Suara.com - Tim Hukum Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mendapat sorotan dari media asing, setelah menyertakan sebuah kutipan artikel hukum dalam sidang sengketa Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi (MK).
Dalam persidangan tersebut, anggota Tim Hukum Kubu 02, Denny Indrayana, menuding capres petahana Joko Widodo (Jokowi) otoriter, dengan mengutip artikel 'Jokowi - Neo New Order' (Orde Baru yang baru--red) karya pakar hukum Indonesia dari Melbourne University Profesor Tim Lindsey.
Namun, Tim Lindsey, yang sudah lama dikenal sebagai kritikus Prabowo, mengatakan kepada The Weekend Australia bahwa artikelnya tidak ada hubungannya dengan dugaan pelanggaran pemilu.
Suara.com mengutip The Australian, artikel tersebut ditulis 18 bulan sebelum pemungutan suara dan tak berkaitan dengan pemilu 2019, melainkan tentang meningkatnya konservatisme politik di Indonesia.
"Itu memunculkan pertanyaan yang kemudian dilontarkan para aktivis di Indonesia tentang, apakah unsur-unsur perilaku politik era Soeharto muncul kembali di Indonesia," kata Tim Lindsey, menambahkan bahwa tulisannya tidak menyebutkan Jokowi sebagai pemimpin otoriter seperti yang diklaim oleh kubu Prabowo.
"Tim Hukum Prabowo memasukkan kutipan dari artikel tersebut dalam gugatan mereka, yang jelas-jelas diambil di luar konteks dan berisi penekanan (huruf tebal, garis bawah) yang tidak sesuai dengan aslinya, dan sebenarnya tidak mendukung argumen yang kata mereka didukung oleh tulisan saya itu," ujar Tim Lindsey.
"Di dalamnya, saya hanya membahas kesulitan politik," imbuhnya.
Tim Lindsey juga mengatakan, tak ada konsultasi yang melibatkan dirinya sebelum BPN menggunakan artikel tersebut. Ia lantas terkejut begitu tahu tulisannya dikutip Tim Hukum Prabowo-Sandi di persidangan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU).
Bukan hanya Tim Lindsey, kandidat PhD Australian National University Tom Power juga kaget, artikelnya dipakai Tim Hukum Prabowo-Sandi untuk mendukung klaim mereka.
Baca Juga: Wiranto: Massa Berdemo Sidang MK Bukan dari Kubu Prabowo!
Artikel tersebut, dikutip dari The Australian, membahas langkah taktik Jokowi untuk menjinakkan lawan melalui penuntutan. Senada dengan Tim Lindsey, Tom Power juga mengatakan, tulisannya dikutip tak sesuai konteks.
"Apa yang telah dilakukan pemerintah Jokowi seperti yang saya uraikan tidak dapat digunakan sebagai bukti bahwa telah terjadi kecurangan pemilu yang masif dan terstruktur," katanya.
Diketahui, Tim Hukum Prabowo-Sandi menuduh bahwa kampanye Jokowi telah menyalahgunakan sumber daya publik supaya ia terpilih kembali.
Menurut mereka, strategi yang dipakai kubu Jokowi-Maruf melibatkan kecurangan yang terstruktur, sistematis, dan masif (TSM). BPN juga menuding adanya tanda-tanda rezim yang korup dan represif dari pemerintahan Jokowi, sama seperti di era kepemimpinan Soeharto.
"Sebagai penjaga konstitusi, Mahkamah Konstitusi seharusnya tidak hanya membuat keputusan tentang hasil pemilu, tetapi juga pada semua aspek pemilu, karena penipuan dan kecurangan dalam proses pemilihan berarti hasil pemilu tidak sah," kata Denny Indrayana.
Sebagai bukti pendukung untuk mengklaim bahwa pemerintahan Jokowi otoriter dan korup, Tim Hukum Prabowo juga mengutip artikel Tim Lindsey yang diterbitkan pada Oktober 2017 di situs web Indonesia at Melbourne.
Berita Terkait
-
Curigai Alasan BPN Minta Dilindungi LPSK Gimik, TKN: Memangnya Ada Saksi?
-
Tim Hukum Prabowo Siapkan Senjata Pamungkas buat Kejutkan Sidang MK
-
BPN Minta MK Tak Batasi Jumlah Saksi, TKN: Jangan Obrak-Abrik Aturan!
-
Takut Diteror, Kubu Prabowo Bersurat ke MK Minta Saksinya Dilindungi LPSK
-
Sidang Gugatan Prabowo di MK Kembali Digelar Besok, Ini Agendanya
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 5 Pilihan HP Snapdragon Murah RAM Besar, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Anak Legislator di Sulsel Kelola 41 SPPG, Kepala BGN Tak Mau Menindak: Mereka Pahlawan
-
Guru Sempat Cium Bau Bangkai di Menu Ayam, BGN Tutup Sementara SPPG di Bogor
-
KPK Akui Belum Endus Keterlibatan Bobby Nasution dalam Kasus Korupsi Pengadaan Jalan Sumut
-
Luncurkan Kampanye Makan Bergizi Hak Anak Indonesia, BGN: Akses Gizi Bukan Bantuan
-
Bertemu di Istana, Ini yang Dibas Presiden Prabowo dan Dasco
-
Poin Pembahasan Penting Prabowo-Dasco di Istana, 4 Program Strategis Dikebut Demi Rakyat
-
Dituduh Punya Ijazah Doktor Palsu, Arsul Sani Tak akan Lapor Balik: Kalau MK kan Nggak Bisa
-
Viral Usul Ganti Ahli Gizi dengan Lulusan SMA, Ini Klarifikasi Lengkap Wakil Ketua DPR Cucun
-
Heboh Sebut Ahli Gizi Tak Penting, Wakil Ketua DPR Cucun Minta Maaf, Langsung Gelar Rapat Penting
-
Minta Pramono Naikkan Upah Jadi Rp6 Juta, Buruh Sesalkan UMP DKI Kalah dari Bekasi-Karawang