Suara.com - Dari tahun ke tahun kasus kekerasan terhadap pembela hak asasi manusia (HAM) terus terjadi, bahkan angkanya semakin meningkat. Tak terkecuali di tengah situasi Darurat Covid-19, sejumlah pembela HAM yang bersuara kritis justru dibungkam bahkan teror, diintimidasi.
Direktur Yayasan Perlindungan Insani Indonesia Damairia Pakpahan dalam diskusi daring bertajuk 'Penegakan HAM; Darurat Kebebasan Berekspresi & Perlindungan Pembela HAM' yang diselenggarakan Imparsial, mengatakan bahwa sepanjang tahun 2019 ada 311 pembela HAM yang mengalami kekerasan, teror dan intimidasi di seluruh Indonesia. Sebanyak 35 di antaranya menimpa perempuan dan 277 laki-laki.
"Terkait konflik lingkungan dan hak atas tanah di Sumatera Utara ada tiga orang yang meninggal dunia, yakni Golfrid Siregar, Maraden Sianipar, Martua Parasian Siregar di Sumatera Utara," kata Damairia, Jumat (5/6/2020).
Selain sektor lingkungan, kekerasan hingga menyebabkan pembela HAM meninggal dunia juga terjadi di sektor kebebasan berekspresi dan berpendapat. Hal ini terjadi pada peristiwa gelombang demonstrasi #ReformasidiKorupsi pada 23-26 September 2019, setidaknya lima mahasiswa meninggal dunia, yakni tiga orang di Jakarta dan dua di Kendari.
Kemudin terdapt 12 komunitas Pembela HAM dari berbagai isu mengalami kekerasan. Mulai dari isu lingkungan, sumber daya alam, masyarakat adat, aktivis/LSM, anti korupsi, kebebasan beragama, mahasiswa, kekerasan berbasis gender, LGBTIQ termasuk pembela HAM Papua.
Kekerasan Pembela HAM di Tengah Pandemi
Di tengah masa pandemi Virus Corona, gelombang kekerasan terhadap pembela HAM terus berlangsung. Pada Maret lalu, dua petani yang tengah memperjuangkan tanahnya berkonflik dengan korporasi meninggal dunia.
Termutakhir, kasus pegiat demokrasi Ravio Patra yang dikriminalisasi oleh Kepolisian dengan tuduhan penyebaran ujaran kebencian UU ITE.
"Kasus-kasus tersebut adalah bentuk demokrasi di republik ini telah dirusak. Negara harus menjamin demokrasi dengan melindungi para pembelela HAM," katanya.
Baca Juga: Dikriminalisasi Polisi, Aktivis Ravio Patra Gugat Polda Metro Jaya
Berita Terkait
-
Bela SMB, Aktivis HAM Diserang Hoaks, Muncul Petisi #KamiBersamaEra
-
Haris Azhar Sebut Ada Rangkaian Intimidasi Terhadap Aktivis HAM Papua
-
Desakan OPM Bebaskan Aktivis HAM Papua, Wiranto: Masa Saya Ulangin Lagi
-
Hapus Twit Blunder Cibir Jokowi, Aktivis HAM Akui Salah dan Minta Maaf
-
JK Kabur Saat Didemo Keluarga Korban dan Aktivis HAM
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
-
Nova Arianto Ungkap Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
Terkini
-
Nasib Diumumkan KPK Hari Ini, Gubernur Riau Wahid Bakal Tersangka usai Kena OTT?
-
OTT KPK di Riau! Gubernur dan Kepala Dinas Ditangkap, Siapa Saja Tersangkanya?
-
KPK Sebut OTT di Riau Terkait dengan Korupsi Anggaran Dinas PUPR
-
Polisi Berhasil Tangkap Sindikat Penambangan Ilegal di Taman Nasional Gunung Merapi
-
600 Ribu Penerima Bansos Dipakai Judi Online! Yusril Ungkap Fakta Mencengangkan
-
Pemerintah Segera Putihkan Tunggakan Iuran BPJS Kesehatan, Catat Waktunya!
-
Pengemudi Ojol Jadi Buron Usai Penumpangnya Tewas, Asosiasi Desak Pelaku Serahkan Diri
-
Sempat Kabur Saat Kena OTT, Gubernur Riau Ditangkap KPK di Kafe
-
Targetkan 400 Juta Penumpang Tahun 2025, Dirut Transjakarta: Bismillah Doain
-
Sejarah Terukir di Samarkand: Bahasa Indonesia Disahkan sebagai Bahasa Resmi UNESCO