Suara.com - Kementerian Pekerja Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus mendorong pengembangan kota cerdas di Indonesia untuk peningkatan kualitas kehidupan di kawasan perkotaan. Pengembangan konsep kota cerdas ini bertujuan meningkatkan kinerja pelayanan infrastruktur, meningkatkan optimasi sistem yang efisien dan menghindari gangguan terhadap infrastruktur.
Direktur Keterpaduan Infrastruktur Permukiman Dwityo Akoro Soeranto mengatakan, fenomena urbanisasi terjadi di setiap kota di dunia, namun dengan tingkat kecepatan yang berbeda-beda. Oleh karenanya, urbanisasi harus dianggap sebagai tantangan, bukan suatu masalah.
“Urbanisasi merupakan keniscayaan, menuntut dukungan ketersediaan infrastruktur dan apabila tidak dikelola dengan baik, urbanisasi akan mendegradasi kualitas lingkungan,” kata Dwityo dalam seminar dan diskusi Kota Cerdas, di Ritz Carlton Hotel, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (4/7/2018).
Menurut Dwityo, dalam upaya mendorong perwujudan kota cerdas di Indonesia, Kementerian PUPR bersama Kementerian Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi Korea (Ministry of Land, Infrastructure and Transportation / MOLIT) Korea Selatan menyelenggarakan 2nd Joint Cooperation Meeting di Jakarta, 3-4 Juli 2018.
Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari Nota Kesepahaman (MoU) tentang Kota Cerdas antara Kementerian PUPR dan MOLIT Korea Selatan yang ditandatangani usai Konferensi Habitat III di Quito, Ekuador pada bulan Oktober 2016 lalu.
Dalam MoU itu, antara lain merumuskan detail terkait penyiapan kebijakan dan regulasi, perencanaan dan pengelolaan kota cerdas, serta peningkatan kapasitas dalam pengembangan dan pengelolaan perkotaan di Indonesia.
Rangkaian pelaksanaan 2nd Joint Cooperation Meeting diawali dengan kunjungan lapangan delegasi Korea Selatan yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Kebijakan Publik MOLIT Lee Seong Hai bersama perwakilan tim Kementerian PUPR ke proyek pekerjaan Transit Oriented Development (TOD) MRT Lebak Bulus, Jakarta dan kantor Jakarta Smart city. Kegiatan ini bertujuan untuk meninjau secara langsung kegiatan pengembangan Kota Cerdas dan TOD di Indonesia, yang saat ini sedang dikembangkan di Jakarta. Kegiatan ini diselenggarakan pada 3 Juli 2018.
Kegiatan ini dilanjutkan dengan rangkaian Seminar dan Bilateral Working Group. Kegiatan seminar juga diisi oleh berbagai narasumber dari pihak pemerintah maupun swasta yang berkecimpung dalam pengembangan Smart city dan TOD baik di Indonesia maupun Korea Selatan.
Seminar dilaksanakan sebagai wadah berbagi informasi dan pengetahuan terkait kebijakan, tantangan dan peluang, serta praktik baik pengembangan Smart city dan TOD.
Baca Juga: Titi Mongso, Merawat Koran dan Majalah Tempo Dulu di Era Digital
Kegiatan Bilateral Working Group dilaksanakan setelah rangkaian seminar yang bertujuan untuk menggali secara lebih mendalam pembelajaran dari pihak Korea Selatan yang telah terlebih dahulu mengembangkan konsep Smart city dan TOD di negaranya, serta mencari peluang kerja sama antara Kementerian PUPR dan MOLIT Korea dalam pengembangan smart city dan TOD di Indonesia.
Lebih jauh Dwityo menerangkan, Kementerian PUPR sangat mendukung pengembangan smart city di Indonesia, termasuk melibatkan kerjasama sektor pemerintah dan swasta dari Korea Selatan. Pengembangan smart city di Indonesia akan dimulai secara khusus pada kota-kota baru yang menjadi pendukung dari kota besar.
Sebagai salah satu upaya pengembangan smart city, pemerintah telah membangun hunian yang terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah lewat rumah susun sederhana milik (Rusunami) dengan konsep TOD yang terkoneksi langsung dengan stasiun kereta.
Konsep TOD diharapkan mampu mengurangi angka kurangnya pasokan rumah (backlog) di Indonesia yang kini mencapai 11,4 juta dan juga mengurai kemacetan seta mengurangi kekumuhan.
Direktur Jenderal Cipta Karya Sri Hartoyo, pada kesempatan yang sama menambahkan, Kementerian PUPR telah menyiapkan rencana jangka panjang (road map) untuk mewujudkan pengembangan smart city yang telah dimulai sejak 2015.
“Pada periode 2015-2025, Pemerintah berfokus untuk dapat memenuhi standar pelayanan minimal perkotaan pada semua kota di Indonesia, salah satunya lewat program 100 persen akses air bersih, 0 persen kawasan kumuh ,dan 100 persen akses sanitasi,” kata Sri Hartoyo.
Berita Terkait
Terpopuler
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
-
Statistik Suram Elkan Baggott Sepanjang 2025, Cuma Main 360 Menit
Terkini
-
Upaya Roy Suryo cs Mentah di Polda Metro Jaya, Status Tersangka Ijazah Jokowi Final?
-
Jurus 'Sapu Jagat' Omnibus Law Disiapkan untuk Atur Jabatan Polisi di Kementerian
-
Dakwaan Jaksa: Dana Hibah Pariwisata Sleman Diduga Jadi 'Bensin' Politik Dinasti Sri Purnomo
-
LPSK Bahas Optimalisasi Restitusi Korban Tindak Pidana bersama Aparat Hukum
-
Komisi X DPR Respons Kabar 700 Ribu Anak Papua Tak Sekolah: Masalah Serius, Tapi Perlu Cross Check
-
Soroti Perpol Jabatan Sipil, Selamat Ginting: Unsur Kekuasaan Lebih Ditonjolkan dan Mengebiri Hukum
-
Gelar Perkara Khusus Rampung, Polisi Tegaskan Ijazah Jokowi Asli, Roy Suryo Cs Tetap Tersangka!
-
Gibran ke Korban Bencana Aceh: Tunggu ya, Kami Pasangkan Starlink
-
Soroti Bencana Sumatra, Rano Karno: Jakarta Kirim Bantuan Lewat Kapal TNI AL
-
Seleksi PPIH Untuk Haji 2026 Dibuka, Jumlah Pendaftar Pecahkan Rekor Tertinggi Tembus 11 Ribu