Suara.com - Sejumlah anggota polisi di China selatan mengarak empat orang pelanggar yang mengenakan pakaian pelindung diri di jalan-jalan sebagai tindakan untuk mempermalukan mereka di hadapan umum.
Keempat laki-laki itu dituduh menyelundupkan manusia ke perbatasan China yang sebagian besar masih ditutup karena Covid.
Insiden ini terjadi di kota Jingxi di provinsi Guangxi dan direkam dengan kamera oleh para pemantau.
Aksi itu menarik perhatian warga yang menyaksikan empat laki-laki tersebut dikawal oleh polisi bersenjata.
Baca juga:
- Pengantin pesanan China: Pengakuan para perempuan Indonesia yang masih 'terperangkap' di China
- Mengapa orang China tidak suka pakai email?
- Isyarat tangan yang membuat pemerintah China gelisah
Tindakan mempermalukan tersebut menimbulkan reaksi beragam di online, termasuk di media online milik negara.
Satu media China mengatakan langkah itu melanggar semangat penegakan hukum.
Foto-foto dan video dari insiden ini, yang terjadi pada 28 Desember, memperlihatkan empat pria itu sedang berjalan melewati area kota dengan kawalan polisi.
Membawa poster mencantumkan nama dan foto pelaku
Baca Juga: Pergi Tanpa Pamit, Remaja di Makasar Jadi Korban Perdagangan Manusia, Dijadikan PSK
Mereka membawa poster yang bertuliskan nama dan foto mereka. Beberapa warga terlihat menyaksikan arak-arakan tersebut.
Media Guangxi Daily, yang dikelola oleh pemerintah, mengatakan tindakan pendisiplinan itu dilakukan guna mencegah pelanggaran mereka yang melintas perbatasan.
Upaya itu juga disebutkan untuk mendorong agar warga mematuhi upaya pencegahan dan pengendalian pandemi.
Media pemerintah menggambarkan situasi Covid saat ini di daerah perbatasan sebagai "parah dan kompleks".
Baca juga:
- Sinophobia: Bagaimana virus mengungkap ketakutan terhadap China
- Bagaimana 'kemakmuran bersama' ala Xi Jinping di China bisa pengaruhi dunia?
- Pengalaman pria makan di hampir 8.000 restoran China di AS
China, negara tempat Covid-19 pertama kali ditemukan pada akhir 2019, mencatat total 4.849 kematian dan 114.365 kasus, dengan 203 kasus baru dilaporkan pada Selasa (28/12).
Negara itu mengejar strategi nol-Covid yang ketat, menggunakan tes massal dan kebijakan lockdown untuk menghentikan wabah.
China juga memiliki program vaksinasi yang kuat, dengan 86% populasinya sekarang sepenuhnya sudah divaksin.
Reaksi beragam di media sosial
Arak-arakan untuk mempermalukan tersebut disambut reaksi beragam di situs media sosial Weibo. Tagar mengenai hal ini menjadi topik trending teratas.
Sejumlah orang mengatakan pawai itu mengingatkan mereka pada penghinaan publik dari ratusan tahun silam.
Sementara lainnya berempati dengan upaya yang diperlukan demi mengendalikan penyebaran virus di dekat perbatasan.
"Apa yang lebih menakutkan ketimbang berparade di jalan-jalan adalah banyaknya komentar yang mendukung pendekatan ini," tulis seorang pengguna Weibo.
Media Beijing News, yang dikelola negara, mengatakan bahwa "tindakan itu sangat melanggar semangat supremasi hukum dan tidak dapat dibiarkan terjadi lagi".
Apa tanggapan pemerintah kota?
Namun, Biro Keamanan Umum Kota Jingxi dan pemerintah setempat membela arak-arakan tersebut.
Mereka mengklaim bahwa itu adalah "kegiatan peringatan disipliner di tempat" dan bahwa tidak ada "ketidaksesuaian", ungkap media setempat.
Baca juga:
- Mengapa menjadi 'crazy rich' di China tidak lagi keren?
