.
Koalisi menilai langkah KPI sama artinya mendiskriminasi kalangan LGBT dan tidak menghormati hak asasi manusia.
Komentar
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
Terkini
-
Lebih 'Merdeka' di Balai Kota, Pramono Anung Blak-blakan: Jujur, Enak Jadi Gubernur
-
Fraksi Partai Nasdem Dukung Pilkada Lewat DPRD: Sesuai Konstitusi dan Pancasila
-
DPR Desak KPK Jelaskan Penghentian Penyelidikan Kasus Aswad Sulaiman Secara Transparan
-
Hadapi Tantangan Geografis, Pendidikan dan Kesejahteraan Anak di Maluku Utara Jadi Fokus
-
AMAN Catat Konflik 202 Ribu Hektare Wilayah Adat Bengkulu Sepanjang 2025
-
Harapan Publik Tinggi, KPK Tegaskan Penghentian Kasus Aswad Sulaiman Berbasis Alat Bukti
-
Rentetan Kecelakaan Kerja di Galangan PT ASL Shipyard Kembali Terjadi, Polisi Turun Tangan
-
Viral Sekelompok Orang Diduga Berzikir di Candi Prambanan, Pengelola Buka Suara
-
Bahlil Lahadalia Jamu Cak Imin dan Zulhas Hingga Dasco di Kediamannya, Bahas Apa?
-
Tak Bisa Beli Roti Gegara Cuma Punya Uang Tunai: Kenapa Toko Lebih Suka Cashless?