Sangat jelas, situasi semacam ini dapat menggambarkan jika dunia pendidikan Indonesia tidak siap. Tidak siap menghadapi pandemi. Tidak siap untuk beradaptasi dengan situasi yang tak menentu. Ingatan GPN melayang pada tahun 2016. Dia pernah menjadi tenaga pengajar di daerah terpencil, yakni Pasaman Barat, Sumatera Barat.
Saat itu, dia harus terbiasa dengan keadaan serba terbatas. Jangankan soal teknologi, sinyal di sana saja susah. Murid-muridnya di Pasaman Barat saja tidak pernah menyentuh laptop. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana kondisi tempat mengajarnya dulu pada saat situasi semacam ini.
"Kondisi di sana (Pasaman Barat) jelas tidak memungkinkan untuk belajar dengan cara ini. Pertama, anak-anak di daerah terpencil aja gak pernah nyentuh laptop, sinyal susah. Sinyal aja gak ada apalagi teknologi lainnya," kata pria 27 tahun itu.
Menurutnya, sistem pendidikan selama masa pandemi corona merupakan bukti kalau Indonesia tidak siap. Jangankan di daerah terpencil, di kota besar masih banyak kendala.
"Kalau Indonesia cuma dilihat sebagai Jakarta, Bandung, Makasar, dan kota besar lainnya mungkin bisa. Tapi kan Indonesia enggak cuma itu saja. Indonesia luas, banyak daerah terpencil yang susah masuk sinyal. Sangat jelas tidak efektif. Menurut saya, Indonesia tidak siap," ungkapnya.
Untuk itu, dia berharap agar pemerintah mampu membuat regulasi yang jelas. Artinya, pemerintah jangan merujuk pada kota-kota besar saja --yang aksesnya mudah. Tetapi, pemerintah harus bisa menyesuaikan kondisi dengan daerah lainnya, daerah yang terpencil. Daerah yang sulit mengakses pendidikan dan teknologi.
"Ya harapannya pemerintah harus buat regulasi yang jelas, misalnya sekolah harus menerapkan protokol seperti apa. Kedua, pemerintah jangan merujuk pada kota-kota besar saja, harus menyesuaikan dengan daerah terpencil. Jangan kota besar saja. Harus ada kebijakan yang harus diterapkan secara nasional," harap dia.
Tag
Berita Terkait
-
Kini Kasus Virus Corona di Palembang Paling Banyak se-Sumsel
-
PSBB Palembang Rencana 20 Mei, Jam Operasional Dunia Usaha Cuma 5 Jam
-
Belum Ada Keputusan Soal Subsidi Klub di RUPS Luar Biasa PT LIB
-
Roda Ekonomi Diputar, Hongaria dan Slovenia Sepakat Buka Perbatasan 1 Juni
-
Longgarkan Lockdown, Negara di Asia Mulai Terlihat Normal
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Rocky Gerung 'Spill' Agenda Tersembunyi di Balik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir
-
Kriminalisasi Masyarakat Adat Penentang Tambang Ilegal PT Position, Jatam Ajukan Amicus Curiae
-
Drama PPP Belum Usai: Jateng Tolak SK Mardiono, 'Spill' Fakta Sebenarnya di Muktamar X
-
Horor MBG Terulang Lagi! Dinas KPKP Bongkar 'Dosa' Dapur Umum: SOP Diabaikan!
-
Jalani Kebijakan 'Koplaknomics', Ekonom Prediksi Indonesia Hadapi Ancaman Resesi dan Gejolak Sosial
-
Mensos Gus Ipul Bebas Tugaskan Staf Ahli yang Jadi Tersangka Korupsi Bansos di KPK
-
Detik-detik Bus DAMRI Ludes Terbakar di Tol Cikampek, Semua Penumpang Selamat
-
Titik Didih Krisis Puncak! Penutupan Belasan Tempat Wisata KLH Picu PHK Massal, Mulyadi Geram
-
Minta Pendampingan KPK, Gus Irfan Pastikan Ibadah Haji dan Umrah Bebas Rasuah
-
Misteri Keracunan 1.315 Siswa Terpecahkan: BGN Temukan Kadar Nitrit Hampir 4 Kali Lipat Batas Aman