Suara.com - Ketua DPP Partai Demokrat Jansen Sitindaon meminta agar Badan Pemenangan Nasional Prabowo - Sandiaga, menghadirkan sosok Profesor Laode Masihu Kamaludin dalam sidang Mahkamah Konstitusi.
Profesor Laode disebut-sebut menjadi otak di balik penghitungan kemenangan Capres nomor urut 02 Prabowo-Sandi sebesar 62 persen.
Hal tersebut diungkapkan oleh Jansen Sitindaon dalam acara Kabar Petang yang disiarkan TVOne, Senin (10/6/2019).
Jansen Sitindaon meminta agar sosok Profesor Laode dihadirkan ke publik untuk membuktikan hasil penghitungan suara yang diklaim menang atas capres nomor urut 01 Jokowi - Maruf.
"Besok hadirkan ke MK yang namanya Profesor Laode itu yang katanya mengumpulkan data kita 02 menang 62 persen jadi 54 persen itu, biar kita challange, biar kita bantah data-data KPU," kata Jansen Sitindaon seperti dikutip Suara.com, Kamis (13/6/2019).
Jansen Sitindaon sendiri mengakui, ia tidak mengetahui metode penghitungan yang dilakukan oleh Profesor Laode hingga menyebut Prabowo menang telak.
Bahkan, hingga kini ia bersama ader Partai Demokrat lainnya selaku teman koalisi masih mempertanyakan asal muasal angka 62 persen yang kini berubah menjadi 54 persen.
"Sebagai teman koalisi tentu kami bertanya darimana sumber datanya itu. Seperti saya butuh dong komentar itu karena saya kalau ngomong di depan harus terang buktinya. Saya kalau ngomong ini kencang, tajam," ujar Jansen Sitindaon.
Sejak awal, Jansen Sitindaon ingin menguji metode penghitungan suara yang dilakukan oleh Profesor Laode.
Baca Juga: Yusril: Perbaikan Berkas Prabowo Langgar Peraturan MK Nomor 4 Tahun 2018
Dengan begitu, tidak menimbulkan malu bila data tersebut dibawa ke MK namun ternyata hanyalah berisi data hoaks belaka.
Jansen Sitindaon menjelaskan, alasan Partai Demokrat ingin menguji keabsahan penghitungan internal bukanlah untuk menjerumuskan BPN Prabowo - Sandiaga.
Sebaiknya, Partai Demokrat ingin mengajak koalisi berjalan di jalan kebaikan yang sesuai dengan kebenaran.
"Minimal kami dari teman koalisi menguji dulu, janganlah itu kita bawa ke MK ternyata bukti-bukti itu lemah, tidak strong evidence dia, kan malu kita kalah di MK," ungkap Jansen Sitindaon.
"Jadi jangan terus kami dimaknai karena rekan politik yang kritis padahal kita ini mengajak hidup yang benar, kemudian dimaknai merongrong 02," tandasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Uang Jemaah Disita KPK, Khalid Basalamah Terseret Pusaran Korupsi Haji: Masih Ada di Ustaz Khalid
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 24 September 2025: Kesempatan Dapat Packs, Coin, dan Player OVR 111
- Kapan Awal Puasa Ramadan dan Idul Fitri 2026? Simak Jadwalnya
- Tanah Rakyat Dijual? GNP Yogyakarta Geruduk DPRD DIY, Ungkap Bahaya Prolegnas UUPA
Pilihan
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
-
Akankah Dolar AS Tembus Rp17.000?
Terkini
-
Tangis Nanik Deyang Minta Maaf soal Kasus Keracunan MBG Tuai Pro Kontra
-
PBNU Desak Penetapan Tersangka Korupsi Kuota Haji, KPK Sebut Pemeriksaan Masih Intensif
-
Apa Itu Cassandra Paradox? Bikin Rocky Gerung Walkout dari Talkshow dengan Relawan Jokowi
-
Isyana Bagoes Oka Dikabarkan Jadi Wakil Ketua Umum PSI, Kaesang Siap Umumkan
-
SMAN 62 Pastikan Farhan Masih Berstatus Siswa Aktif Meski Ditahan Polisi
-
Kementerian BUMN Bakal Tinggal Kenangan, Ingat Lagi Sejarahnya Sebelum Dihapus
-
Minta KPK Segera Tetapkan Tersangka Kasus Haji, Awan PBNU: Jangan Digoreng Ngalor Ngidul
-
Bengis! Begal Bersajam di Jakarta Timur Sabet Korban Gunakan Celurit, Pelaku Masih Diburu
-
Dua Kali Sekolah di Luar Negeri, Beda Kampus Gibran di Orchid Park Singapura dan UTS Australia
-
Polisi soal Video Kendaraan Mati Pajak Tak Bisa Isi BBM di SPBU: Hoaks, Tak Ada Larangan Itu!