Suara.com - Dalam beberapa hari terakhir hingga sepanjang Jumat (13/9/2019), Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK melalui begitu banyak peristiwa yang sambung-menyambung, di mana pada sebagian orang kemudian mungkin muncul pertanyaan, bagaimana kondisi di internal pegawai KPK sendiri saat ini?
Sebagaimana diketahui, selain menyuarakan penolakan terhadap revisi UU KPK inisiatif DPR yang ternyata didukung Presiden Joko Widodo, para pegawai KPK bersama pegiat antikorupsi dan elemen masyarakat lainnya sejatinya juga menolak beberapa calon pimpinan KPK yang dianggap tidak berintegritas. Salah satu yang terutama ditolak itu adalah Irjen Pol Firli Bahuri, yang Jumat dini hari nyatanya di DPR justru terpilih sebagai Ketua KPK.
Lantas, bagaimana para pegawai KPK menyikapinya? Apalagi ketika kemudian beberapa peristiwa menyusul terjadi, salah satunya yakni pengunduran diri Wakil Ketua KPK Saut Situmorang, pada Jumat pagi. Sementara belakangan, sebagaimana perkembangan pada sore hingga malam hari, Ketua KPK Agus Rahardjo dan Wakil Ketua KPK Laode M Syarif, dengan didampingi Saut Situmorang, pun menyatakan mengembalikan mandat pemberantasan korupsi kepada Presiden Jokowi.
"Secara pekerjaan rutin, pegawai tetap bekerja seperti biasa, karena memang pegawai KPK itu rata-rata orang taat azas," ungkap Penasihat Wadah Pegawai KPK atau WP KPK, Nanang Farid Syam, dalam obrolan dengan Suara.com di Gedung KPK, Jumat (13/9) siang.
"Tapi kalau situasi kebatinan, psikologis, tentu terganggu. Kenapa? Ibarat commuter line, jalan yang sudah dibangun lurus, kemudian keretanya sudah bagus, (itu sekarang) listriknya mau dimatikan ini. Jadi, bagaimana orang-orang di dalamnya bisa nyaman dan menikmati perjalanan, kalau listriknya malah mau dimatikan?" sambungnya.
"Walaupun memang, proses yang terjadi di Pansel (Capim KPK) sejak awal, itu sudah kita duga, dengan (hasilnya adalah) keputusan DPR tadi malam. Sudah kita dugalah hasilnya akan seperti apa. Tapi tentu, pegawai KPK dengan semangat yang sama akan tetap berkiprah, (dengan keyakinan) bahwa pemberantasan korupsi itu salah satu risikonya ya seperti kejadian akhir-akhir ini," kata sosok yang termasuk angkatan pertama pegawai KPK itu.
Di bagian lain, Ketua WP KPK, Yudi Purnomo Harahap, dalam perbincangan yang sama juga menyatakan bahwa memang beberapa kejadian terakhir terasa memprihatikan, selain juga cukup mengejutkan bagi para pegawai KPK. Adapun yang terutama dirasa mengejutkan menurutnya adalah saat mengetahui pengunduran diri Saut Situmorang (melalui email).
"Jadi memang hari ini pegawai KPK dikejutkan dengan pengunduran diri Pak Saut Situmorang, salah satu Waki Ketua yang dikenal dekat denan pegawai, juga konsisten dalam perjuangan, baik dalam memberantas korupsi maupun menegakkan nilai-nilai integritas di KPK," turut Yudi, siang tadi.
"Namun ada beberapa pesan yang disampaikan kepada kami, bahwa kami harus tetap konsisten berjuang, bahwa siapa pun yang masuk KPK kami harus menjaganya (dari langkah-langkah yang merusak KPK)," tambahnya.
"Kami hari ini masih melakukan konsolidasi, apa yang terbaik untuk menyelamatkan lembaga ini, karena memang ada dua serangan terhadap KPK, yaitu mulai dari capim, dan yang kedua revisi UU KPK, Jadi, mau tidak mau, suka tidak suka, ya kita harus bersikap," ungkap Yudi mengenai langkah mereka selanjutnya.
