Suara.com - Dalam beberapa dekade terakhir perubahan iklim telah mengubah kondisi alam di Afghanistan, kata penduduk setempat, sehingga membuat kawasan tandus dan masyarakat sekitar berjuang lebih keras untuk bertahan hidup.
Banyak yang telah menyelamatkan diri ke negara tetangga Iran atau hidup dalam kemiskinan di kamp-kamp pengungsi di Afghanistan karena kekeringan yang berulang kali terjadi.
"Saya ingat dari masa kecil saya … ada banyak salju di musim dingin, di musim semi kami banyak hujan,” kata Abdul Ghani, 53, seorang pemimpin masyarakat setempat di desa Sang-e- Atash, di provinsi Badghis yang dilanda bencana.
"Namun, sejak beberapa tahun lalu ada kekeringan, tidak ada salju, apalagi hujan. Bahkan tidak mungkin untuk mendapatkan satu mangkuk air dari pipa saluran air hujan untuk digunakan,” katanya, saat dia mengamati organisasi Bulan Sabit Merah membagikan persediaan makanan darurat musim dingin kepada para petani yang panennya benar-benar gagal.
Tahun kedua kekeringan yang parah melanda Afganistan telah secara dramatis memperburuk situasi yang sudah putus asa di negara itu.
Ditambah lagi dengan perang selama empat dekade, warga Afganistan juga harus menghadapi pandemi virus corona dan krisis ekonomi menyusul pembekuan aset internasional setelah Taliban merebut kekuasaan pada pertengahan Agustus.
Ancaman bencana kemanusiaan
Jutaan orang tidak dapat menafkahi diri mereka sendiri. Kelompok-kelompok bantuan memperingatkan akan meningkatnya krisis kekurangan gizi dan bencana kemanusiaan.
Bagi banyak keluarga di daerah Sang-e-Atash, bantuan Bulan Sabit Merah adalah satu-satunya penyelamat mereka saat musim dingin.
Baca Juga: Xinjiang Bantu Logistik Musim Dingin Senilai Rp670 M kepada Duafa Afghanistan
Kepala Organisasi Bulan Sabit Merah untuk Afganistan barat, Mustafa Nabikhil, mengatakan 558 keluarga telah menerima bantuan makanan selama tiga hari, berupa tepung, beras, kacang-kacangan, minyak goreng, gula, garam, teh, dan biskuit berkalori tinggi yang diperkaya vitamin.
Petani Badghis sangat rentan karena wilayah tersebut tidak memiliki sistem irigasi, membuat mereka bergantung pada cuaca, kata Nabikhil.
Jika hujan, mereka akan makan dan sebaliknya. "Tidak ada solusi, kami hancurkan saja,” kata Ghani.
"Kami tidak bisa pergi ke mana pun, ke negara asing. Kami tidak punya uang. Kami tidak punya apa-apa. Pada akhirnya kami harus menggali kuburan kita dan mati.”
Necephor Mghendi, Kepala Delegasi Afghanistan dari Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, mengatakan kekeringan menyebabkan "kekurangan pangan yang mengkhawatirkan, dengan sekitar 22,8 juta orang — lebih dari 55% populasi Afganistan — mengalami tingkat kekurangan pangan akut yang tinggi.”
Kekeringan parah telah mempengaruhi lebih dari 60% provinsi di negara itu, katanya, "tetapi tidak ada satu pun provinsi yang tidak terpengaruh, karena beberapa menghadapi kekeringan serius atau sedang.”
Berita Terkait
-
Fosil Iklim Ungkap Fakta Mengejutkan: Pemanasan Global Terburuk Justru Belum Dimulai!
-
Asap Kebakaran Hutan Jadi Masalah Lintas Negara: Solusi Sudah Ada, Tapi Kenapa Diabaikan?
-
Bridgestone Indonesia Perkuat Konservasi Gunung Sanggabuana Sekaligus Berdayakan Masyarakat
-
Kenapa Mobil Warna Gelap Bisa Bikin Bumi Makin Panas? Ini Penjelasan Ahli
-
Pariwisata Indonesia Tertekan Perubahan Iklim, Bisakah Tetap Berkelanjutan?
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Kamera Terbaik September 2025
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
-
Kursi Menteri BUMN Kosong, Siapa Pengganti Erick Thohir?
Terkini
-
Hitung Mundur Dimulai? Analis Sebut Kapolri Diganti Usai Hari TNI, Ini Sinyalnya
-
DPRD 'Geruduk' Parkir Ilegal di Jaktim, Dua Lokasi Disegel Paksa, Potensi Pajak Miliaran Bocor
-
'Keterangan Anda Berubah!' Detik-detik Saksi PT Poison Ditegur Hakim di Sidang Sengketa Tambang
-
Saatnya 'Perbarui' Aturan Main, DPR Genjot Revisi Tiga UU Kunci Politik
-
Noel Dikabarkan Mau Jadi Justice Collaborator, KPK: Belum Kami Terima
-
Jejak Korupsi Noel Melebar, KPK Bidik Jaringan Perusahaan PJK3 yang Terlibat Kasus K3
-
Anggotanya Disebut Brutal Hingga Pakai Gas Air Mata Kedaluarsa Saat Tangani Demo, Apa Kata Kapolri?
-
Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
-
Dikabarkan Hilang Usai Demo Ricuh, Bima Permana Ditemukan di Malang, Polisi: Dia Jualan Barongsai
-
Berawal dari Rumah Gus Yaqut, KPK Temukan Jejak Aliran Dana 'Janggal' ke Wasekjen Ansor