Suara.com - Drama penangkapan mantan Ketua DPR Setya Novanto (Setnov) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus e-KTP sempat bikin heboh khalayak. Salah satu penyidik senior KPK, Ambarita Damanik pun mengungkap bagaimana licinnya Setnov saat akan ditangkap.
Ini diceritakan Ambarita saat hadir sebagai saksi dalam sidang lanjutan kasus menghalangi penyelidikan dengan terdakwa dokter Bimanesh di Gedung Pengadilan Tipikor, Jalan Bungur Besar, Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (25/5/2018).
Bermula dari ramainya pemberitaan yang menyebutkan mobil Setnov hancur usai menabrak tiang listrik. Dalam pemberitaan itu, kuasa hukum Setnov saat itu, Fredrich Yunadi mengatakan, mobil Setnov hancur dan Setnov mengalami luka di kepala sebesar bakpao.
"Penangkapan kami sesuai yang kami dengar dari berita bahwa SN (Setya Novanto) itu cukup parah dan kritis dan diberitahukan dibawa ke RS MPH (Medika Permata Hijau)," ujar Ambarita dalam kesaksiannya.
Setelah mendengar kejadian dan kondisi mantan Ketua Umum Partai Golkar itu, penyidik pun mulai mempersiapkan diri. Sebelum bergerak, penyidik KPK terlebih dahulu menggelar rapat khusus.
Persiapan dan rapat khusus dilakukan karena belajar dari pengalaman sebelumnya. Di mana saat Setnov dirawat di RS Premier Jatinegara, Jakarta Timur, kondisinya selalu tidak sadar saat didatangi penyidik.
"Kita rapat dan mempersiapkan administrasi penyidikan, lalu koordinasi dengan IDI (Ikatan Dokter Indonesia). Nanti kalau nggak bisa dievakuasi, kami harus koordinsi dengan IDI," kata dia.
Ambarita menceritakan pengalaman saat Setnov berada di RS Premier Jatinegara. Ia tiga kali mendatangi Setnov di rumah sakit itu, setiap didatangi kondisi Setnov selalu tidak sadar dan dipasang infus berhari-hari.
"Pengalaman itu lah yang kami tidak mau terulang," ucap Ambarita.
Berkaca dari pengalaman itu, sebelum mendatangi Setnov di RS Medika Permata Hijau, penyidik KPK telah mempersiapkan segala keperluan usai dikoordinasikan bersama IDI.
Persiapan itu seperti mobil ambulans plus sopir yang bersertifikat sesuai standar yang ditentukan. Setelah semuanya siap, tim KPK bergerak menuju RS Medika Permata Hijau.
Sesampainya di rumah sakit tersebut, penyidik bertemu dengan kuasa hukum Setnov saat itu Fredrich Yunadi. Di rumah sakit juga sudah menyemut banyak orang.
"Saya bilang, kami dari KPK, saya tunjukan surat perintah, surat penangkapan. Saya bilang, kami mau ketemu dengan Pak SN. Waktu itu kondisinya tidur, di kepala sebelah kiri kalau nggak salah ada perban," imbuh Ambarita.
Dalam kasus ini, dokter Bimanesh didakwa merintangi penyidikan kasus e-KTP. Dia diduga bersama dengan Fredrich telah merekayasa hasil pemeriksaan medis terhadap Setnov usai kecelakaan. Itu dilakukan untuk menghindari Setnov dari pemeriksaan penyidik KPK.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Aktivitas Tambang Emas Ilegal di Gunung Guruh Bogor Kian Masif, Isu Dugaan Beking Aparat Mencuat
-
Sidang Ditunda! Nadiem Makarim Sakit Usai Operasi, Kuasa Hukum Bantah Tegas Dakwaan Cuan Rp809 M
-
Hujan Deras, Luapan Kali Krukut Rendam Jalan di Cilandak Barat
-
Pensiunan Guru di Sumbar Tewas Bersimbah Darah Usai Salat Subuh
-
Mendagri: 106 Ribu Pakaian Baru Akan Disalurkan ke Warga Terdampak Bencana di Sumatra
-
Angin Kencang Tumbangkan Pohon di Ragunan hingga Tutupi Jalan
-
Pohon Tumbang Timpa 4 Rumah Warga di Manggarai
-
Menteri Mukhtarudin Lepas 12 Pekerja Migran Terampil, Transfer Teknologi untuk Indonesia Emas 2045
-
Lagi Fokus Bantu Warga Terdampak Bencana, Ijeck Mendadak Dicopot dari Golkar Sumut, Ada Apa?
-
KPK Segel Rumah Kajari Bekasi Meski Tak Ditetapkan sebagai Tersangka