Suara.com - Biksu kontroversial yang dikenal karena pandangan politik ultra-kanannya, Ashin Wirathu, dibebaskan dari penjara oleh junta militer Myanmar.
Ashin Wirathu yang dikenal karena kerap melontarkan retorika nasionalis dan anti-muslim, sebelumnya dipenjara karena dituduh makar terhadap pemerintahan sipil Myanmar, yang dijungkalkan militer lewat kudeta Februari lalu.
Biksu yang selalu tampil menggebu-gebu di depan massa itu juga dikenal berpandangan pro-militer.
Dia lantas dijuluki 'Bin Laden-nya umat Buddha' karena selalu menyerang umat Muslim, terutama komunitas Rohingya, dalam pidato-pidatonya.
Wirathu sering muncul di pawai-pawai pro-militer dengan melontarkan pidato-pidato nasionalis dan mengritik pemimpin Myanmar saat itu, Aung San Suu Kyi, beserta pemerintahan bentukan Liga Nasional untuk Demokrasi yang dia pimpin.
Masalah bagi Wirathu baru muncul ketika ia menyerang Aung San Suu Kyi.
"Ia berpakaian seperti penggemar fesyen. Berdandan dan berjalan dengan gaya, pakai sepatu hak tinggi dan menggoyang pantatnya untuk orang asing," cetusnya, merujuk Suu Kyi, di depan pendukungnya yang bersorak sorai.
Bulan Mei lalu, Wirathu menuduh seorang anggota pemerintahan "tidur dengan orang asing".
Suu Kyi menikah dengan akademisi Inggris, Michael Aris, yang meninggal karena kanker di tahun 1999 saat ia berada dalam tahanan rumah rezim militer.
Baca Juga: AS Sebut Penanganan COVID-19 Myanmar Terhambat Junta Militer
Pada 2019, dia didakwa melancarkan "kebencian dan penghinaan" terhadap pemerintah sipil.
Wirathu lantas sempat buron, sebelum menyerahkan diri kepada pihak berwenang November 2020. Sejak saat itu dia menunggu untuk diadili.
Namun Senin kemarin junta militer mengatakan bahwa semua tuduhan terhadap dia sudah digugurkan, tanpa ada alasan yang spesifik.
Dijelaskan pula bahwa Wirathu sedang menjalani perawatan di rumah sakit militer. Namun tidak diketahui kondisi medisnya.
'Wajah teror'
Wirathu pertama kali muncul ke ranah publik pada tahun 2001 ketika memimpin kampanye boikot terhadap bisnis yang dimiliki oleh Muslim.
Dia pun dikenal salah satu tokoh terkemuka dari gerakan 969, yaitu gerakan nasionalis penganut Buddha yang menyerukan agar umat Buddha hanya berbelanja, menjual properti ,dan menikah di kalangan mereka saja.
Di puncak popularitasnya, Wirathu memiliki puluhan ribu pengikut secara daring yang menonton dia saat berkhotbah atau menghadiri pawai.
Wirathu dituduh telah memicu kekerasan atas kaum Muslim dan Rohingya di Myanmar.
Dia langsung mendapat sorotan publik secara luas atas khotbahnya pada 2012, ketika kekerasan maut pecah di negara bagian Rakhine antara umat Muslim, kebanyakan adalah etnis Rohingya, dan umat Buddha.
Setahun kemudian, majalah Time menaruh fotonya di sampul depan dengan judul utama: Inikah wajah teror umat Buddha?
"Saya disalahpahami dan diserang. Rasanya ada kelompok yang membayar media untuk menjelek-jelekkan saya. Tentu itu media daring yang dikendalikan oleh Muslim," katanya kepada BBC tahun 2013.
Ia digambarkan sebagai "Bin Laden-nya penganut Buddha" di sebuah film dokumenter tahun 2015.
Pada 2017 dia dilarang berkhotbah selama setahun oleh otoritas tertinggi rohaniwan Buddha di Myanmar dan pada 2018 Facebook menghapus laman Wirathu atas ujaran kebencian.
Sebagai negara berpenduduk sekitar 54 juta jiwa, Myanmar didominasi oleh umat Buddha.
Berita Terkait
-
AS Sebut Penanganan COVID-19 Myanmar Terhambat Junta Militer
-
Aktivis Sebut Korban Tewas Kudeta Myanmar Tembus 1000 Orang
-
Sadis! Balita 1 Tahun Tewas Ditembak di Myanmar, Sang Ayah Luka-luka
-
Dubes Myanmar di PPB Jadi Target Pembunuhan, Junta Militer Bantah Terlibat
-
Pemimpin Junta Militer Myanmar Ulang Tahun, Rakyat Beri Kado Peti Mati
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Ajang Dunia MotoGPTM 2025 Jadi Penyelenggaraan Terbaik dan Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi Daerah
-
Ketimbang Berpolemik, Kubu Agus Diminta Terima SK Mardiono Ketum PPP: Digugat pun Bakal Sia-sia?
-
Bima Arya: PLBN Sebatik Harus Mampu Dongkrak Ekonomi Masyarakat Perbatasan
-
Jangan Lewatkan! HUT ke-80 TNI di Monas Ada Doorprize 200 Motor, Makanan Gratis dan Atraksi Militer
-
Menhan Bocorkan Isi Pertemuan Para Tokoh di Rumah Prabowo, Begini Katanya
-
Efek Revisi UU TNI? KontraS Ungkap Lonjakan Drastis Kekerasan Aparat, Papua Jadi Episentrum
-
Ajudan Ungkap Pertemuan 4 Mata Jokowi dan Prabowo di Kertanegara, Setelah Itu Pamit
-
SK Menkum Sahkan Mardiono Ketum, Muncul Seruan Rekonsiliasi: Jangan Ada Tarik-Menarik Kepentingan!
-
Jokowi Sambangi Prabowo di Kertanegara Siang Tadi Lakukan Pertemuan Hampir 2 Jam, Bahas Apa?
-
Catatan Hitam KontraS di HUT TNI: Profesionalisme Tergerus, Pelibatan di Urusan Sipil Kian Meluas!