Suara.com - Penyebaran anti lebian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di Indonesia mendorong aktivis pembela LGBT dan kelompok LGBT membentuk Hari Solidaritas LGBTIQ Nasional. Peringatan ini sudah berjalan selama 15 tahun.
Hari Solidaritas LGBTIQ Nasional telah dideklarasikan organiasi Indonesian Gay Society (IGS) di Yogyakarta 17 Maret 2000 lalu. Deklarasi itu dilakukan di Lembaga Indonesia-Perancis, Yogyakarta.
"Deklarasi ini digelar dalam sebuah acara sederhana namun meriah yang dihadiri oleh sekitar 100 gay, lesbian dan kawan-kawan simpatisan dari berbagai kalangan. Tanggal 1 Maret diambil karena pada tanggal tersebut di 1982 berdirilah organisasi gay pertama di Indonesia, Lambda Indonesia," kata Aktivis Gay senior, Dede Oetomo kepada suara.com, Minggu (28/2/2016).
Sebelum Lambda Indonesia sebenarnya sudah berdiri berbagai organisasi wadam/waria. Yang pertama, cerita Dede, Himpunan Wadam Djakarta (HIWAD). HIWAD berdiri tahun 1973.
"Namun sepengetahuan kami tidak ada yang tahu tanggal berapa organisasi ini didirikan," jelas dia.
Kata Dede, kata "solidaritas" di pakai karena IGS memandang perjuangan emansipasi waria, gay dan lesbian membuka kesempatan seluas-luasnya kepada pihak yang simpatik untuk ikut bergabung. Pemilihan Lembaga Indonesia-Perancis mengikuti preseden perayaan Gay Pride 1999 di Pusat Kebudayaan Perancis Surabaya.
"Kiranya pihak Perancis melihat perjuangan pembebasan kaum LGBTIQ sebagai kelanjutan Revolusi Perancis yang bermotto “Kebebasan, Persamaan dan Persaudaraan” itu," kata dia.
Pada perayaan pertama hari 'Solidaritas Gay dan Lesbian Nasional' tersebut juga dibacakan pernyataan IGS. Puncak acaranya penyerahan IGS Award kepada Partai Rakyat Demokratik (PRD). PRD saat itu berkomitmen tegas terhadap demokratisasi di segala bidang, termasuk hak-hak sosial budaya kaum LGBTIQ.
Hari Solidaritas LGBTIQ Nasional mendorong masyarakat peduli dan menghormati kesetaraan total semua manusia. Termasuk yang berbeda orientasi seksual, identitas dan ekspresi gender, serta sifat-sifat seks-nya
"Memperingati Hari Solidaritas ini dengan melakukan sesuatu, bagaimanapun kecilnya dan apa pun caranya, untuk terus menciptakan dunia yang lebih baik bagi semua orang, termasuk LGBTIQ," jelas Dede.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Seskab Teddy Respons Pihak yang Bandingkan Penanganan Bencana: Tiap Bencana Punya Tantangan Sendiri
-
Saat Orasi Membakar Semangat, PKL Raup Cuan di Tengah Demo Buruh Tolak Kenaikan UMP 2026
-
Pemerintah Kaji Program Work from Mal, APBI Sebut Sejalan dengan Tren Kerja Fleksibel
-
KSAD Bongkar Ada Upaya Sabotase, Lepas Baut Jembatan Bailey di Wilayah Bencana
-
Lebih Rendah dari Bekasi dan Karawang, Buruh Desak Pramono Anung Revisi UMP Jakarta
-
Panglima TNI Respons Pengibaran Bendera GAM: Jangan Ganggu Pemulihan Bencana
-
Said Iqbal Protes Polisi Blokade Aksi Buruh ke Istana, Singgung Cara Militeristik
-
Setuju Bantuan Asing Masuk, Hasto: Kemanusiaan Bersifat Universal
-
Rakernas PDIP Januari 2026, Hasto: Lingkungan dan Moratorium Hutan Akan Dibahas
-
Kasus Izin Tambang Nikel Konawe Utara Dihentikan, Ini Penjelasan KPK