Suara.com - Siswa Sekolah Dasar Negeri Jabungan, Semarang, Jawa Tengah, setiap hari harus bertaruh nyawa melawan arus sungai demi berangkat ke sekolah, karena tidak adanya jembatan penyeberangan.
Rahman Oktavianto (11), siswa kelas VI SD Negeri Jabungan, Selasa (21/3/2017), mengakui sudah sejak kelas I SD melewati Sungai Kethekan setiap berangkat dan pulang sekolah.
"Kalau sehabis hujan deras, biasanya digendong sewaktu menyeberang, karena arus sungainya pasti deras. Tidak berani kalau berangkat sendiri. Teman-teman juga begitu biasanya," kata Rahman.
Arus Sungai Kethekan yang biasa dilewati anak-anak yang tinggal di Kelurahan Jabungan, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang, itu memang tak terlalu deras.
Namun, terkadang arus sungai menjadi besar, terutama setelah turun hujan sehingga dipasangi seutas tali yang membelah sungai untuk membantu pegangan bagi anak-anak yang menyeberang.
"Ndak apa-apa, sudah biasa. Ya, tetap semangat saja. Kalau sekarang ini, jarang hujan, jadi airnya tidak begitu deras," kata Dinda Sukma (12), siswi lainnya yang bercita-cita menjadi dokter.
Menurut Suratman, warga setempat, sebenarnya dulu pernah ada jembatan dari bambu yang dibuat secara swadaya oleh masyarakat, tetapi hanyut akibat diterjang arus sungai yang deras.
"Sudah lama sekali. Ya, akhirnya anak-anak harus menyeberang sungai langsung. Paling hanya 10-15 menit sampai, namun kalau memutar bisa lebih lama karena jaraknya hampir dua kilometer," katanya.
Setidaknya, kata dia, ada empat dusun di Kelurahan Jabungan yang anak-anaknya bersekolah di SD Negeri Jabungan dan praktis setiap harinya harus melewati sungai selebar 30 meter itu.
Baca Juga: Mobil Sedan Terbakar di Atas Jembatan Suramadu
Kepala SD Negeri Jabungan Semarang Suryanto menyebutkan, ada 40 siswanya yang setiap hari harus melawan arus sungai untuk menimba ilmu, baik berangkat maupun pulang sekolah.
"Ya, tentu saja kami was-was. Apalagi, kalau pas musim hujan karena airnya deras. Kami imbau orang tua untuk mengantarkan mereka saat berangkat sekolah. Jangan sampai nyeberang sendiri," katanya lagi.
Ia berharap Pemerintah Kota Semarang segera membuatkan jembatan penghubung untuk akses anak-anak berangkat ke sekolah, sehingga lebih aman daripada harus melewati sungai yang licin dan berbatu.
"Meski demikian, kami tetap bersyukur karena mereka tetap semangat untuk berangkat sekolah. Bahkan, mereka setiap harinya juga tidak pernah terlambat datang ke sekolah," kata dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Gak Perlu Mahal, Megawati Usul Pemda Gunakan Kentongan untuk Alarm Bencana
-
5 Ton Pakaian Bakal Disalurkan untuk Korban Banjir dan Longsor Aceh-Sumatra
-
Kebun Sawit di Papua: Janji Swasembada Energi Prabowo yang Penuh Risiko?
-
Bukan Alat Kampanye, Megawati Minta Dapur Umum PDIP untuk Semua Korban: Ini Urusan Kemanusiaan
-
Tak Mau Hanya Beri Uang Tunai, Megawati Instruksikan Bantuan 'In Natura' untuk Korban Bencana
-
Jaksa Bongkar Akal Bulus Proyek Chromebook, Manipulasi E-Katalog Rugikan Negara Rp9,2 Miliar
-
Mobil Ringsek, Ini 7 Fakta Kecelakaan KA Bandara Tabrak Minibus di Perlintasan Sebidang Kalideres
-
Giliran Rumah Kajari Kabupaten Bekasi Disegel KPK
-
Seskab Teddy Jawab Tudingan Lamban: Perintah Prabowo Turun di Hari Pertama Banjir Sumatra
-
7 Fakta Warga Aceh Kibarkan Bendera Putih yang Bikin Mendagri Minta Maaf