Suara.com - Selama masa Nyepi, umat Hindu lebih banyak berdiam di rumah dan melakukan introspeksi diri. Tawur Agung Kesanga, sebuah ritual untuk balas jasa alam semesta. Kontributor Suara.com di Yogyakarta, Sri Handayani melihat langsung prosesi khidmad itu.
Tiga orang pria berpakaian putih tampak menaiki tangga komplek Candi Prambanan. Mereka membawa wadah air dari bambu yang dibebat kain kuning dan putih.
Ketiga orang tersebut adalah Wasi Jelmono, Wasi Poniman, dan Wasi Akhir Murti Adi Wiyono. Mereka mengawali acara Tawur Agung Kesanga dengan mendak tirta. Dalam ritual ini, umat Hindu meminta air suci dari para dewa sebagai sarana tawur agung.
Wasi Jelmono bertugas membawa air dari salah satu sumber di Gunung Merapi. Ia diikuti lima orang lain yang membawa banten (sesajen). Air dan sesajen itu ditempatkan di bilik Candi Brahma. Di Candi Wisnu, Wasi Poniman dan kelima orang lain melakukan hal yang sama. Mereka membawa air dari sumber air di daerah Besi, Sleman. Ada pula Wasi Akhir Murti Adi Wiyono yang membawa air dari Sendang Bogem ke Candi Siwa.
Total ada 15 banten yang digunakan dalam ritual mendak tirta. Semuanya disiapkan dalam waktu sebulan di Pura Jagatnata, Banguntapan, Bantul.
Wasi merupakan istilah untuk menyebut seorang mangku atau pemuka agama dalam budaya orang Hindu di Yogyakarta. Istilah ini dicetuskan oleh Mahaguru Yoga di Keraton Surakarta Hadiningrat, tepatnya di Pura Mandira Setha, Baluwarti. Ia bernama Raden Hardjanto Prodjopangarso.
Di dalam bilik candi, para wasi dan kelima orang lainnya bersembahyang. Mereka meminta agar para dewa menurunkan air suci untuk ritual selanjutnya. Di luar candi, istri mereka berdiri, mengenakankebaya putih dan kain kuning khas Bali. Wasi Sukamto dan Wasi Nyoman Sunarsih dengan sabar menunggu para suami menyelesaikan ritual.
“Sudah 67 tahun lho saya,” kata Wasi Sukamto.
Wasi Sukamto berusaha mengatur napas. Menjalani ritual ini sejak 1985, ia mengaku kini sudah mulai tua untuk naik turun tangga. Bagi dia, mendak tirta merupakan ritual rutin yang ia jalani dua tahun sekali.
Baca Juga: Libur Nyepi, Penumpang Kereta Api di Jember Naik
Peristiwa ini cukup unik mengingat lokasi Candi Prambanan yang berada di perbatasan Provinsi DI Yogyakarta dan Jawa Tengah. Setiap tahunnya, umat Hindu di kedua wilayah itu bergantian menjadi panitia Tawur Agung Kesanga.
Sebelum dilakukan mendak tirta, umat Hindu Yogyakarta dan Jawa Tengah juga menjalankan ritual melasih. Kegiatan ini dilakukan untuk menyeimbangkan alam semesta (biasa disebut alam jagat atau buana agung) dengan alam manusia (disebut buana alit). Di dalam prosesi ini, ada proses pembersihan dan membuang segala energi negatif dan memberikan persembahan kepada alam semesta.
Tak lama setelah Suara.com berbincang dengan kedua wasi, bunyi genta (lonceng kecil) terdengar bersahut-sahutan. Aroma dupa khas bali menyeruak dan menjadikan nuansa candi mendadak mistis. Suasana di komplek Candi Brahma, Candi Wisnu, dan Candi Siwa menjadi riuh namun tetap khidmat.
Serombongan orang tampak berbaris rapi. Ada yang membawa umbul-umbul, genta, sesajen, gunungan, ogoh-ogoh, dan berbagai ‘uba rampe’ lain. Mendengar lonceng telah berbunyi, para wasi pun turun dari bilik candi membawa air suci. Mereka bergabung dalam rombongan.
“Om ... Brahma... Wisnu.. Siwa,” japa mantra terus terdengar bersamaan dengan bunyi genta saat barisan itu mulai berjalan memutari Candi Siwa. Prosesi Pradaksana itu dilakukan sebanyak tiga kali sebelum rombongan keluar dari komplek candi dan berjalan menuju lapangan tempat seremoni Tawur Agung Kesanga. Ritual mendak tirta pun usai.
Sesampai di lapangan, sejumlah anak-anak telah berbaris rapi. Mereka akan menarikan Tari Rejang Dewa. Menurut Ketua Umum Panitia Tawur Kesanga, Made Astra Tanaya, Rejang Dewa adalah tarian ritual. Tarian ini dianggap suci karena berfungsi menyambut turunnya para dewa dari khayangan. Para penarinya sengaja diambil dari kalangan anak-anak.
Berita Terkait
-
949 Narapidana Beragama Hindu Dapat Remisi Hari Raya Nyepi
-
Bela Indonesia di Hari Raya Nyepi, Ketut Rindu Berat Akan Hal Ini
-
Rayakan Nyepi di All England, Ketut: Bela Negara Sama dengan Beribadah
-
Hari Raya Nyepi, Ini 4 Filosofi di Balik Ritual Nyepi
-
Liburan di Bali saat Nyepi, 4 Hal Ini Harus Disiapkan
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Mensos Salurkan Santunan Rp15 Juta bagi Ahli Waris Korban Bencana di Sibolga
-
Anjing Pelacak K-9 Dikerahkan Cari Korban Tertimbun Longsor di Sibolga-Padangsidimpuan
-
Ibu-Ibu Korban Bencana Sumatra Masih Syok Tak Percaya Rumah Hilang, Apa Langkah Mendesak Pemerintah?
-
Eks Wakapolri Cium Aroma Kriminalisasi Roy Suryo Cs di Kasus Ijazah Jokowi: Tak Cukup Dilihat
-
Nasib 2 Anak Pengedar Narkoba di Jakbar: Ditangkap Polisi, 'Dilepas' Gara-gara Jaksa Libur
-
Mendiktisaintek: Riset Kampus Harus Bermanfaat Bagi Masyarakat, Tak Boleh Berhenti di Laboratorium
-
Dengarkan Keluhan Warga Soal Air Bersih di Wilayah Longsor, Bobby Nasution Akan Bangunkan Sumur Bor
-
Di Balik OTT Bupati Bekasi: Terkuak Peran Sentral Sang Ayah, HM Kunang Palak Proyek Atas Nama Anak
-
Warga Bener Meriah di Aceh Alami Trauma Hujan Pascabanjir Bandang
-
Mutasi Polri: Jenderal Polwan Jadi Wakapolda, 34 Srikandi Lain Pimpin Direktorat dan Polres