Suara.com - Pendatang anak-anak di Prancis utara dipaksa melakukan kejahatan dan pelacuran setiap hari untuk mendapatkan tempat tinggal di kampung pendatang atau dijanjikan pindah ke Inggris, kata lembaga anak-anak PBB UNICEF pada Kamis.
UNICEF mengatakan bahwa eksploitasi seksual, kekerasan dan kerja paksa menjadi ancaman, sering ditujukan kepada anak-anak yang bepergian sendiri, dan mendesak pihak berwenang melakukan hal lebih demi melindungi mereka.
"Kami mengerti bahwa itu permasalahan lebih dari satu dasawarsa namun itu menjadi lebih besar dan parah pada tahun lalu dengan peningkatan krisis pengungsi global," kata Melanie Teff, pengacara penting kemanusiaan dan penasihat kebijakan UNICEF Inggris.
"Kami mendengar sejumlah kisah menyedihkan tentang beberapa perempuan anak-anak yang dibayar 5,6 dolar Amerika Serikat untuk melakukan tindakan seksual demi masuk ke dalam kampung itu atau untuk mulai membiayai perjalanannya menuju Inggris," kata dia kepada Thomson Reuters Foundation.
Dari sekitar 206.200 orang yang tiba di Eropa lewat jalur laut pada tahun ini pada 4 Juni, satu dari tiga orang merupakan anak-anak. UNICEF mengatakan pada Selasa, mengutip data dari lembaga pengungsi PBB.
Banyak yang berakhir di sejumlah kamp seperti di sebuah kota yang disebut dengan "Hutan" yang terletak di luar pelabuhan utara Prancis, Calais.
UNICEF mengatakan, bahwa terdapat sekitar 500 orang anak-anak tanpa pengawasan yang tinggal di tujuh kamp di pantai utara Perancis, termasuk di Calais dan Dunkirk. Sekitar 2.000 orang anak-anak telah melewati kamp itu sejak Juni 2015 lalu, kata mereka.
Beberapa anak-anak mengatakan kepada lembaga bantuan bahwa mereka ditahan oleh sejumlah kelompok kriminal yang meminta tebusan dari keluarga mereka, sementara lainnya dipaksa untuk melakukan kerja seperti layaknya budak untuk membayar perjalanan mereka.
Anak-anak dari Afghanistan mengatakan kepada UNICEF bahwa ketakutan terbesar mereka adalah pemerkosaan.
Dalam menghadapi tuntutan dari pedagang manusia untuk membayar antara 4.000 - 5.500 poundsterling masing-masing untuk pergi ke Inggris, mereka mencari jalan lain untuk melakukan perjalanan, seperti beberapa anak bersembunyi dalam truk peti kemas, kata UNICEF.
"Tidak ada pemberian pendidikan, dan anak-anak hampir tiap malam berjalan selama berjam-jam dan mencoba untuk memasuki kontainer," kata Teff.
"Mereka tinggal dalam keadaan yang sangat, sangat genting dan banyak dari mereka yang berbicara betapa mereka menjadi gila karena keadaannya," katanya.
Teff mengatakan bahwa anak-anak yang tinggal di sejumlah kamp migran seringkali harus membayar untuk mandi atau dipaksa untuk membuka kontainer agar mereka dapat masuk.
Rata-rata, anak-anak tinggal di kampung itu lima bulan sebelum pindah, meskipun beberapa di antaranya tetap berada di tempat itu selama sembilan bulan dan satu anak-anak terjebak di tempat itu lebih dari satu tahun, kata UNICEF.
Lembaga itu mewawancarai 60 orang anak dengan usia 11 hingga 17 tahun dari Afghanistan, Mesir, Eritrea, Ethiopia, Iran, Irak, Kuwait, Suriah dan Vietnam yang tinggal di sejumlah kamp sepanjang Selat Inggris, antara Januari - April 2016. (Antara)
Tag
Berita Terkait
-
Foto Bayi Imigran yang Tenggelam di Mediterania Curi Perhatian
-
Dramatis! Detik-detik Terbaliknya Kapal Imigran Tertangkap Kamera
-
UNHCR Selidiki Kebenaran Informasi Tragedi Tewasnya 500 Pengungsi
-
Video Amatir Ungkap Kekejaman yang Dialami 3 Imigran di Bulgaria
-
Kelompok Anti-Islam Demo Tolak Pengungsi Timteng ke Jerman
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
-
Resmi Melantai di Bursa, Saham Superbank Melambung Tinggi
Terkini
-
Cerita Polisi Bongkar Kedok Klinik Aborsi di Apartemen Basura Jaktim, Janin Dibuang di Wastafel
-
Telepon Terakhir Anak 9 Tahun: Apa Pemicu Pembunuhan Sadis di Rumah Mewah Cilegon?
-
Pramono Sebut UMP Jakarta 2026 Naik, Janji Jadi Juri Adil Bagi Buruh dan Pengusaha
-
Polda Metro Bongkar Bisnis Aborsi Ilegal Modus Klinik Online: Layani 361 Pasien, Omzet Rp2,6 Miliar
-
Beda dengan SBY saat Tsunami Aceh, Butuh Nyali Besar Presiden Tetapkan Status Bencana Nasional
-
Kronologi Pembunuhan Bocah 9 Tahun di Cilegon, Telepon Panik Jadi Awal Tragedi Maut
-
Gubernur Bobby Nasution Serahkan Bantuan KORPRI Sumut Rp2 Miliar untuk Korban Bencana
-
Gubernur Bobby Nasution Siapkan Lahan Pembangunan 1.000 Rumah untuk Korban Bencana
-
Misteri Kematian Bocah 9 Tahun di Cilegon, Polisi Periksa Maraton 8 Saksi
-
Rencana Sawit di Papua Dikritik, Prabowo Dinilai Siapkan Bencana Ekologis Baru