Marsekal Hadi Tjahjanto dalam fit and proper test calon Panglima TNI [suara.com/Nikolaus Tolen]
Berikut ini lima catatan Marsekal Hadi Tjahjanto yang disampaikannya dalam fit and proper test calon Calon Panglima TNI yang berlangsung di Komisi I DPR, hari ini.
"Pertama, tatanan dunia baru, yang seiring melemahnya hegemoni negara super power sebagai akibat dari pengaruh kekuatan-kekuatan ekonomi baru seperti Cina, Rusia, India, dan Brasil," kata Hadi di gedung DPR, Senayan, Jakarta.
Kedua soal terorisme. Serangan teroris meningkat di semua negara.
"Hal tersebut telah menjadikan terorisme sebagai ancaman global dan di tempatkan sebagai musuh bersama yang harus diperangi," katanya.
Terorisme juga digunakan sebagai alat untuk mengondisikan wilayah. Ada beberapa kasus, seperti di Suriah dan Irak, terorisme berujung pada perang tanpa bentuk (proxy war).
"Situasi yang terjadi semakin kompleks. Arus globalisasi informasi yang semakin tidak mungkin dibendung. Melalui berbagai medsos dan jaringan media internet lainnya, host dari kelompok teroris telah mampu secara cepat menyebarkan pengaruh dan bahkan mengaktifkan sel tidur atau pun simpatisannya di seluruh dunia demi mendukung kepentingannya," katanya.
Ketiga soal perang siber. Hadi menilai perang siber akan menjadi ancaman yang serius.
"Dimensi siber atau dunia maya yang dihuni hampir dua per tiga aspek kehidupan manusia modern tentu saja akan memerlukan suatu pengamanan didalamnya. Serangan siber dalam konteks perang pernah dilakukan oleh AS dan Israel untuk menghentikan program nuklir Iran. Keamanan dimensi siber harus menjadi pertimbangan utama dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi pertahanan dan keamanan nasional," kata Hadi.
Keempat tentang China's Charm Offensive. Hadi mengatakan kemajuan Cina yang sangat pesat adalah suatu yang patut dicermati.
Dalam waktu singkat, Cina berhasil mengubah konstelasi politik global dengan kekuatan ekonomi mereka, termasuk melalui pengembangan militer. Cina berupaya mengemas kebangkitan fenomenalnya itu dengan slogan yang diviralkan oleh pemerintahnya sebagai China's Charm Offensive.
"Namun pada praktiknya Tiongkok bertindak ofensif dan agresif terutama dalam memenuhi ambisinya untuk menguasai laut Cina Selatan. Saat ini, Tiongkok bahkan telah membangun pangkalan udara militernya di wilayah spatley yang masih disengketakan. Melalui ketiga pangkalan tersebut dan di Pulau Hudi, Tiongkok diperkirakan akan mampu menyelenggarakan perang di seluruh wilayah Laut Cina Selatan," katanya.
Kelima soal kerawanan di laut. Indonesia bertanggungjawab atas keselamatan dan keamanan wilayah laut.
"Maraknya aksi perampokan bersenjata dan penculikan di wilayah perairan Filipina Selatan yaitu sekitar Laut Sulu yang merupakan kawasan perairan laut perbatasan antara Indoensia, Nalaysia dan Filipina merupakan salah satu contoh kerawanan yang menjadi tanggungjawab Indoensia, khususnya TNI," kata Hadi.
Hadi juga menyoroti illegal fishing dan penyelundupan barang, manusia, senjata dan narkoba. Menurut Hadi kejahatan tersebut kerap menjadi bagian dari ancaman yang lebih besar dan terorganisir secara internasional, seperti terorisme dan sindikat internasional.
"Pada realitas kontemporer tersebut, berbagai bentuk ancaman yang akan muncul menjadi sulit dipetakan berdasarkan wilayah atau konteks geografinya. Dalam atmosfer globalisasi yang sedemikian kompleks dengan kemajuan teknologi, arus imigrasi manusia, sebaran informasi dan media serta pertumbuhan jaringan yang bersifat multinasional menjadi sangat tidak mungkin untuk dikendalikan," katanya.
"Pertama, tatanan dunia baru, yang seiring melemahnya hegemoni negara super power sebagai akibat dari pengaruh kekuatan-kekuatan ekonomi baru seperti Cina, Rusia, India, dan Brasil," kata Hadi di gedung DPR, Senayan, Jakarta.
Kedua soal terorisme. Serangan teroris meningkat di semua negara.
"Hal tersebut telah menjadikan terorisme sebagai ancaman global dan di tempatkan sebagai musuh bersama yang harus diperangi," katanya.
Terorisme juga digunakan sebagai alat untuk mengondisikan wilayah. Ada beberapa kasus, seperti di Suriah dan Irak, terorisme berujung pada perang tanpa bentuk (proxy war).
"Situasi yang terjadi semakin kompleks. Arus globalisasi informasi yang semakin tidak mungkin dibendung. Melalui berbagai medsos dan jaringan media internet lainnya, host dari kelompok teroris telah mampu secara cepat menyebarkan pengaruh dan bahkan mengaktifkan sel tidur atau pun simpatisannya di seluruh dunia demi mendukung kepentingannya," katanya.
