Suara.com - Korban pelanggaran HAM peristiwa penyerangan kantor DPP PDI pada 27 Juli 1996 atau sering disebut Kudatuli, meminta Komisi Nasional Hak Asasi Manusia untuk kembali membuka kasus itu serta melakukan pengusutan hingga tuntas.
Syahrul Effendi betul-betul masih ingat tragedi tersebut. Kala itu, ia sebagai Komandan Desa PDI Tangerang sedang piket di Kantor DPP PDI, Jalan Diponegoro Nomor 58, Jakarta Pusat.
Sabtu, 27 Juli1996, waktu masih pukul 05.15 WIB, Syahrul masih terjaga saat teman-temannya tertidur. Rasa kantuknya sirna setelah mengetahui satu truk membawa gerombolan orang berseragam Kongres Medan—massa pendukung Suryadi—datang.
Gerombolan massa tersebut turun dari truk sambil memaki-maki, "Megawati PKI". Syahrul terkejut. Seketika ia membangunkan teman-temannya yang masih terlelap.
"Saya kan sendiri, lantas membangunkan semua kawan-kawan. Terkejut. Massa langsung menyuruh kami bubar. Kami tidak mau. Alasannya apa kami dibubarkan? Karena kan kantor itu dimiliki Ibu Mega,” kata Syahrul saat dijumpai di Kantor Komnas HAM, Jalan Latuharhari Nomor 4, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (14/8/2018).
Syahrul mengatakan, gerombolan massa tersebut lengkap membawa senjata seperti parang, kayu, batu, hingga konblok. Sementara dirinya hanya tangan kosong alias tanpa senjata.
"Nah di saat itu jam 6 pas kurang lebih, pagi, datang lagi gerombolan bertubuh tegap, langsung menyerang kami," sambungnya.
Syahrul mengatakan, satu-satunya perlawanan yang ia dan kawan-kawannya saat itu dengan cara tidak meninggalkan kantor. Baginya dengan cara seperti itu adalah mempertahankan sesuatu yang telah digariskan.
"Kami mempertahankan apa yang sudah digariskan. Kepala saya bocor. Waktu itu bercucuran darah. Malah ditendang saya oleh aparat. Malah memaki saya PKI," tutur Syahrul.
Baca Juga: Lukman Sardi Terpilih Jadi Pembawa Obor Asian Games 2018
Syahrul mengatakan, aparat keamanan datang sekitar pukul 06.00 WIB. Namun, kedatangan aparat keamanan tidak berguna. Dirinya mengaku aparat baru bertindak saat hari menjelang terang.
Korban lainnya, Iwan Sanusi menyebut saat itu aparat keamanan melakukan pembiaran terhadap penyerangan berdarah tersebut. Dirinya menambahkan, ada aparat keamanan yang juga ikut melakukan penyerangan.
"Sebetulnya kalau bicara kronologis, bagaimana waktu itu ada pembiaran. Karena ada aparat-aparat yang ikut menyerang. Bahkan saya pribadi melihat ada polisi berpakaian lengkap seragam itu ikut melempar," kata Iwan.
Kekinian, Iwan maupun Syahrul berharap Komnas HAM mau kembali membuka kasus kerusuhan Kudatuli tersebut.
"Kami berharap, semua bisa diungkap, dituntaskan. Ada Sutiyoso di situ, SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) juga, siapa pun yang terlibat harus diadili," tegas Iwan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
HUT ke 68 Bank Sumsel Babel, Jajan Cuma Rp68 Pakai QRIS BSB Mobile
-
6 Rekomendasi HP Snapdragon Paling Murah untuk Kebutuhan Sehari-hari, Mulai dari Rp 1 Jutaan
-
7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
-
Nova Arianto Ungkap Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
Terkini
-
Mendadak Putra Mahkota Raja Solo Nyatakan Naik Tahta Jadi PB XIV di Hadapan Jasad Sang Ayah
-
IKJ Minta Dukungan Dana Abadi Kebudayaan, Pramono Anung Siap Tindaklanjuti
-
PLN Perkuat Transformasi SDM di Forum HAPUA WG5 ke-13 untuk Dukung Transisi Energi Berkelanjutan
-
Hadapi Musim Hujan, Kapolda Metro Petakan Wilayah Rawan hingga Siagakan Ratusan Alat SAR!
-
Tunggakan 23 Juta Peserta BPJS Kesehatan Bakal Dihapus Pemerintah, Tapi Wajib Lakukan Ini
-
Guntur Romli Skakmat Budi Arie, Jejak Digital Projo Terbongkar: Dulu Jilat, Kini Muntahin Jokowi
-
PSI Puji Prabowo yang Siap Tanggung Utang Whoosh: Sikap Negarawan Bijak
-
Hindari Jerat Penipuan! Kenali dan Cegah Modus Catut Foto Teman di WhatsApp dan Medsos
-
Mahasiswa Musafir Tewas Dikeroyok di Masjid Sibolga: Kemenag Murka, Minta Pelaku Dihukum Berat
-
KPK Bongkar Modus 'Jatah Preman' Gubernur Riau, Proyek Dinas PUPR Dipalak Sekian Persen