Suara.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menuai kecaman. Itu setelah dirinya mengejek pahlawan perang suku Indian—suku bangsa asli benua Amerika—saat acara yang diikuti veteran Perang Dunia II, Senin (27/11/2017).
Trump, seperti dilansir Anadolu Agency, Selasa (28/11), melontarkan ejekan mengenai suku Indian tersebut untuk merujuk seorang senator bernama Elizabeth Warren yang kerap berseberangan pandangan dengannya. Warren merupakan keturunan suku asli.
"Saya hanya ingin berterima kasih, karena kalian semua spesial. Anda berada di sini jauh sebelum kami ada," kata Trump yang dikelilingi veteran Perang Dunia ke-2.
"Namun kami juga memiliki seorang representatif di badan Kongres yang mengatakan, dia sudah lama di sini. Mereka bahkan memanggilnya Pocahontas," lanjut Trump merujuk pada Senator Elizabeth.
Komentar Trump itu disambut keheningan di antara tamu undangan.
Penggunaan kata "Pocahontas" itu dikritik, karena dianggap melecehkan Warren dan juga bagi figur Pocahontas sendiri.
Pocahontas adalah seorang pahlawan zaman kolonial AS yang memainkan peran penting dalam menciptakan kedamaian antara suku asli dan penjajah.
"Sangat disayangkan presiden AS bahkan tidak bisa mengendalikan dirinya dalam sebuah acara penghormatan veteran tanpa meluncurkan celaan," kata Warren, dalam sebuah wawancara dengan stasiun MSNBC.
Ini bukan kali pertama Presiden Trump melontarkan cemoohan seperti itu.
Baca Juga: Oknum Polisi Pukuli Tukang Cukur karena Tak Puas Usai Dipangkas
Dalam kampanye presiden tahun lalu, dia pernah mengejek seorang wartawan difabel dan mengatakan semua imigran Meksiko adalah pemerkosa dan pengedar narkoba.
Setelah menjabat sebagai presiden, dia menjuluki pemimpin Korea Utara sebagai "si bocah roket".
Komentar Trump mengenai Pocahontas itu dilakukan ketika dia berpidato di hadapan lukisan besar mantan Presiden Andrew Jackson, yang pada masa jabatannya dikenal bertindak brutal terhadap suku asli Amerika.
Berita Terkait
-
Besok, Orang Ini Mau ke Angkasa Buktikan Planet Bumi itu Datar
-
Operasi Plastik, Pilih Ivanka Trump atau Kylie Jenner?
-
Presiden Trump Tuding CNN Membuat Buruk Citra Amerka Serikat
-
Korea Utara: Bom Nuklir Kami Hanya untuk Amerika Serikat
-
Di Balik Paras Kapitalisme AS, Gelandangan di Negeri 'Pakde Sam'
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Jawaban GoTo Usai Beredar Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
Terkini
-
Polemik Internal Gerindra: Dasco Sebut Penolakan Budi Arie Dinamika Politik Biasa
-
KPK Usut Korupsi Kuota Haji Langsung ke Arab Saudi, Apa yang Sebenarnya Dicari?
-
Boni Hargens: Putusan MK Benar, Polri Adalah Alat Negara
-
Prabowo Disebut 'Dewa Penolong', Guru Abdul Muis Menangis Haru Usai Nama Baiknya Dipulihkan
-
Satu Tahun Pemerintahan Prabowo, Sektor Energi hingga Kebebasan Sipil Disorot: Haruskah Reshuffle?
-
Hendra Kurniawan Batal Dipecat Polri, Istrinya Pernah Bersyukur 'Lepas' dari Kepolisian
-
400 Tersangka 'Terlantar': Jerat Hukum Gantung Ratusan Warga, Termasuk Eks Jenderal!
-
Respons Pimpinan DPR Usai MK Larang Polisi Aktif di Jabatan Sipil, Apa Katanya?
-
Roy Suryo Cs Diperiksa Maraton: Dicecar Ratusan Pertanyaan Soal Fitnah Ijazah Jokowi!
-
Bivitri Susanti: Penetapan Soeharto Sebagai Pahlawan Bisa Digugat ke PTUN dan MK