Suara.com - Koalisi Masyarakat Sipil untuk Pembela Hak Asasi Manusia (HAM) mendesak beberapa tuntutan yang mesti dilakukan pemerintah, kepolisian serta Komnas HAM untuk menguak penyebab kematian dari aktivis HAM dan pegiat Walhi Sumatera Utara (Sumut), Golfrid Siregar.
Tewasnya Golfrid disebut-sebut menambah daftar nama para pejuang lingkungan hidup dan HAM yang meninggal tak wajar, namun kasusnya belum pernah terbongkar.
Golfrad ditemukan Kamis 3 Oktober 2019 dalam keadaan sangat kritis akibat luka parah di bagian tempurung kepala. Ia meninggal dunia pada Minggu 6 Oktober setelah mendapatkan perawatan rumah sakit.
Keterangan yang disampaikan pihak kepolisian, Golfrid meninggal karena kecelakaan lalu lintas di flyover Jamin Ginting. Namun Koalisi Masyarakat Sipil untuk Pembela HAM mencium kejanggalan lantaran tempat kejadian perkara malah berubah menjadi di underpass Titik Kuning.
"Kami menduga, almarhum bukan meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Namun karena mengalami tindak kekerasan yang mengakibatkan kematian," tulis seluruh perwakilan Koalisi Masyarakat Sipil di Jakarta, Kamis (10/10/2019).
Masih tertanam di ingatan atas kasus kematian Yohanes Balubun, aktivis Masyarakat Adat Nusantara wilayah Maluku, yang kematiannya di 2016 diarahkan oleh aparat kepolisian akibat kecelakaan. Kemudian Direktur Eksekutif WALHI NTB Murdani juga pernah mengalami upaya pembunuhan di NTB dan hingga saat ini kasus itu belum juga terungkap.
Koalisi Masyarakat Sipil untuk Pembela HAM juga menyoroti kekerasan yang berakhir dengan kematian tidak hanya menimpa Golfrid. Ada Indra Pelani, Salim Kancil, Yohanes Balubun dan Poroduka.
Banyaknya pegiat lingkungan hidup dan HAM yang kerap mengalami kekerasan namun minim perlindungan serta penyelesaian kasus, maka Koalisi Masyarakat Sipil untuk Pembela HAM mendesak pemerintah untuk melakukan investigasi dengan segera dan tidak memihak atau memastikan bahwa suatu penyelidikan dilakukan dengan alasan yang masuk akal untuk percaya bahwa suatu pelanggaran terhadap HAM dan kebebasan telah terjadi dalam suatu wilayah jurisdiksinya.
Kemudian mereka pun mendesak aparat kepolisian mengusut tuntas kematian Golfrid secara terbuka kepada publik untuk memastikan akuntabilitas dari proses penegakan hukum yang dijalankan.
Baca Juga: Polisi Selidiki Kasus Pembunuhan Aktivis LSM
"Mengingat adanya conflict interest Polda Sumut, maka kami mendorong penanganan kasus ini diambilalih oleh Mabes Polri," ujarnya.
Selain itu, mereka juga mendesak pemerintah untuk segera mengeluarkan kebijakan yakni peraturan presiden yang bisa memastikan perlindungan bagi aktivis lingkungan hidup dan HAM. Serta mendesak pemerintah dalam menyusun kebijakan dan menjalankan program pembangunan, menempatkan perlindungan hak hidup rakyat dan keberlanjutan ekologis prasyarat utama.
Tidak lupa mereka pun mendesak Komnas HAM segera turun membentuk tim pencari fakta independen, karena peristiwa ini dialami oleh pembela lingkungan hidup dan hak asasi manusia.
"Kami juga mengajak publik luas untuk sama-sama mengawal proses penegakan hukum terhadap kematian Golfrid Siregar. Agar ke depan, tidak ada lagi nyawa yang hilang karena memperjuangkan hak-hak masyarakat dan lingkungan hidup," katanya.
Koalisi Masyarakat Sipil untuk Pembela Hak Asasi Manusia (HAM) terdiri dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), KontraS, Amnesty International Indonesia, Human Rights Watch, Yayasan Perlindungan Insani, Greenpeace Indonesia, YLBHI, ELSAM, Kemitraan, Imparsial, KRuHA, LBH Pers, HuMa, JATAM, HRWG dan Solidaritas Perempuan.
Berita Terkait
-
Demokrat Bentuk Tim Kecil Telisik Kematian Aktivis Walhi Golfrid Siregar
-
Aktivis Walhi Tewas Misterius, Polisi Periksa Istri sampai Satpam
-
Barang Aktivis Walhi yang Meninggal Hilang, Polisi Lakukan Pendalaman
-
Sempat Hilang, Walhi Temukan Kejanggalan Terkait Tewasnya Golfrid Siregar
-
Aktivis Walhi Sumut Meninggal Dunia Usai Dikabarkan Hilang Sejak Rabu
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Sadis! Pembunuh Guru di OKU Ternyata Mantan Penjaga Kos, Jerat Leher Korban Demi Ponsel
-
Gebrakan Menhan-Panglima di Tambang Ilegal Babel Dikritik Imparsial: Pelanggaran Hukum, Tanda Bahaya
-
Otak Pembakar Rumah Hakim PN Medan Ternyata Mantan Karyawan, Dendam Pribadi Jadi Pemicu
-
Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?
-
Siap-siap! KPK akan Panggil Ridwan Kamil Usai Periksa Pihak Internal BJB
-
Bukan Tax Amnesty, Kejagung Cekal Eks Dirjen dan Bos Djarum Terkait Skandal Pengurangan Pajak
-
Menhaj Irfan Siapkan Kanwil Se-Indonesia: Tak Ada Ruang Main-main Jelang Haji 2026
-
Tembus Rp204 Triliun, Pramono Klaim Jakarta Masih Jadi Primadona Investasi Nasional