Suara.com - Didin Wahyudi (45), ayah Harun Al Rasyid—bocah 15 tahun yang menjadi korban tewas kerusuhan 22 Mei—mengadu ke Komnas HAM, Selasa (28/5/2019).
Ia datang bersama Tim Advokasi Korban Tragedi ke Komnas HAM untuk melaporkan dugaan pelanggaran HAM oleh aparat terhadap Harun.
Kepada anggota Komnas HAM Beka Ulung Hapsara, Didin mengatakan Harun tewas karena tertembak peluru tajam. Meski belum mendapat hasil autopsi putranya, ia berharap hukum berkeadilan bisa ditegakkan.
"Saya minta hukum ini ditegakkan pak. Karena negara ini negara hukum. Jadi anak saya ini memang dibunuh. Itu pasti peluru tajam. Sampai saat ini saya belum dapat hasil autopsi. Tapi saya minta hukum ini dilanjutkan sampai," kata Didin.
Tak hanya itu, Didin menceritakan pihak keluarga hingga kekinian belum menerima hasil autopsi. Saat menerima jenazah, keluarga hanya menerima kartu yang bertuliskan Harun tewas karena cedera.
Tak hanya itu, Didin mengakui mendapat tekanan dari pihak lain. Karena itu, ia meminta agar dirinya mendapat perlindungan.
"Satu lagi pak, saya minta perlindungan. Karena sudah banyak tekanannya. Seperti tadi. Saya udah di sini, ada orang yang menyuruh saya pulang," kata Didin.
Bahkan, kata Didin, dirinya kerap didatangi aparat kepolisian. Namun dirinya belum berkenan.
"Banyak pak. Semalam ada dateng juga. Dari Polsek Kebon Jeruk, sudah beberapa kali datang," kata Didin.
Baca Juga: Kronologi Kematian Janggal Harun di 22 Mei, Keluarga Dilarang Lihat Jenazah
Anggota Komnas HAM Beka Ulung Hapsara meminta agar kuasa hukum korban membuat kronologis kejadian, mulai dari serah terima jenazah hingga pihak-pihak yang datang ke kediaman Harun.
Beka memastikan, penyelidikan Komnas HAM akan dilakukan setelah masa libur Idul Fitri 2019 selesai.
Berita Terkait
-
Mahfud MD dan Gerakan Suluh Kebangsaan: Tangkap Dalang Kerusuhan 22 Mei
-
Diancam Dibunuh, Moeldoko Kini Dikawal Dua Anggota Kopassus
-
Wiranto: Diduga, Korban Kerusuhan 22 Mei Disengaja untuk Gulingkan Jokowi
-
Wiranto: Tak Ada Laporan Korban Tertembak saat Kerusuhan 22 Mei di Bawaslu
-
Tim Hukum Korban Kerusuhan 22 Mei Ngadu ke Komnas HAM: 10 Tewas
Terpopuler
- 6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
- 5 Tablet Snapdragon Mulai Rp1 Jutaan, Cocok untuk Pekerja Kantoran
- 7 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik Budget Pekerja yang Naik Kendaraan Umum
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
Terkini
-
Bilateral di Istana Merdeka, Prabowo dan Raja Abdullah II Kenang Masa Persahabatan di Yordania
-
August Curhat Kena Serangan Personal Imbas Keputusan KPU soal Dokumen Persyaratan yang Dikecualikan
-
Di Hadapan Prabowo, Raja Yordania Kutuk Ledakan di SMAN 72 Jakarta, Sebut Serangan Mengerikan
-
Usai Disanksi DKPP, Anggota KPU Curhat Soal Beredarnya Gambar AI Lagi Naik Private Jet
-
Dua Resep Kunci Masa Depan Media Lokal dari BMS 2025: Inovasi Bisnis dan Relevansi Konten
-
Soal Penentuan UMP Jakarta 2026, Pemprov DKI Tunggu Pedoman Kemnaker
-
20 Warga Masih Hilang, Pemprov Jateng Fokuskan Pencarian Korban Longsor Cilacap
-
Gagasan Green Democracy Ketua DPD RI Jadi Perhatian Delegasi Negara Asing di COP30 Brasil
-
Mensos Ungkap Alasan Rencana Digitalisasi Bansos: Kurangi Interaksi Manusia Agar Bantuan Tak Disunat
-
Terbongkar! Prostitusi Online WNA Uzbekistan di Jakbar, Pasang Tarif Fantastis Rp15 Juta