Suara.com - Para profesor dan peneliti Indonesia dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI demo menentang kebijakan Kepala LIPI Laksana Tri Handoko. Para profesor dan peneliti menuntut kebijakan Kepala LIPI Laksana Tri Handoko yang melakukan kebijakan reorganisasi di LIPI.
Reorganisasi ini membuat beberapa posisi profesor dan peneliti dipangkas. Selain itu LIPI menghapus 132 jabatan struktural.
Profesor dan peneliti menggelar aksi unjuk rasa di selasar Gedung Ghara Widya, Jakarta Selatan, Kamis (8/2/2019). Peneliti Utama LIPI Goib Wiranto mengatakan aksi damai kali ini menuntut kebijakan reorganisasi yang dibuat ketua LIPI yang baru menjabat 7 bulan itu sangat merugikan pegawai LIPI.
"Ini merupakan akumulasi permasalahan yang dibuat oleh kebijakan pimpinan LIPI yang tidak mendengarkan aspirasi dari sivitas LIPI, jadi kebijakan yang dilakukan itu kan kebijakan otoriter tanpa melalui kajian yang cukup mendalam," kata Goib Wiranto di kantor LIPI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Jumat (8/2/2019).
Pengamat politik LIPI Dewi Fortuna Anwar dalam orasinya menyebutkan baru kali ini LIPI melakukan demo yang menuntut kebijakan internal mereka sendiri.
"Terus terang saya orang yang lama di LIPI, baru kali ini kita alami LIPI harus berdemo dan berjuang untuk dirinya sendiri," kata Dewi.
Usai berorasi, para peneliti ini melakukan pertemuan dengan Handoko di ruangan Auditorium LIPI. Dalam pertemuan ini Handoko menyampaikan adanya aduan ke DPR sebelum ada pembicaraan internal.
Sebelumnya, Laksana Tri Handoko pada 7 Januari 2019 mengeluarkan Peraturan Kepala LIPI Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan diundangkan pada 8 Januari 2019 yang ditandatangani oleh Dirjen Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Widodo Ekatjahjana.
Baca Juga: Akibat Ulah Anaknya yang Sakit Jiwa, Rumah Milik Janda Miskin Hangus
Berita Terkait
-
Bikin Takjub, Ditemukan Hewan Kecil di Kedalaman Danau Antartika
-
Peneliti LIPI: Hoaks Mewabah Karena Publik Tak Mampu Periksa Kebenaran
-
Bikin Bingung Peneliti, Tengkorak Ada di Bawah Kaki Kerangka
-
Peneliti LIPI: Akademisi Kurang Berperan di Pemilu 2019
-
Peneliti Kembangkan Aplikasi untuk Mengukur Rasa Nyeri
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
Harga Emas Hari Ini Turun: Antam Belum Tersedia, Galeri 24 dan UBS Anjlok!
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
Terkini
-
Belum Kepikiran Banding, Jaksa Pasrah Hakim Vonis Ringan Nikita Mirzani?
-
Kejinya Sejoli di Karawang Pembunuh Bayi: Mulut Ditutup Lakban, Dibuang Pakai Tas Ransel
-
DPD RI Gelar DPD Award 2025 Perdana, Angkat Kiprah Pahlawan Daerah ke Panggung Nasional
-
Rampas Motor Emak-emak saat Bonceng Anak, Polisi Buru Komplotan Debt Colletor di Pulogadung
-
DPR Dukung Penyelidikan Korupsi Whoosh: Tidak Boleh Tebang Pilih!
-
Biar Tetap Eksis di Dunia Pendidikan, Begini Tantangan Pesantren Gembleng Para Santri
-
Modal Senjata Mainan, Pelaku Curanmor di Cengkareng Tewas Usai Diamuk Warga
-
Prabowo Minta Bahasa Portugis Diajarkan di Sekolah, Mendikdasmen Hingga Sejarawan Bereaksi
-
Pihak BGN Tegaskan Uang Rp5 Juta untuk Orang yang Bikin Konten Positif MBG Cuma Guyon
-
5 Fakta Korupsi Eks Bupati Sleman Sri Purnomo, Pengadilan Ungkap Alasan Penahanan