Suara.com - Ada pemandangan gembira di Chile setelah mayoritas suara mendukung reformasi konstitusi Chile, yang berasal dari pemerintahan diktator militer Jenderal Augusto Pinochet.
Sebanyak 78% penduduk Chile memilih "ya" dalam referendum yang dilakukan setelah unjuk rasa massa menentang ketidaksetaraan di negara itu.
Presiden Sebastián Piñera memuji pemungutan suara yang berlangsung damai itu.
Dia mengatakan pemungutan suara adalah "awal dari sebuah jalan yang harus kita jalani bersama".
- Aksi-aksi demonstrasi tahun ini: Apa yang akan terjadi kemudian?'
- Foto pilihan: Demonstran dihantam meriam air hingga perayaan Vietnam sabet emas sepak bola SEA Games
- Dari Jakarta, Hong Kong hingga Beirut: Mengapa terjadi banyak aksi protes di dunia?
Bagaimana kita bisa sampai disini?
Pada November 2019, presiden dari sayap kanan, Sebastian Piñera, setuju mengadakan referendum setelah unjuk rasa yang terjadi selama satu bulan berturut-turut di seluruh Chile, yang menyebabkan lebih dari satu juta orang turun ke jalan di ibu kota, Santiago.
Unjuk rasa yang awalnya dipicu oleh kenaikan ongkos di metro Santiago, mengundang banyak warga Chile dari beragam latar belakang turun ke jalan dan berbagi kemarahan tentang tingginya tingkat ketidaksetaraan di Chile.
Salah satu tuntutan utama mereka adalah mereformasi konstitusi era kediktatoran lama, yang menurut mereka mengakar pada ketidaksetaraan dengan menempatkan sektor swasta untuk mengendalikan sektor kesehatan, pendidikan, perumahan dan pensiun.
Referendum yang sedianya akan digelar pada April ditunda hingga Oktober akibat pandemi virus corona.
Apa yang ditawarkan bagi Chile dalam referendum?
Referendum mengajukan dua pertanyaan kepada Chile: pertama, apakah mereka menginginkan konstitusi baru, dan kedua, badan seperti apa yang mereka inginkan untuk membuat konstitusi itu.
Baca Juga: Protes Didengar, Warga Chile Rayakan Lahirnya Konstitusi Baru
Pejabat pemilu mengatakan hampir 7,5 juta warga Chile memberikan suara mereka.
Dengan hampir semua suara telah dihitung, lebih dari 78% memberikan suara mendukung konstitusi baru.
Mayoritas 79% pemilih juga memberikan suara mendukung konstitusi baru yang disusun oleh sebuah badan yang akan 100% dipilih oleh suara rakyat dan bukan dari 50% anggota Kongres.
Bagaimana reaksi tentang hasil referendum itu?
Presiden Piñera memahami bahwa konstitusi yang berlaku saat ini telah "memecah belah". Dia menyerukan agar warga Chile "bekerja bersama agar konstitusi baru itu menjadi landasan yang baik untuk persatuan, stabilitas dan masa depan".
Dia juga memuji demokrasi yang dijunjung tinggi dalam referendum.
"Hari ini warga negara dan demokrasi telah menang, hari ini persatuan telah menang atas perpecahan dan perdamaian [telah menang] atas kekerasan.
"Dan ini adalah kemenangan bagi semua orang Chile yang mencintai demokrasi, persatuan dan perdamaian, tanpa diragukan lagi."
Perayaan kemenangan "kelahiran kembali" tapi kerja keras baru saja dimulai
Saat hasil pemungutan suara akhirnya keluar, kata REBIRTH (kelahiran kembali) terpampang di sebuah bangunan di pusat kota Santiago.
Bagi begitu banyak orang Chile, inilah yang mewakili suara mereka dalam pemungutan suara: selamat tinggal pada konstitusi era kediktatoran, dan selamat datang pada awal baru yang menurut orang lebih cocok untuk demokrasi modern.
Pemungutan suara hari Minggu (25/10) menutup tahun yang penuh gejolak bagi Chile - dan pemungutan suara ini adalah hasil dari unjuk rasa massal berbulan-bulan yang menyerukan perubahan yang berarti.
Tetapi di satu sisi, kerja keras baru saja dimulai, karena itu memulai proses yang sama sekali baru di mana rakyat Chile sekarang harus memilih siapa yang akan menyusun konstitusi dan apa yang akan dikatakan konstitusi itu.
Perayaan malam ini menggembirakan tetapi permintaannya banyak dan harapannya tinggi.
Mereka yang telah berkampanye untuk mendukung suara "ya" turun ke jalan untuk merayakan kemenangan.
Salah satu yang merayakan, Juan Pablo Naranjo, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa dia berterima kasih kepada para pemuda yang memulai protes.
"Jika bukan karena orang-orang muda pemberani yang berjuang untuk kami, tidak ada yang akan pergi ke jalanan. Saya telah lama menginginkan ini terjadi dan itu terjadi dan terima kasih kepada mereka, hari ini kami menang. "
Yang lain berkata bahwa "kami melahirkan konstitusi baru dan kami meninggalkan konstitusi Pinochet dan rombongannya."
