Lalu bagaimana dengan orang-orang yang hidup di luar lingkaran prostitusi? Rupanya, mereka tak mengalami hal yang lebih baik.
Jennifer, nama samaran wanita yang telah membantu perempuan HIV-positif sepertinya, mengatakan kepada Rappler bahwa krisis telah membuat mereka semakin sulit mendapatkan bantuan pemerintah dan perawatan kesehatan.
"Kami memiliki obat-obatan untuk diminum, tetapi lebih sulit untuk mendapatkannya sekarang karena karantina. Kami dapat bertahan hidup karena kami memiliki sebuah organisasi," ungkapnya.
Jika bukan karena organisasinya, Koalisi Melawan Perdagangan Perempuan-Asia Pasifik (CATW-AP), dia mengatakan perempuan yang dieksploitasi di komunitasnya akan lebih menderita selama pandemi.
Salah seorang mantan pelacur dengan nama samaran Jaida mengaku khawatir, pandemi membuat teman-temannya kembali menjajakan tubuh mereka.
"Saya hanya menjual sayuran sekarang, saya tidak ingin kembali ke pelacuran. Tetapi situasi menjadi sangat sulit dan saya akan mengerti jika ada diantara mereka ada yang akan kembali," ujarnya.
Sementara itu, feminis dan kelompok perempuan sendiri memiliki pendapat yang berbeda mengenai hal ini jauh sebelum krisis.
Satu kelompok memandang pelacuran sebagai masalah ekonomi yang harus diatasi dan dihilangkan. Lainnya mengakui dipaksa terjerumus ke dalamnya. Ada juga orang yang menganggap kerja seks sebagai bisnis yang sah, yang melayani pasar yang ada di masyarakat mana pun.
Direktur eksekutif CATW-AP Jean Enriquez, menolak gagasan seks sebagai pekerjaan, ia mendesak pemerintah untuk merencanakan hal ini lebih baik dan segera memobilisasi sumber daya.
Baca Juga: 5 Artis Dikira Jalani Praktik Prostitusi, Ada yang Ditawar Rp 600 Juta
"Para wanita ini membutuhkan pekerjaan reguler dan layak. Janganlah kita menormalkan pelecehan. Tidak ada seorang pun yang mau digunakan setiap hari," kata Enriquez.
Advokat pekerja seks, Mara Quesada mengakui Filipina mungkin tidak siap untuk legalisasi kerja seks, tapi jika hal ini dilegalkan, pekerja seks memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan tunai dari pemerintah.
Tetapi ada juga perempuan dan laki-laki yang ingin diakui dan dilindungi untuk jenis pekerjaan yang telah mereka pilih. "Ada orang-orang yang merasa bahwa mereka tidak perlu diselamatkan dan mereka ingin pengakuan atas pekerjaan mereka," kata Quesada.
"Sehingga akan diatur dan akan ada lingkungan yang aman bagi mereka dan mereka dapat melaporkan mereka yang berkuasa, seperti polisi, yang menyalahgunakan mereka," tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Dosen Filsafat Ungkap Masalah Demokrasi di Indonesia: Dari Politik Feodal hingga Hilangnya Oposisi
-
Polda Jatim Bakal Tetapkan Tersangka Usai Evakuasi Tragedi Ponpes Al Khoziny Rampung
-
Ngaku Pendukung Jokowi, Peserta Ini Disoraki di Tengah Diskusi Demokrasi
-
Viral Pria Unboxing Gas Elpiji 3 Kg, Sebut Dioplos Air Padahal Ini Fakta Ilmiahnya
-
Berhasil Identifikasi, 17 Jasad Santri Tragedi Ponpes Al Khoziny Diserahkan ke Keluarga
-
Lewat Modul P5, Literasi Jaminan Sosial Dinilai Bisa Ditanamkan Sejak Dini
-
TPG Triwulan III 2025 Cair! Guru Jam Mengajar di Bawah 12 JP Dapat Tunjangan?
-
Ketua GIPI Kritik RUU Kepariwisataan: Pemerintah Tak Pernah Anggap Penting Pariwisata
-
Pemerintah Sebut UU Pers Beri Jaminan Perlindungan Hukum Wartawan, Iwakum Sebut Ini
-
Menpar Widiyanti Targetkan Industri MICE Indonesia Susul Vietnam di Peringkat Global