- Bayi yang lahir di China kini tidak sebanyak dulu, apa sebabnya?
- Miliarder vokal China dipenjara selama 18 tahun
Pada 2007, sebuah pemberitahuan dari pihak berwenang di China telah melarang parade tahanan yang dijatuhi hukuman mati.
Mempermalukan di depan publik adalah hal biasa selama revolusi budaya dan kini hal itu jarang dilakukan lagi.
Pada 2006, sekitar 100 pekerja seks dan beberapa klien mereka dipaksa mengenakan seragam penjara warna kuning dan diarak di jalan-jalan.
Anda mungkin tertarik video ini.
Berita Terkait
-
Rahayu Ingatkan Brutalnya Mafia Perdagangan Manusia: Mereka Bisa Hilangkan Orang
-
30 Juli Memperingati Hari Apa? Peringatan untuk Persahabatan, Kepedulian, dan Ikrar Kemanusiaan
-
Sindikat Perdagangan Bayi Internasional Terbongkar, Polda Jabar Tangkap 13 Orang
-
Jaringan Perdagangan Bayi Lintas Negara Digulung, Modus Pesan 'Produk' dari Rahim Ibu
-
Benarkah Isu Diplomat Arya Daru Dibunuh Karena Endus Mafia Perdagangan Manusia? Ini Kata Kemlu
Terpopuler
- 6 HP 5G Paling Murah di Bawah Rp 4 Juta, Investasi Terbaik untuk Gaming dan Streaming
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 29 November: Ada Rivaldo, Ribuan Gems, dan Kartu 110-115
- Bercak Darah di Pohon Jadi Saksi Bisu, Ini Kronologi Aktor Gary Iskak Tewas dalam Kecelakaan Maut
- 5 Shio Paling Beruntung Hari Ini Minggu 30 November 2025, Banjir Hoki di Akhir Bulan!
- 7 Rekomendasi Motor Paling Tangguh Terjang Banjir, Andalan saat Musim Hujan
Pilihan
-
6 Mobil Turbo Bekas untuk Performa Buas di Bawah Rp 250 Juta, Cocok untuk Pecinta Kecepatan
-
OPEC Tahan Produksi, Harga Minyak Dunia Tetap Kokoh di Pasar Asia
-
Menteri UMKM Sebut Produk Tak Bermerek Lebih Berbahaya dari Thrifting: Tak Terlihat tapi Mendominasi
-
Telkom Siapkan Anak Usaha Terbarunya infraNexia, Targetkan Selesai pada 2026
-
Ironi di Kandang Sendiri: UMKM Wajib Sertifikasi Lengkap, Barang China Masuk Bebas?
Terkini
-
Ada Ancaman di Balik Korupsi NTB? 15 Anggota DPRD Ramai-ramai Minta Perlindungan LPSK
-
Kemenag Jelaskan Dasar Ilmiah dan Fikih Penetapan Waktu Subuh: Bukan Perkiraan, Tapi Hasil Ijtihad
-
Viral Aksi Zulhas Panggul Beras di Lumpur Banjir Padang, Janjikan Bantuan Dobel
-
Tampang Dewi Astutik, Buron Elite Narkoba Rp5 T, Terkulai di Kamboja Usai Sering Ganti Penampilan
-
Alasan Eks Ajudan Jokowi Dipanggil Kejaksaan dalam Dugaan Pencucian Uang
-
Kondisi Membaik, Penyidik Ambil Keterangan ABH Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta, Apa Hasilnya?
-
Status Internasional Bandara IMIP Dicabut, Said Didu Bongkar Sosok 'Bintang' di Baliknya
-
Nasabah Mirae Asset Kehilangan Puluhan Miliar, Tuding Sistem Lemah dan Lapor Polisi
-
Jejak Gus Yaqut di Skandal Kuota Haji, KPK Bongkar 'Permainan' Jatah Tambahan 20 Ribu
-
Respons Golkar Usai Bupati di Aceh Bilang Prabowo Presiden Seumur Hidup