Suara.com - Pemimpin Gerakan Pembebasan Papua Barat atau United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) Benny Wenda, mengkritik Presiden Jokowi yang pekan lalu berkunjung ke Papua.
Melalui keterangan tertulis kepada Suara.com, Jumat (1/11/2019), Benny Wenda menyebut kunjungan Jokowi ke Papua hanya sebatas liburan, bukan untuk menyelesaikan masalah.
Bahkan, Benny yang kekinian menjadi pelarian politik di Oxford, Inggris itu menegaskan, Jokowi berlibur di Papua sementara militer Indonesia terus melakukan operasi.
"Presiden Jokowi kembali mengunjungi West Papua, seperti perjalanan liburan, sementara militer Indonesia membunuh dan menyiksa kami," kata Benny Wenda.
Ia mengatakan hal tersebut berdasarkan foto-foto Jokowi dan istrinya, Iriana, menikmati senja di Kaimana, Papua.
Benny menuturkan, pada tahun 2014, ketika Jokowi kali pertama menjadi presiden, sudah menerka tak bakal banyak membawa perubahan signifikan terhadap masalah Papua.
"Kini, perilaku pemerintahan Presiden Jokowi telah menunjukkan kebenaran hal itu," tuturnya.
Ia juga menyayangkan terpilihnya Indonesia menjadi anggota Dewan HAM PBB, tidak dibarengi iktikad Presiden Jokowi untuk memerangi pelanggaran hak asasi manusia.
"Presiden tidak menyebutkan hak asasi manusia, tidak menyebutkan Papua Barat," kata Benny, menyinggung pidato pelantikan Presiden Jokowi.
Baca Juga: Buku Duka Dari Nduga, Kristin Samah Bicara Tragedi Kemanusiaan di Papua
Menurutnya, dunia internasional dapat menilai elite politik Indonesia tidak berkomitmen terhadap penegakan HAM atau untuk mengatasi akar masalah di Papua.
"Tidak ada kemanusiaan dalam sistem pemerintahan Indonesia: itu benar-benar busuk," ujar Benny.
Ia mengatakan, Indonesia justru menggunakan posisi di Dewan HAM PBB untuk meredam persoalan Papua agar tak dibahas kalangan internasional.
Tak hanya itu, Benny menuturkan, berdasarkan pemberitaan-pemberitaan jurnalis, Indonesia menghabiskan ratusan ribu dolar untuk membiayai buzzer di Facebook guna mengonter beragam isu tentang rakyat Papua.
Sementara pada pekan ini, kata dia, Indonesia mengumumkan dana USD 200 juta untuk diplomasi di kawasan Pasifik, guna menghentikan kemajuan kampanye referendum Papua Barat di wilayah tersebut.
"Indonesia sekarang melakukan propaganda, represi, dan suap," klaimnya.
Padahal, ia mengatakan, polisi dan militer Indonesia tetap pergi ke setiap desa di Papua, memaksa setiap orang bersumpah setia pada bendera Indonesia.
“Pemerintah Indonesia juga memaksa orang Papua untuk menerima program 'pembangunan' palsu Indonesia. Polisi bahkan pergi ke desa tempat saya dibesarkan, membawa para kepala distrik dan memaksa mereka dengan todongan senjata untuk menerima proyek 'pembangunan' kolonial baru," kata dia.
Kalau Indonesia membantah hal itu, Benny menantang agar pemerintah pusat di Jakarta mau mengizinkan Komisaris Tinggi HAM PBB untuk berkunjung ke Papua.
Karenanya, Benny yang kekinian diburu polisi Indonesia, kembali mengulang tuntutan kepada Presiden Jokowi agar Papua diberikan hak penentuan nasib sendiri melalui referendum kemerdekaan.
Benny juga meminta Indonesia menarik seluruh pasukan dari Papua, dan membebaskan jurnalis-jurnalis mengakses informasi.
Ia juga mendesak Indonesia membebaskan semua tahanan politik Papua, termasuk mengembalikan 7 tahanan polik Papua yang kekinian dibawa ke Kalimantan Timur.
"Jokowi, berhentilah menggunakan Papua sebagai tempat liburan di tengah genosida. Kami menginginkan kebebasan kami, dan referendum kemerdekaan. Sejarah akan menghakimi Anda, sebagaimana para pendahulu Anda yang melakukan genosida di Timor Timur," tuturnya.
Berita Terkait
-
Pemekaran Papua Dinilai Cuma Transaksi Politik Elite Eksploitasi Alam
-
Wamen PUPR Sebut Jokowi Komitmen Menyelesaikan Masalah di Papua
-
KontraS Sebut Rakyat Tidak Butuh Pemekaran Provinsi Papua Selatan
-
Baru Saja Disambangi Presiden Jokowi, Begini Indahnya Laut Arafuru di Papua
-
Aktivis Papua: Kunjungan Jokowi Tak Bermanfaat, Cuma Pencitraan
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Prabowo Kirim Surat ke Eks Menteri Termasuk Sri Mulyani, Ini Isinya...
Pilihan
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
-
Kursi Menteri BUMN Kosong, Siapa Pengganti Erick Thohir?
-
Otak Pembunuhan Kacab Bank, Siapa Ken si Wiraswasta Bertato?
-
DPR 'Sentil' Menkeu Purbaya, Sebut Kebijakan Rp200 Triliun Cuma Jadi Beban Bank & Rugikan Rakyat!
-
Ivan Gunawan Blak-blakan: Dijauhi Teman Pesta Usai Hijrah dan Risih Dipanggil 'Haji'
Terkini
-
Kasus Kematian Janggal Arya Daru, Komisi III DPR Desak Polisi Buka Kembali Penyelidikan
-
Jabatan Dobel Angga Raka: Dilantik Jadi Kepala Badan Komunikasi, Tapi Masih Wamenkomdigi
-
Kepala KSP Era Prabowo: Jejak Panas M Qodari Penggaung Jokowi 3 Periode Sekaligus Juragan Tanah!
-
PDIP: BPJS Bukan Asuransi tapi Hibah Negara buat Rakyat!
-
Profil Rohmat Marzuki, Kader Loyal Gerindra dari Magelang Geser Adik Ipar Haji Isam dari Wamenhut
-
Resmi Dilantik jadi Menpora, Ingat Lagi Sederet 'Dosa' Erick Thohir di PSSI
-
Dua Karyawan PT WKM Diduga jadi Korban Kriminalisasi, Aktivis Malut Tuntut PT Position Angkat Kaki!
-
Profil dan Rekam Jejak Afriansyah Noor: Kembali Jadi Wamenaker, Pengganti Immanuel Ebenezer
-
Siapa Sarah Sadiqa? Mengenal Srikandi Baru Pilihan Prabowo Jadi Kepala LKPP
-
Beda Jauh dari Mahfud, Kenapa KPU Tak Cantumkan Pendidikan Terakhir Gibran?