Ketiga soal perang siber. Hadi menilai perang siber akan menjadi ancaman yang serius.
"Dimensi siber atau dunia maya yang dihuni hampir dua per tiga aspek kehidupan manusia modern tentu saja akan memerlukan suatu pengamanan didalamnya. Serangan siber dalam konteks perang pernah dilakukan oleh AS dan Israel untuk menghentikan program nuklir Iran. Keamanan dimensi siber harus menjadi pertimbangan utama dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi pertahanan dan keamanan nasional," kata Hadi.
Keempat tentang China's Charm Offensive. Hadi mengatakan kemajuan Cina yang sangat pesat adalah suatu yang patut dicermati.
Dalam waktu singkat, Cina berhasil mengubah konstelasi politik global dengan kekuatan ekonomi mereka, termasuk melalui pengembangan militer. Cina berupaya mengemas kebangkitan fenomenalnya itu dengan slogan yang diviralkan oleh pemerintahnya sebagai China's Charm Offensive.
"Namun pada praktiknya Tiongkok bertindak ofensif dan agresif terutama dalam memenuhi ambisinya untuk menguasai laut Cina Selatan. Saat ini, Tiongkok bahkan telah membangun pangkalan udara militernya di wilayah spatley yang masih disengketakan. Melalui ketiga pangkalan tersebut dan di Pulau Hudi, Tiongkok diperkirakan akan mampu menyelenggarakan perang di seluruh wilayah Laut Cina Selatan," katanya.
Kelima soal kerawanan di laut. Indonesia bertanggungjawab atas keselamatan dan keamanan wilayah laut.
"Maraknya aksi perampokan bersenjata dan penculikan di wilayah perairan Filipina Selatan yaitu sekitar Laut Sulu yang merupakan kawasan perairan laut perbatasan antara Indoensia, Nalaysia dan Filipina merupakan salah satu contoh kerawanan yang menjadi tanggungjawab Indoensia, khususnya TNI," kata Hadi.
Hadi juga menyoroti illegal fishing dan penyelundupan barang, manusia, senjata dan narkoba. Menurut Hadi kejahatan tersebut kerap menjadi bagian dari ancaman yang lebih besar dan terorganisir secara internasional, seperti terorisme dan sindikat internasional.
"Pada realitas kontemporer tersebut, berbagai bentuk ancaman yang akan muncul menjadi sulit dipetakan berdasarkan wilayah atau konteks geografinya. Dalam atmosfer globalisasi yang sedemikian kompleks dengan kemajuan teknologi, arus imigrasi manusia, sebaran informasi dan media serta pertumbuhan jaringan yang bersifat multinasional menjadi sangat tidak mungkin untuk dikendalikan," katanya.
Tag
Komentar
Berita Terkait
-
Bursa Calon Menko Polkam: Sjafrie, Hadi, Tito, hingga Dudung, Siapa Pilihan Prabowo Gantikan BG?
-
Teka-teki Calon Menko Polkam: Tiga Nama Kunci di Tangan Prabowo, Siapa Pengganti Budi Gunawan?
-
Hadi Tjahjanto Tak Percaya Marsma Fajar Adriyanto Gugur di Pesawat Latih: Jam Terbangnya Banyak
-
Pendidikan Hadi Tjahjanto dan Raja Juli Antoni, Eks Petinggi ATR/BPN Terseret Polemik Sertifikat Pagar Laut
-
Beda Jauh Selera Mobil AHY vs Hadi Tjahjanto, Eks Menteri ATR Kompak Balik Badan soal HGB Pagar Laut?
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Pertamina Bentuk Satgas Nataru Demi Pastikan Ketersediaan dan Pelayanan BBM
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Jawaban GoTo Usai Beredar Usul Patrick Walujo Diganti
Terkini
-
Jurus Baru Prabowo: Ubah Bonus Demografi RI Jadi Solusi Global di Negara 'Aging Society'
-
MK Dinilai Gagal Paham Konstitusi? Larangan Jabatan Sipil Seharusnya untuk TNI, Bukan Polri
-
Wagub Babel Hellyana Diperiksa 5 Jam di Bareskrim Polri, Statusnya Kini...
-
Kasus Gus Elham: Berapa Ancamam Hukuman Penjara Pelecehan Seksual Anak?
-
Hidup di Balik Tanggul Luat Raksasa: Kisah Warga Tambakrejo Membangun Harapan dari Akar Mangrove
-
Gaduh Internal Gerindra, Ini 4 Alasan Kader Daerah Tolak Keras Budi Arie
-
TB Hasanuddin: Larangan Polisi Duduki Jabatan Sipil Sudah Jelas, Tapi Pemerintah Tak Pernah Jalankan
-
Status Firli Bahuri Jadi 'Senjata', Keyakinan Roy Suryo Cs Tak Ditahan di Kasus Ijazah Jokowi
-
Polda Metro Jaya Jamin Profesionalisme, Ungkap Alasan Roy Suryo Cs Tak Ditahan Usai Diperiksa 9 Jam
-
BPJS Ketenagakerjaan Gelar Diskusi Panel: Perkuat Transparansi Pengelolaan Dana Jaminan Sosial