Suara.com - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengungkapkan kalau Indonesia bakal menjadi presidensi perhelatan G20 mulai 1 Desember 2021 hingga 3 November 2022. Ini menjadi kali pertama bagi Indonesia menjadi presidensi sejak G20 didirikan.
Retno mengatakan bahwa serah terima dilakukan saat perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Roma pada 2021. Indonesia akan menjadi presidensi 150 pertemuan negara Argentina, Australia, Brazil, Kanada, China, Uni Eropa, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris, dan Amerika Serikat.
"Ini untuk pertama kalinya Indonesia memegang presidensi G20, sejak G20 didirikan dan ini tentunya merupakan kepercayaan," kata Retno dalam konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (14/9/2021).
Lebih lanjut, Retno menjelaskan mengenai perkiraan situasi dunia pada 2020 di mana telah diperkirakan kalau dunia belum akan sepenuhnya ke luar dari pandemi Covid-19.
Kalau dari aspek kesehatan, WHO menyampaikan harapan di akhir 2021 negara di seluruh dunia dapat melakukan vaksinasi 40 persen dari populasinya. Adapun 70 persen sebagai syarat herd immunity diharapkan dapat dicapai pada pertengahan 2022.
Sementara dari aspek ekonomi, Retno menuturkan ekonomi dunia turun hingga minus 3,2 persen pada 2020 sesuai data IMF. Untuk 2021, terdapat tren positif pertumbuhan yang diperkirakan mencapai 6 persen dan diharapkan dapat terus berlanjut pada 2022.
Selain itu, Retno mengatakan bahwa dunia juga memperkirakan masih adanya kerentanan serta kekhawatiran akan pertumbuhan yang belum akan merata.
"Dari sisi geopolitik diperkirakan rivalitas dari dua kekuatan besar masih akan berlanjut," ujarnya.
Berdasarkan tiga poin tersebut, maka menurut Retno spirit utama dari Indonesia yang menjadi presidensi G20 ialah pulih bersama. Pulih secara bersama itu memerlukan spirit, solidaritas kerja sama, kolaborasi, kemitraan dan inklusivitas.
Baca Juga: Presidensi G20, Apa Manfaatnya Bagi Ekonomi Indonesia?
"Inklusifitas akan menjadi salah satu kata kunci dalam presidensi G20 Indonesia, Indonesia tidak hanya akan memperhatikan kepentingan anggota G20 saja tapi juga kepentingan negara berkembang dan kelompok rentan."
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 7 Parfum Wangi Bayi untuk Orang Dewasa: Segar Tahan Lama, Mulai Rp35 Ribuan Saja
- 3 Pelatih Kelas Dunia yang Tolak Pinangan Timnas Indonesia
Pilihan
-
Harga Emas Hari Ini di Pegadaian Kompak Naik!
-
IHSG Berpeluang Menguat Hari Ini, Harga Saham INET dan BUVA Kembali Naik?
-
Zahaby Gholy Starter! Ini Susunan Pemain Timnas Indonesia U-17 vs Honduras
-
Tinggal Klik! Ini Link Live Streaming Timnas Indonesia U-17 vs Honduras
-
Siapa Justen Kranthove? Eks Leicester City Keturunan Indonesia Rekan Marselino Ferdinan
Terkini
-
Genjot Investasi, Pemprov Jateng Raih Penghargaan Pioneer of Economic Empowerment
-
Ini Jawaban Istana soal Rencana Ubah Rp1.000 jadi Rp1 dalam Waktu Dekat
-
Eks Direktur Bongkar Rahasia Terminal BBM Merak: Kenapa Harus Sewa Padahal Bisa Hemat Biaya Impor?
-
Viral! Detik-Detik Bentrok Ormas BPPKB Banten vs Debt Collector di Cengkareng, Bawa Bambu dan Batu
-
Ajukan PK Kasus Korupsi Asabri, Eks Dirut Adam Damiri Merasa Putusan Hakim Tidak Adil
-
Polisi Ringkus Penembak Pengacara di Tanah Abang, Pistol Didapat dari Timor Leste
-
Anomali Gizi Proyek PMT: KPK Butuh Sampel Biskuit untuk Jerat Koruptor Alkes Ibu Hamil
-
Jejak Riza Chalid Masih Gelap, Kejagung Perdalam Kasus Korupsi Pertamina Lewat Direktur Antam
-
LRT Jakarta Bakal Diperluas ke JIS dan PIK2, DPRD DKI Ingatkan Soal Akses Harian Warga
-
Cuma di Indonesia Diktator Seperti Soeharto Jadi Pahlawan, Akademisi: Penghinaan terhadap Akal Sehat