Suara.com - Para nelayan tradisional tetap menentang keras proyek reklamasi di kawasan Teluk Jakarta, sebab selain merusak lingkungan, mata pencarian mereka untuk menghidupi keluarganya hilang.
Nur Syaifuddin, salah satu nelayan yang tergabung dalam Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) menantang Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang menyatakan tidak ada ikan di kawasan tersebut.
Dia memastikan di kawasan laut Muara Angke, Jakarta Utara masih ada ikannya. Justru ikan di sana berkurang akibat proyek reklamasi.
"Siapa bilang di sana tidak ada ikannya. Saya berani taruhan dengan Ahok yang mengatakan tidak ada ikan disana. Silahkan Ahok ke sana lihat, kalau ada ikan tangkapan berani gak dia menyatakan ke publik bahwa dia salah," kata Syaifuddin kepada wartawan di kantor LBH Jakarta, Selasa (19/4/2016).
Dalam kesempatan itu, bersama rekan-rekannya sesama nelayan, Syaifuddin membawa ikan hasil tangkapan di kawasan Teluk Jakarta. Ia pun menunjukkan hasil ikan tangkapan, meski hasil tangkapannya berkurang setelah ada proyek reklamasi.
"Saya pastikan ikan ini asli hasil tangkapan di pulau G Teluk Jakarta. Pernyataan Gubernur Ahok kemarin (tidak ada ikan) itu ngaco," tandas dia.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Komunitas Nelayan Tradisional (KNT) Iwan, menyambut baik sikap pemerintah pusat atas pemberhentian sementara pembangunan Pulau G dalam rangka reklamasi. Namun ia meminta proyek itu dihentikan untuk selamanya, bukan sementara.
"Kami senang sekali jika proyek ini dihentikan. Tapi harusnya jangan sementara, kalau bisa selamanya karena itu laut untuk rakyat, nelayan bukan milik pengembang. Kalau laut itu diurug, bagaimana dengan kami nelayan," ujar dia.
Dia memandang bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Ahok tidak mengedepankan kepentingan masyarakat bawah. Ahok dinilai hanya melayani kepentingan pengusaha besar.
"Jika reklamasi itu dilanjutkan berarti pemerintah ingin membumi hanguskan nelayan," ucap dia.
Mereka pun menentang rencana Ahok yang akan memindahkan nelayan ke salah satu pulau.
"Kami kan cari ikannya di pesisir Teluk Jakarta. Hidup mati kami di sana, sekarang di suruh pindah ke pulau lain itu namaya membunuh pelan-pelan nelayan," kata dia.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- 7 HP Samsung Seri A Turun Harga hingga Rp 1 Jutaan, Mana yang Paling Worth It?
Pilihan
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
-
29 Unit Usaha Syariah Mau Spin Off, Ini Bocorannya
Terkini
-
Badan Gizi Nasional Dorong UMKM dan Masyarakat Lokal Jadi Tulang Punggung Program MBG
-
58 Layanan Masyarakat Diusulkan Dicoret dari Keterlibatan Polri, Ada Pembuatan SIM Hingga SKCK
-
Anggota DPR Dorong Satgas Pascabencana Sumatera Bekerja Cepat: Jangan Sekadar Rapat!
-
Jakarta Kebakaran Lagi, 10 Warung di Kalideres Ludes Terbakar
-
Pemprov Aceh Surati PBB Minta Bantuan, Komisi II DPR: Tak Usah Diperdebatkan
-
Terungkap, Ada Nama Kakak Najwa Shihab di Grup Mas Menteri Core Team Nadiem Makarim
-
Gubsu Bobby Nasution: Pemerintah Pusat Sangat Membantu Pemulihan Pascabencana
-
Pemprov Aceh Minta Bantuan PBB, Nasir Djamil: Bukan Berarti Pusat Tak Sanggup, Ini Misi Kemanusiaan
-
Kuasa Hukum Kerry Sebut Tak Ada Dakwaan Soal Pengoplosan BBM di Kasus Pertamina
-
Cirebon Dipilih Jadi Titik Strategis Siaga SPKLU PLN Saat Nataru