Suara.com - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menggelar Malam Resepsi Ulang Tahun ke-25 di Hotel JS Luwansa, Jakarta Pusat, Rabu (7/8/2019) malam. Dalam acara ini, buku Refleksi 20 Tahun Kebebasan Pers yang berisi kritik dari masyarakat sipil atas 20 tahun kebebasan sipil diluncurkan.
Ketua Umum AJI Abdul Manan mengatakan dalam 20 tahun kebebasan pers, belum memperlihatkan kemajuan yang menggembirakan.
"Kami minta koreksi dari masyarakat luar pers, tentang kinerja pers. Karena kita tahu 20 tahun ini ada perubahan yang terjadi, tapi kemajuannya tidak terlalu mengembirakan," ujar Abdul Manan.
Manan mengatakan ada tiga tantangan krusial yang dihadapi pers Indonesia. Pertama kata dia, yakni kebebasan pers, kedua profesionalisme, dan kesejahteraan.
"Kalau kita menggunakan tiga indikator dalam tiga hal krusial yang bisa kita lihat dari pers Indonesia, pertama soal kebebasan pers, kedua profesionalisme, yang ketiga soal kesejahteraan, kita belum punya nilai yang cukup bagus," kata Manan.
Terkait kebebasan pers, Manan mengatakan kasus kekerasan terhadap jurnalis masih tinggi.
Selain itu ia menyebut kebebasan pers juga masih belum dirasakan sepenuhnya oleh jurnalis lantaran masih ada sejumlah regulasi dan Undang-Undang yang bisa menyeret mereka ke penjara dalam menjalankan profesinya.
"UU pers memang membebaskan pers di Indonesia tapi kita melihat juga masih banyak tantangan jumlah kasus kekerasan masih sangat tinggi. UU yang bisa memenjarakam wartawan masih banyak," ucap Abdul.
Kemudian terkait profesional jurnalis, AJI mencatat jumlah pengaduan di tahun 2018 lebih dari 400 pengaduan.
Baca Juga: Niat Banget! Parodi Jurnalis Laporkan Angin Puting Beliung Ini Bikin Ngakak
"Itu kan menunjukkan beberapa problem dalam soal profesional," ucapnya.
Untuk kesejahteraan jurnalis, kata Manan, juga masih sangat memprihatinkan.
AJI melihat masih banyak jurnalis, khususnya di daerah yang belum mendapat kesejahteraan terkait gaji.
Menurutnya, kesejahteraan jurnalis dapat berdampak pada profesionalisme. Gaji yang rendah dan tidak sesuai dengan pekerjaan dikhawatirkan akan merusak profesionalisme jurnalis.
"Gimana (jurnalis) mau profesional kalau gaji saja tidak memadai. Dan kalau gaji tidak memadai, profesional buruk dalam jangka panjang," katanya.
"Itu juga mengancam kebebasn pers, karena akan merusak, dengan standar rendah profesional yang dihasilkan adalah karya jurnalisme yang tidak baik dan jurnalisme yang buruk dampaknya ketidakpercayaan (kepada) media, dan akan meruntuhkan bisnis," jelas Manan.
Berita Terkait
-
AJI Minta Polisi Usut Kebakaran Rumah Jurnalis Serambi Indonesia
-
AJI Padang Sesalkan Pelarangan Liputan Jurnalis TVRI di Masjid Raya Sumbar
-
Tanya Kawat Duri Bawaslu, Karni Ilyas Akui Levelnya di Bawah Najwa Shihab
-
Protes Kekerasan Polisi, Asosiasi Jurnalis Hong Kong Lakukan 'Pawai Bisu'
-
Pembawa Acara Televisi Tewas Ditembak Kelompok Bersenjata di Pakistan
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Antrean Panjang di Stasiun, Kenapa Kereta Api Selalu Jadi Primadona di Periode Libur Panjang?
-
Kasus Deforestasi PT Mayawana, Kepala Adat Dayak Penjaga Hutan di Kalbar Dijadikan Tersangka
-
Eks Pejabat KPI Tepis Tudingan Jaksa Atur Penyewaan Kapal dan Ekspor Minyak
-
Diperiksa KPK Soal Korupsi Haji, Gus Yaqut Pilih Irit Bicara: Tanya Penyidik
-
Buka-bukaan Kerry Riza di Sidang: Terminal OTM Hentikan Ketergantungan Pasokan BBM dari Singapura
-
MBG Dinilai Efektif sebagai Instrumen Pengendali Harga
-
Ultimatum Keras Prabowo: Pejabat Tak Setia ke Rakyat Silakan Berhenti, Kita Copot!
-
Legislator DPR: YouTuber Ferry Irwandi Layak Diapresiasi Negara Lewat BPIP
-
Racun Sianida Akhiri Pertemanan, Mahasiswa di Jambi Divonis 17 Tahun Penjara
-
Ramai Narasi Perpol Lawan Putusan MK, Dinilai Tendensius dan Tak Berdasar