Senator Juan Antonio Coloma, yang memimpin kampanye untuk suara "tidak", mengaku kalah, mengatakan bahwa referendum "jelas-jelas mengambil arah yang berbeda dari apa yang kami harapkan".
Apa yang terjadi selanjutnya?
Para pemilih akan kembali ke kotak suara pada 11 April 2021 untuk memilih 155 orang yang akan menyusun konvensi yang akan menyusun konstitusi baru.
Konvensi akan memiliki waktu sembilan bulan, dengan opsi perpanjangan satu kali selama tiga bulan, untuk menghasilkan konstitusi baru.
Konstitusi baru kemudian akan diajukan kepada rakyat Chile dalam referendum lain pada tahun 2022.
Apa yang dikehendaki warga Chile dari kontitusi baru mereka?
Tingkat kemiskinan di Chile anjlok secara dramatis selama 20 tahun terakhir.
Chile menjadi negara terkaya di Amerika jika dihitung dari pendapatan per kapita, namun negara itu tetap menjadi negara dengan ketidaksetaraan tertinggi di dunia dan banyak warga Chile menghendaki kesejahteraan negara mereka didistribusikan dengan setara.
Fernanda Namur berkata kepada BBC bahwa dia menghendaki konstitusi baru untuk "mewakili kelas bawah kami dan memberi mereka kesempatan berjuang dalam permainan yang tampaknya curang ini melalui pendidikan yang layak dan perawatan medis yang dapat diakses".
Sementara itu, Mario Bustos Mansilla mengatakan kepada BBC: "Saya ingin ada catatan tertulis tentang hak-hak dasar kami, yang bagi saya adalah pendidikan, perawatan kesehatan, perumahan."
Tuntutan Bustos digaungkan oleh Pamela Charad yang mengatakan bahwa dia menginginkan "perawatan kesehatan dan pendidikan yang lebih baik untuk semua orang".
"Negara ini seperti kompor bertekanan tinggi yang meledak," kata Charad tentang unjuk rasa selama berbulan-bulan pada 2019 dan awal 2020 di mana lebih dari 30 orang tewas.
"Ini adalah kesempatan kita untuk memperbaiki keadaan."
Apakah itu akan mengubah keadaan?
Suara "ya" yang luar biasa adalah kemenangan yang jelas bagi mereka yang bergabung dengan unjuk rasa anti-ketidaksetaraan tahun lalu bahkan dalam menghadapi represi polisi.
Sementara banyak ahli konstitusi mengatakan bahwa ini hanya langkah pertama menuju perubahan, ini bukan pertama kalinya Chile mencapai perubahan melalui referendum.
Pada bulan Oktober 1988, warga Chile memilih "tidak" ketika Jenderal Pinochet berencana memperpanjang kekuasaan militernya selama delapan tahun lagi.
Patricio Aylwin memenangkan pemilihan presiden pada tahun 1989 dan Jenderal Pinochet mundur sebagai presiden pada tahun 1990.
Berita Terkait
-
'Jakarta Is Coming', Teror Kode di Dinding Jalanan Chile Jelang Kudeta Berdarah
-
CEK FAKTA: Benarkah PBB Putuskan Referendum 5 Negara Baru, 3 dari Indonesia?
-
CEK FAKTA: Prabowo Usulkan Referendum Aceh dan Papua Barat ke PBB
-
Cek Fakta: Prabowo Usulkan Referendum di Aceh dan Papua Barat ke PBB, Benarkah ?
-
Chile vs Argentina, Julian Alvarez Bawa Lionel Messi Cs Unggul Lawan La Roja
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
Terkini
-
Ciliwung Meluap usai Hujan Deras, 20 RT di Jakarta Terendam Banjir
-
Karen Agustiawan Sebut Pemerintah Lempar Tanggung Jawab ke Pertamina soal Sewa Tangki BBM
-
Cuaca Hari Ini: Jakarta dan Sekitarnya Hujan Hingga Malam Hari
-
Kemenko PMK Kembangkan Sistem Berbasis AI untuk Pantau Layanan Anak Usia Dini
-
Revisi UU Penyiaran Disorot, Ahli: Era Digital Butuh Regulasi Waras dan KPI yang Kuat!
-
Diduga Lakukan Penggelapan Mobil Inventaris Kantor, Eks CEO dan Direktur Perusahaan Dipolisikan
-
Amerika Serikat dan Venezuela Memanas: Kapal Induk Dikerahkan ke Laut Karibia, Ini 5 Faktanya
-
Gempa Magnitudo 6,5 Leeward Island, BMKG: Tidak Ada Potensi Tsunami di Indonesia
-
Kewenangan Dicabut, Eks Dirut Pertamina Klaim Tak Tahu Soal Penyewaan Tangki BBM PT OPM
-
Babak Baru Skandal Whoosh: Pakar Hukum Desak KPK 'Seret' Jokowi ke Meja Pemeriksaan