Suara.com - Konflik Israel dan Palestina selama puluhan tahun tak bisa dilepaskan dari konflik politik dua otoritas terbesar Palestina, Hamas dan Fatah. Hamas merupakan partai politik dengan ideologi Islam sementara Fatah menjadi partai yang menganut ideologi nasionalis sekuler.
Mulanya, ideologi kelompok Fatah mendominasi karena memiliki visi sama dengan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) untuk mengakui eksistensi Israel. Sikap itu bertentangan dengan Hamas yang tidak mengakui keberadaan Israel karena prinsipnya bertentangan dengan Islam.
Perseteruan Hamas dan Fatah makin panas ketika pemimpin tertinggi Fatah, Yasser Arafat meninggal dunia pada 2004. Padahal sebelumnya, pada 1993 Yasser Arafat menyatakan berdamai dengan Israel melalui Kesepakatan Oslo sekaligus mengakhiri intifada pertama sejak 1987. Sebaliknya, sejumlah sumber menyebutkan Hamas memilih untuk membela diri dengan tetap menyerang Israel.
Dalam sejarahnya, Hamas sudah terlibat dalam perang melawan militer Israel mulai dari tahun 2008, 2009, 2012 dan 2014. Hamas yang sudah berdiri sejak 1980-an mulai menguasai jalur Gaza pada 2007. Akibatnya perang memanas di jalur Gaza hingga saat ini. Sementara Fatah mengatur Tepi Barat Palestina.
Penguasaan Hamas atas jalur Gaza bermula ketika mereka memenangi pemilu legislatif Palestina pada 2006. Kemenangan itu membuat tokoh Hamas, Ismail Haniyah terpilih sebagai Perdana Menteri Palestina.
Sayangnya, pemilu tersebut sekaligus menjadi tanda berakhirnya dominasi Fatah. Namun sayangnya pemilu justru menjadi awal terbelahnya kepemimpinan di Palestina, di mana Hamas mengatur jalur Gaza dan Fatah mengatur Tepi Barat.
Konflik keduanya masih terus berlanjut meskipun dalam 15 tahun terakhir upaya rekonsiliasi terus dilakukan. Kendati demikian, Hamas dan Fatah memiliki tujuan yang sama, yakni membangun negara Palestina di daerah yang diduduki Israel pada 1967, yang terdiri dari Yerusalem Timur, Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Sejak sebelum merambah dunia politik, Hamas memiliki tujuan untuk melakukan perjuangan bersenjata melawan Israel. Hamas juga menyampaikan program kesejahteraan sosial. Hamas membangun sekolah dan klinik bagi warga Palestina yang menentang kekuasaan korup sekaligus didominasi kelompok Fatah pada saat itu.
Namun upaya itu tersendat karena Israel menarik pasukannya dari jalur Gaza pada 2005 atau setahun sebelum Hamas terjun pada pemilu.
Baca Juga: Wali Kota Makassar Himbau Warga Bersedekah untuk Palestina
Hamas berkali-kali disebut sebagai kelompok teroris oleh Israel, Amerika Serikat, Uni Eropa dan Inggris. Terlebih setelah intifada pertama dan menentang Kesepakatan Oslo. Pada Februari hingga Maret 1996, Hamas melakukan bom bunuh diri dengan bus dan menewaskan hampir 60 orang Israel. Hal itu mereka lakukan setelah pembunuhan pembuat bom Hamas, Yahya Ayyash, pada Desember 1995.
Konflik masih terus terjadi di jalur Gaza hingga Mei 2021 setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengisyaratkan perang keempat dengan penguasa Hamas di jalur Gaza. Sebuah ledakan mengguncang kota dari utara ke selatan selama 10 menit.
Sementara dalam serangan udara 24 jam yang berlangsung lebih lama telah menyebabkan 42 orang Palestina meninggal dunia. Saat ini kehidupan di jalur Gaza masih bergantung pada bantuan warga dunia.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni
Berita Terkait
-
Wali Kota Makassar Himbau Warga Bersedekah untuk Palestina
-
Aksi Bela Palestina-Israel Dicap Mirip Musim Buah, Hilang lalu Muncul Lagi
-
Desak CEO Google Dukung Palestina, Karyawan Beragama Yahudi Lakukan Ini
-
Daftar Produk Israel di Indonesia, Paling Banyak untuk Anak-anak
-
Jansen Sitindaon Tak Setuju Penghina Palestina Dikeluarkan dari Sekolah
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
Terkini
-
Pastikan Serapan Anggaran MBG Membaik, Luhut: Menkeu Tak Perlu Ambil Anggaran yang Tak Terserap
-
Ngeri! Jakarta Masuk 5 Besar Kota dengan Udara Terburuk di Dunia
-
Buka Suara soal Kasus Puluhan Siswa SD Keracunan MBG di Jaktim, DKPKP DKI Bilang Begini
-
Cuaca Hari Ini: Waspada Badai, Sebagian Besar Wilayah Indonesia Diprediksi Hujan
-
Prediksi Cuaca Hari Ini 4 Oktober 2025: Waspada Hujan Lebat dan Gelombang Tinggi
-
Terkuak! Kasus Keracunan Siswa di Jakarta Akibat Dapur MBG Tak Jalani SOP BGN
-
Prabowo Blusukan ke Monas, Cek Persiapan HUT ke-80 TNI
-
Gedung Ponpes Al-Khoziny Ambruk Tewaskan 13 Orang, FKBI Desak Investigasi dan Soroti Kelalaian Fatal
-
Prakiraan Cuaca 4 Oktober 2025 di Berbagai Kota Wisata dari Bogor, Bali hingga Yogyakarta
-
Dolar Diramal Tembus Rp20.000, Ekonom Blak-blakan Kritik Kebijakan 'Bakar Uang' Menkeu