Suara.com - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima sejumlah pengaduan baik dari siswa maupun orang tua karena tugas berat dari sekolah selama pemberlakuan belajar online di rumah setelah merebaknya virus Corona COVID-19.
KPAI pun meminta kepada tenaga pendidik untuk tidak fokus dalam memberikan tugas online juga, namun lebih mengedepankan interaksi yang antara guru dan siswa sebagaimana kegiatan sekolah pada biasanya.
Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti menjelaskan adanya sejumlah aduan yang datang dari siswa dengan beragam keluhan.
Salah satunya, yakni siswa yang mengeluh teman-temannya kerap datang ke rumahnya lantaran tidak memiliki cukup kuota untuk mendengarkan pembelajaran dari guru. Oleh karena itu, kebijakan social distance atau berjaga jarak pun tidak terealisasi karena siswa-siswa memilih untuk berkumpul dengan masalah kuota serta akses internet.
Lain halnya keluhan yang disampaikan seorang siswa SMA di Kuningan, Jawa Barat kepada KPAI. Pelajar yang duduk di kelas 10 itiu mengaku tensi darahnya naik karena menerima banyak tugas lewat telepon genggam.
Ia mengeluh karena tugas yang diberikan secara online lebih banyak daripada sekolah pada biasanya.
"Sejak belajar di rumah tugasnya melebihi seperti sekolah, sampai tensi saya naik pak, bu 180/100, padahal usia saya masih 16 tahun, tapi anak seeumuran saya sudah kena darah tinggi, tensi saya naik karena saya menghadap ke telepon genggam terus selama berjama-jam untuk mengerjakan tugas-tugas”, cerita siswa tersebut lewat keterangan resmi KPAI, Kamis (19/3/2020).
Mendengar beragam aduan tersebut, KPAI meminta kepada para pemangku kepentingan di pendidikan agar membangun rambu-rambu bagi para guru sehingga proses home learning ini bisa berjalan dengan menyenangkan dan bermakna buat semua, bukan jadi beban yang justru tidak berpihak pada anak, bahkan bisa mempengaruhi kesehatan fisik dan mentalnya.
"Selama para siswa di rumah, jangan terlalu bebani dengan tumpukan tugas yang sangat banyak. Hal demikian hanya membuat mereka cemas dan terbebani, yang berpengaruh pada melemahnya sistem imun, yang berdampak pada mudahnya serangan virus," ujar Retno.
Baca Juga: Social Distancing, Siswa Jepang Adakan Kelulusan Lewat Game Minecraft
Retno mengungkapkan bahwa sebaiknya belajar secara online itu bisa dimanfaatkan tenaga pengajar sebagai kesempatan menumbuhkan rasa ingin tahu anak, memotivasi, mempererat hubungan dan saling membahagiakan.
Dengan kondisi wabah virus Corona (Covid-19) tengah menyerang seperti sekarang ini, kompetensi akademik bukanlah menjadi prioritas lagi. Justru yang menjadi prioritas ialah kompetensi untuk bertahan hidup dan saling mengingatkan agar selalu menjaga kebersihan diri serta lingkungan.
Pengadu lainnya juga sempat menyampaikan kalau sang anak sudah berada di depan laptop mulai pukul 06.00 WIB untuk menuruti perintah gurunya yang akan memberikan tugas pada pukul tersebut. Bukan hanya satu tugas, guru-guru lainnya pun memberikan tugas yang berbeda dengan waktu pengerjaan yang singkat.
Alhasil sang anak pun baru bisa makan pada siang harinya. Pengadu khawatir karena teknik semacam itu malah menurunkan imun sang anak gara-gara lelah dan telat makan.
Kata Retno, kebijakan Home Learning dan Online Learning yang ditetapkan itu justru diharapkan bisa memindahkan interaksi di sekolah ke rumah. Artinya para guru sedianya bisa melakukan interaksi dengan siswa seperti biasa.
"Bukan sekedar memberi tugas-tugas online. Bukan itu yang diharapkan siswa dan orang tua. Para guru harus keluar dari kebiasaan bahwa tugas ke siswa sama dengan memberi soal, banyak kreativitas lain yang justru menimbulkan semangat dan mengasah rasa ingin tahu anak-anak," kata dia.
Tag
Berita Terkait
-
Pemerintah Bakal Lakukan Tes Cepat Virus Corona secara Massal
-
Videonya Sedang Mengoles Air Liur di MRT Viral, Lelaki Ini Minta Maaf
-
Cegah Corona, Peralatan Pelatnas PBSI Disemprot Disinfektan
-
Jakarta Masih Tertinggi Angka Kematian Corona, Hari Ini 5 Orang Meninggal
-
Hasil Tes Deteksi Covid-19 Keluar, Jokowi: Alhamdulillah Negatif Corona
Terpopuler
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- 7 Sepatu Murah Lokal Buat Jogging Mulai Rp100 Ribuan, Ada Pilihan Dokter Tirta
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Indosat Gandeng Arsari dan Northstar Bangun FiberCo Independent, Dana Rp14,6 Triliun Dikucurkan!
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
Terkini
-
Karir Ambyar! Brigadir YAAS Dipecat Polda Kepri Usai Aniaya Calon Istri yang Hamil
-
Saksi Ungkap Pertamina Gunakan Kapal PT JMN karena Keterbatasan Armada Domestik
-
Bupati Bekasi dan Ayah Dicokok KPK, Tata Kelola Pemda Perlu Direformasi Total
-
Menteri Mukhtarudin Terima Jenazah PMI Korban Kebakaran di Hong Kong
-
Panas Paripurna Ranperda Perubahan Badan Hukum PAM Jaya, PSI Tetap Tolak Privatisasi BUMD Air Minum
-
KPK Ungkap Kepala Dinas Sengaja Hapus Jejak Korupsi Eks Bupati Bekasi
-
Bupati Bekasi di Tengah Pusaran Kasus Suap, Mengapa Harta Kekayaannya Janggal?
-
6 Fakta Tabrakan Bus Kru KRI Soeharso di Medan: 12 Personel Terluka
-
Pesan di Ponsel Dihapus, KPK Telusuri Jejak Komunikasi Bupati Bekasi
-
Rotasi 187 Perwira Tinggi TNI Akhir 2025, Kapuspen Hingga Pangkodau Berganti