"Tokyo tetap menjadi kota Olimpiade dengan persiapan terbaik. Saat ini kami tidak punya alasan untuk percaya bahwa Olimpiade Tokyo tidak bisa digelar," ujar Thomas Bach, Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) yang baru-baru ini terpilih kembali.
"Itulah mengapa tidak ada Plan B. Dan itulah mengapa kami berkomitmen penuh untuk memastikan bahwa pertandingan aman dan sukses."
Ia mendorong agar kompetisi tetap diadakan, utamanya karena terkait alasan finansial yang mencapai miliaran euro.
Ini adalah poin penting menurut sudut pandang IOC, karena penundaan satu tahun dan biaya tindakan perlindungan corona saja telah meningkatkan anggaran hingga setidaknya 2,3 miliar euro.
Panitia penyelenggara Jepang secara resmi mengharapkan pengeluaran sekitar 12,66 miliar euro, dan sebesar 760 juta euro untuk mencegah infeksi.
Tapi apakah uang sebanyak cukup untuk membuat para atlet berhenti khawatir? Mana yang lebih penting? Norio Sugaya, ahli penyakit menular di Rumah Sakit Keiyu di Yokohama, secara terbuka memohon agar Olimpiade dibatalkan meskipun ada protokol kebersihan.
"Risikonya besar di Jepang," ungkap Sugaya. Negara ini "sama sekali tidak aman."
Apakah kesuksesan finansial akan lebih diutamakan daripada kesehatan para atlet? Setidaknya keprihatinan Sugaya mirip dengan yang dipikirkan para peserta olimpiade.
"Dalam situasi apa pun saya tidak akan percaya begitu saja. Sebagai seorang atlet dan dengan asosiasi kami, yakni Atlet untuk Jerman, saya ingin membentuk persepsi saya sendiri dan mempertanyakan konsepnya," kata Hartung Altet nasional anggar ini menganggap penting bagi para atlet untuk berkontribusi atas konsep kebersihan.
Baca Juga: Indonesia Diyakini Masih Bisa Tambah Wakil ke Olimpiade Tokyo
Menurut Hartung, para ahli virus tentu harus menggarap konsep kebersihannya, tapi di sisi lain peran para atlet juga penting karena mereka bisa memberikan informasi mengenai apa saja yang harus dilakukan agar bisa menjamin kompetisi yang fair.
Sulit untuk bisa hasilkan kompetisi yang adil Kompetisi yang adil? Sepertinya sulit. Perbedaan opsi pelatihan yang ada saat ini saja membuat persaingan yang adil di Tokyo hampir mustahil.
Beberapa atlet sudah divaksinasi, tetapi sebagian lainnya belum. Atlet yang telah divaksinasi dapat berlatih secara normal dan mempersiapkan diri untuk berlaga di kompetisi di Tokyo, sementara atlet lain punya rintangan yang jauh lebih tinggi.
"Bagaimanapun ini tidak adil," kata Hartung.
"Tidak semua orang cukup beruntung bisa divaksinasi seperti saya karena saya berhubungan dengan orang yang memiliki prioritas tinggi. … Saya berharap kelompok yang rentan akan segera divaksinasi dan rekan satu tim saya juga dapat divaksinasi."
Banyak pertanyaan masih tersisa
Berita Terkait
-
Diam-diam Donald Trump Pernah Kirim Tes COVID-19 kepada Vladimir Putin
-
Dharma Pongrekun: Mengapa Tes PCR Harus Dicolok-colok ke Hidung?
-
Ada Richarlison, Ini 5 Jebolan Olimpiade Tokyo yang Bela Brasil di Piala Dunia 2022
-
Cegah Varian XBB Meluas, Reisa Broto Minta Tes Covid-19 Kembali Digalakkan
-
Hal yang Diperbolehkan dan Dilarang saat Nonton Piala Dunia 2022 Langsung di Qatar, Jangan Coba-coba Melanggar
Terpopuler
- Feri Amsari Singgung Pendidikan Gibran di Australia: Ijazah atau Cuma Sertifikat Bimbel?
- 7 Mobil Kecil Matic Murah untuk Keluarga Baru, Irit dan Perawatan Mudah
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
Pilihan
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
-
Heboh Kasus Ponpes Ditagih PBB hingga Diancam Garis Polisi, Menkeu Purbaya Bakal Lakukan Ini
Terkini
-
Jejak Korupsi Riza Chalid Sampai ke Bankir, Kejagung Periksa 7 Saksi Maraton
-
'Tidak Dikunci, tapi Juga Tidak Dipermudah,' Dilema MPR Sikapi Wacana Amandemen UUD 1945
-
Lisa Mariana Sumringah Tak Ditahan Polisi Usai Diperiksa Sebagai Tersangka: Aku Bisa Beraktivitas!
-
Menhut Klaim Karhutla Turun Signifikan di Tahun Pertama Pemerintahan Prabowo, Ini Kuncinya
-
'Apa Hebatnya Soeharto?' Sentilan Keras Politisi PDIP Soal Pemberian Gelar Pahlawan
-
Efek Jera Tak Mempan, DKI Jakarta Pilih 'Malu-maluin' Pembakar Sampah di Medsos
-
Menas Erwin Diduga 'Sunat' Uang Suap, Dipakai untuk Beli Rumah Pembalap Faryd Sungkar
-
RDF Plant Rorotan, Solusi Pengelolaan Sampah Ramah Lingkungan
-
KPK Cecar Eks Dirjen Perkebunan Kementan Soal Pengadaan Asam Semut
-
Buka Lahan Ilegal di Kawasan Konservasi Hutan, Wanita Ini Terancam 11 Tahun Bui