"Karena, ya revisi UU KPK itu tidak ada isinya yang tidak melemahkan KPK. Jadi kalau ada narasi-narasi yang (mengatakan) bahwa itu memperkuat KPK, itu hanya narasi yang dibuat-buat. Karena memang tidak ada yang urgen (pada) UU KPK (sehingga harus) dilakukan revisi... Kita tetap menyuarakan menolak revisi UU KPK, ya, walaupun Presiden (sudah menyatakan) setuju," sambungnya.
"Sekarang harapan kita (adalah) rakyat, supaya dukungan semakin luas. Supaya bisa menekan DPR dan menekan Presiden, supaya tidak merevisi UU KPK, setidaknya untuk cooling down dulu. Itu saja," tegas sosok yang dipercaya menjadi Ketua Wadah Pegawai KPK tersebut.
Berita Terkait
-
Novel Baswedan 'Senggol' Prabowo: Kembalikan Pegawai KPK Korban Firli, Ini Penegakan Hukum
-
Ketua KPK Usul Pasal Gratifikasi Dihapuskan dari UU Korupsi, Begini Alasannya
-
Eks Pegawai KPK Ungkap Kisah Pilu Ibu Muda Ditahan Kasus Demo Agustus: Bayinya Terpaksa Putus ASI!
-
KPK Pastikan Pegawainya, Istri Tersangka Kasus Pemerasan K3, Tidak Terlibat
-
Istri Menteri UMKM Diduga Minta Difasilitasi di Eropa, Eks Pegawai KPK Ingatkan Pasal Gratifikasi!
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- Suzuki Ignis Berapa cc? Harga Bekas Makin Cucok, Intip Spesifikasi dan Pajak Tahunannya
- 5 HP RAM 8 GB Paling Murah Cocok untuk Gamer dan Multitasking Berat
Pilihan
-
Harga Emas Turun Tiga Hari Beruntun: Emas Jadi Cuma 2,3 Jutaan di Pegadaian
-
Indonesia Ngebut Kejar Tarif Nol Persen dari AS, Bidik Kelapa Sawit Hingga Karet!
-
Prabowo Turun Gunung Bereskan Polemik Utang Whoosh
-
Jokowi Klaim Proyek Whoosh Investasi Sosial, Tapi Dinikmati Kelas Atas
-
Barcelona Bakal Kirim Orang Pantau Laga Timnas Indonesia di Piala Dunia U-172025
Terkini
-
Penyelidikan Hampir Setahun, KPK Klaim Masih Cari Peristiwa Pidana dalam Kasus Pengadaan Whoosh
-
Terungkap! Ternyata Ini Peran Eks Sekjen Kemnaker dalam Perkara Pemerasan Calon TKA
-
Prabowo Singgung Mafia dalam Pemerintahan, Apa Maksudnya?
-
Sidang Panas MNC vs CMNP: Hotman Paris Bantah Saksi Lawan, Kesaksiannya Cuma 'Katanya-Katanya'!
-
Kemenko PM Gandeng Pemda Atur Izin Ritel, Jaga Warung Madura dan Toko Kelontong Tetap Hidup
-
Ritel Besar vs Warung Kecil: Kemenko PM Siapkan Aturan Main Baru Biar UMKM Nggak Tumbang!
-
Air Mati Akhir Pekan: Ini Daftar Wilayah Jakarta yang Akan Terdampak Gangguan Suplai PAM Jaya!
-
Melejit di Puncak Survei Cawapres, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tertarik Politik
-
Korupsi CPO: Pengacara 3 Raksasa Sawit Minta Dibebaskan, Gugat Dakwaan Jaksa
-
Kapolda Metro Jaya Perintahkan Propam Tindak Polisi Pelaku Catcalling di Kebayoran Baru