Suara.com - Akademisi dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Yoseph Yapi Taum menilai Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional kurang kondusif memberikan pelajaran soal rasisme dan kemajemukan, sehingga masih banyak terjadi perlakuan diskriminatif berdasarkan konsep ras di Tanah Air.
"Saya kira undang-undang sistem pendidikan kita juga kurang kondusif di dalam membuka keberagaman, di mana anak bisa menerima perbedaan, bukan hanya perbedaan tapi juga trust - memberikan kepercayaan terhadap orang yang berbeda," kata Yoseph Yapi Taum dalam sebuah diskusi daring bertajuk Meliput Rasisme di Papua yang digelar AJI Yogyakarta, Sabtu (13/6/2020).
Menurutnya, bangsa Indonesia harus melakukan perubahan agar isu rasisme tidak terus terjadi.
"Kita menginginkan perubahan terhadap bangsa kita agar kita tidak rasis dengan orang lain, terhadap orang Madura, terhadap orang China, terhadap Kristen, Islam terhadap orang ini itu enggak usah," ungkapnya.
Yoseph meminta agar proses pembelajaran membuat orang-orang di Indonesia sejak dini lebih bijaksana lagi dalam bersikap menghadapi perbedaan.
"Misalnya direfleksikan 10 menit mendalam 'oh itu ternyata hanya kulit doang, rambut itu hanya kulit saja tapi di dalamnya tiap manusia yang punya air mata dia punya kesedihan dan kerinduan lain-lain'. Kulitnya saja yang berbeda tapi di dalamnya mereka mempunyai harkat martabat yang harus kita hormati," tegas dia.
Diskusi uang digelar Aliansi Jurnalis Independent (AJI) Yogyakarta ini turut hadir juga sebagai pembicara Victor Mambor sebagai Jurnalis Senior Papua, Latifah Anum Siregar sebagai Direktur Demokrasi untuk Papua dan Dr. Nino Viartasiwi sebagai Peneliti Papua.
Berita Terkait
-
Heboh! Video Zoom Dosen Papua Kembali Beredar, Warganet Ingatkan Ancaman Hukum Penyebar
-
Momen Makan Sehat Penuh Gizi di Tanah Papua Tuai Pujian, Sentil Polemik MBG
-
Wamendagri Ribka Minta 6 Provinsi di Tanah Papua Percepat Eliminasi Malaria
-
Diguyur Hujan Deras, Air Danau Paniai di Papua Meluap
-
OPM Dituding Tembak Warga Sipil dan Bakar Rumah di Asmat, Akses Sulit Hambat Penyelidikan
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
- Kompetisi Menulis dari AXIS Belum Usai, Gemakan #SuaraParaJuara dan Dapatkan Hadiah
- Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Rumah Tangga Deddy Corbuzier dan Sabrina Diisukan Retak, Dulu Pacaran Diam-Diam Tanpa Restu Orangtua
Pilihan
-
Evakuasi Ponpes Al-Khoziny: Nihil Tanda Kehidupan, Alat Berat Dikerahkan Diirigi Tangis
-
Statistik Brutal Dean James: Bek Timnas Indonesia Jadi Pahlawan Go Ahead Eagles di Liga Europa
-
Harga Emas Antam Stagnan, Hari Ini Dibanderol Rp 2.235.000 per Gram
-
Poin-poin Utama UU BUMN: Resmi Disahkan DPR RI, Selamat Tinggal Kementerian BUMN
-
LPS soal Indeks Situasi Saat Ini: Orang Miskin RI Mengelus Dada
Terkini
-
Kritik Gus Nadir soal Ambruknya Ponpes Al Khoziny: Kita Kerap Berlindung dari Kalimat 'Sudah Takdir'
-
Lodewyk Pusung Diganjar Pangkat Kehormatan, Keputusan Prabowo Dinilai Tepat, Mengapa?
-
Awasi Subsidi Rp 87 Triliun, Pemerintah Kaji Pembentukan Badan Pengawas Khusus LPG 3 Kg
-
Joget Sambil Mabuk Berujung Maut: Sekuriti Tewas Dibacok di Kafe Bmart Kemayoran
-
Dari Spanduk Penolakan hingga Meja Mediasi: Warga Palmerah dan DLH Mencari Titik Temu Soal Sampah
-
Polisi Tangkap Pemuda 22 Tahun di Pelosok Minahasa, Benar Hacker Bjorka atau Sekadar Penipu Ulung?
-
Tragedi Pagi Buta di Pejaten: Terapis Muda Ditemukan Tewas, Polisi Selidiki Dugaan Lompat dari Ruko
-
BBM Langka, Kementerian ESDM Kaji Mekanisme Baru Pengadaan Bahan Bakar ke SPBU Swasta!
-
Terancam 12 Tahun Bui, Sepak Terjang WFT Pemuda Minahasa Ngaku-ngaku Bjorka!
-
Aksi Serangan Udara hingga Pembebasan Sandera Warnai Gladi Bersih HUT ke-80 TNI