Suara.com - Hampir semua pemilih di Indonesia mengenal Calon Presiden nomor urut 01 Jokowi dan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto, yang bakal berlaga dalam Pilpres 2019.
Namun, berdasarkan hasil survei terbaru Indikator Politik Indonesia, Jokowi lebih disukai pemilih yang menjadi responden mereka ketimbang Prabowo.
Berdasarkan hasil survei Indikator yang dilakukan pada 1 - 6 September 2018, sebanyak 99 persen responden mengakui mengetahui Jokowi. Sementara responden yang mengetahui Prabowo hanya 87 persen.
"Jokowi sudah hampir maksimal dan disukai, Prabowo belum 100 persen disukai dan dikenal," ujar Direktur Eksekutif Indikator Burhanuddin Muhtadi di Jalan Cikini V No 15A, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (26/9/2018).
Berdasarkan hasil survei Indikator menunjukkan, kesukaan pemilih pada Jokowi mencapai 88 persen, sedangkan Prabowo, 75 persen. Sedangkan pemilih yang tidak menyukai Jokowi berjumlah 9 persen. Sementara yang tak menyukai Prabowo sebanyak 15 persen.
Namun, kata Muhtadi, pemilih lebih mengenal pasangan Prabowo, yakni Cawapres Sandiaga Uno daripada pendamping Jokowi, Maruf Amin.
Sebanyak 73 persen mengenal Sandiaga Uno, dan yang mengenal Maruf hanya 70 persen. Meski demikian, tingkat kesukaan pemilih terhadap Sandiaga maupun Maruf masih berimbang, yakni 76 persen.
"Sandiaga lebih tinggi elektabilitasnya dari Maruf, 73 berbanding 70 persen. Pemilih yang suka imbang," kata dia.
Burhanuddin mengimbau, Maruf Amin bisa lebih aktif melakukan sosialisasi ke masyarakat. Ini penting untuk meningkatkan elektabilitas dalam tujuh bulan masa kamapanye.
Baca Juga: APBD Perubahan 2018 Jakarta Naik 7,9 Persen, Jadi Rp 83,26 T
"Kiai Maruf harus lebih sering turun," katanya.
Survei Indikator dilakukan pada warga Indonesia yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Sebanyak 1.220 responden digunakan dalam survei ini, dan dipilih secara acak.
Sedangkan ambang batas kesalahan survei kurang lebih 2,9 persen, dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO
-
Wacana 'Go Public' PAM Jaya Bikin DPRD DKI Terbelah, Basri Baco: Ini Dinamika, Normal
-
Bukan Cuma Wacana, Ini Target Rinci Pemindahan ASN ke IKN yang Diteken Presiden Prabowo
-
Polandia Jadi Negara Eropa Kedua yang Kerja Sama dengan Indonesia Berantas Kejahatan Lintas Negara