Suara.com - Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Evan A Laksmana menanggapi konsep Perang Rakyat Semesta yang diusulkan oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Konsep yang disebutkan oleh Prabowo ini juga dikenal dengan Sishankamrata, singkatan dari sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta. Komponen Sishankamrata adalah pertahanan militer (TNI dan Polri) dan nonmiliter (rakyat Indonesia).
"Banyak yang ribut soal pernyataan Menhan terkait #sishankamrata, 'Apakah masih relevan doktrin tersebut di era perang abad 21?" ucap Evan melalui cuitan di Twitter @EvanLaksmana pada Selasa (12/11/2019).
Menurut Evan, sishankamrata memang sudah menjadi landasan dam strategi pertahanan dan keamanan Indonesia sejak dahulu. Sishankamrata juga tercantum dalam undang-undang.
Tapi Evan merasa persoalan sebenarnya adalah bagaimana implementasi konsep yang diusulkan oleh Prabowo tersebut.
"Tapi bagaimana implementasi dan “terjemahan” praktisnya. Seperti politik luar negeri bebas aktif, sishanmkarata lebih dekat ke landasan filosofis dan logika pertahanan (baca: analogi "logic vs grammar" Clausewitz). Ia bukan kebijakan praktis han atau strategi militer," Evan menjelaskan.
Ia kemudian menyinggung sejarah sishanmkarata di mana terjadi dwi-fungsi di era Orde Baru yang dipakai untuk melibatkan ABRI dalam semua kegiatan politik, ekonomi, sosial dan budaya.
"Bagaimana sekarang menerjemahkan sishankamrata tanpa membuka pintu "militerisasi" negara dan masyarakat?" tanya Evan.
Menurutnya, pertanyaan ini penting karena tanpa ada rencana serta kebijakan jelas dari Kemenhan dan Mabes, akan selalu muncul pertanyaan dan kritik dari masyarakat.
Baca Juga: Bunga KUR Turun 1 Persen, Bukan untuk Individu Tapi Kelompok
"Banyak landasan konseptual operasi & taktik militer (sebagai bagian sishankamrata) merupakan warisan Jepang dan perang revolusi 45-49. Bagaimana kita memformulasikan doktrin-doktrin dan operasi-operasi militer baru dan modern yang tidak lagi berdasar asumsi-asumsi dari 60 tahun lalu?" tanya Evan.
Dengan konsep usulan Prabowo ini, Evan juga menanyakan apakah modernisasi alusista Indonesia tetap jadi acuan.
Sebab menurut Evan, "Sekarang, UU Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara juga butuh diterjemahkan lebih lanjut dan dipikirkan kaitannya dengan MEF, valdas TNI, anggaran, offset, dan pemindahan ibukota. Belum lagi bicara revisi UU TNI dan perubahan lingkungan strategis Indo-Pasifik".
Peneliti CSIS ini menutup pernyataannya dengan menghimbau kepada pemerintah agar "menerjemahkan" sishankamrata dengan tepat.
"Jangan sampai proses transformasi pertahanan malah mundur ke abad 20. Tantangan kebijakan pertahanan riil tidak bisa dijawab dengan falsafah semata-mata," kata dia.
Konsep Perang Rakyat Semesta ini diusulkan oleh Prabowo dalam rapat kerja bersama Komisi I DPR RI, di Gedung Nusantara II, kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (11/11/2019).
Berita Terkait
Terpopuler
- Profil 3 Pelatih yang Dirumorkan Disodorkan ke PSSI sebagai Pengganti Kluivert
- 5 Rekomendasi Mobil Sunroof Bekas 100 Jutaan, Elegan dan Paling Nyaman
- 5 Day Cream Mengandung Vitamin C agar Wajah Cerah Bebas Flek Hitam
- Warna Lipstik Apa yang Bagus untuk Usia 40-an? Ini 5 Rekomendasi Terbaik dan Elegan
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
Pilihan
- 
            
              Cerita Danantara: Krakatau Steel Banyak Utang dan Tak Pernah Untung
- 
            
              Gandeng Raksasa Pengembang Jepang, Sinar Mas Land Hadirkan Kota Wisata Ecovia
- 
            
              Harga Emas Turun Empat Hari Beruntun! Galeri 24 dan UBS Hanya 2,3 Jutaan
- 
            
              Jeje Koar-koar dan Bicara Omong Kosong, Eliano Reijnders Akhirnya Buka Suara
- 
            
              Saham TOBA Milik Opung Luhut Kebakaran, Aksi Jual Investor Marak
Terkini
- 
            
              Apa Hebatnya Soeharto? Ini Balasan Politisi PSI ke PDIP
- 
            
              Ditemukan Ganja Sisa Hisap, Polisi Sebut Onad Merupakan Korban Penyalahgunaan Narkotika
- 
            
              Setelah Dua Tahun Gelap, Warga Poso Akhirnya Nikmati Terangnya Listrik Berkat Program Pemerintah
- 
            
              Alhamdulillah! Mendikdasmen Naikkan Insentif Guru Honorer Mulai 2026, Jadi Segini!
- 
            
              Lima Tahun Tragedi KM 50, Ini Alasan FPI Tetap Suarakan Keadilan di Depan Komnas HAM
- 
            
              Proyek Whoosh Disorot KPK, Mahfud MD: Jokowi dan Para Menterinya Bisa Dimintai Keterangan
- 
            
              Bagaimana Kondisi Onad Saat Ditangkap Narkoba? Ini Kata Polisi
- 
            
              Kasus Korupsi Jual Beli PGN, KPK Sita Kantor dan Pipa Gas di Cilegon
- 
            
              Tuntut Keadilan Tragedi KM 50, FPI Gelar Aksi Damai di Depan Komnas HAM
- 
            
              Polisi Sita Batang Ganja hingga Papir dari Onad, Istri Ikut Diamankan!