Suara.com - Para ahli militer Taiwan mempelajari strategi perlawanan militer Ukraina ketika Rusia melancarkan invasi. Cina memang pernah mengutarakan ancaman untuk "mengembalikan“ Taiwan secara paksa.
Taiwan belakangan meningkatkan kesiagaan, sekalipun dari Cina belum ada nada ancaman baru.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengajukan gagasan "perang asimetris" untuk membuat pasukannya lebih sulit diserang.
Militer Taiwan kini mempelajari situasi perang di Ukraina. Yang dicermati Taiwan adalah penggunaan rudal presisi oleh Rusia, serta taktik pasukan Ukraina yang memberikan perlawanan dengan taktik yang baik, sekalipun mereka di atas kertas kalah jauh dalam kekuatan personel maupun persenjataan.
Ma Cheng-Kun, direktur Institut Pascasarjana Studi Urusan Militer Cina di Universitas Pertahanan Nasional Taiwan mengatakan, Ukraina telah menggunakan konsep yang jitu dengan persenjataan portabel untuk menghadang pasukan Rusia.
"Militer Ukraina telah memanfaatkan sepenuhnya perang asimetris, sangat efektif, dan sejauh ini berhasil menahan kemajuan Rusia," kata Ma Cheng Kun, yang juga penasihat pemerintah dalam masalah keamanan.
"Itulah yang juga dikembangkan secara proaktif oleh angkatan bersenjata kami,” jelasnya, menunjuk pada sistem senjata seperti roket anti kendaraan lapis baja-yang bisa ditembakkan dari bahu dan dirancang untuk perang jarak dekat.
"Dari penampilan Ukraina, kami bisa lebih percaya diri dengan penampilan kami sendiri," tambah pakar keamanan Taiwan itu.
Taiwan terlindung hambatan alami
Baca Juga: Biden dan Xi Bahas Ukraina, Militer Cina Provokasi Taiwan
Kementerian pertahanan Taiwan pekan lalu mengatakan, pihaknya berencana untuk menggandakan lebih dari dua kali lipat kapasitas produksi rudal menjadi hampir 500 unit pada tahun ini.
Termasuk versi upgrade dari rudal Hsiung Feng IIE, rudal serangan darat jarak jauh yang menurut pakar militer mampu mencapai target lebih jauh ke pedalaman Cina.
Para pengamat pertahanan juga menunjuk pada perbedaan besar antara posisi Taiwan dan Ukraina.
Pemerintah Taiwan misalnya berulang kali menekankan, ada penghalang alami Selat Taiwan yang memisahkannya dari daratan Cina.
Sedangkan Ukraina memiliki perbatasan darat yang sangat panjang dengan Rusia.
Hal itu memudahkan militer Taiwan mendeteksi tanda-tanda gerakan militer Cina, sehingga lebih mudah membuat persiapan menjelang invasi.
Berita Terkait
-
MBG Dinilai Efektif sebagai Instrumen Pengendali Harga
-
Ultimatum Keras Prabowo: Pejabat Tak Setia ke Rakyat Silakan Berhenti, Kita Copot!
-
Dicopot PSSI, Begini Statistik Suram Indra Sjafri Sepanjang 2025
-
Negosiasi Tarif Dagang dengan AS Terancam Gagal, Apa yang Terjadi?
-
Legislator DPR: YouTuber Ferry Irwandi Layak Diapresiasi Negara Lewat BPIP
Terpopuler
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- 7 HP Samsung Seri A Turun Harga hingga Rp 1 Jutaan, Mana yang Paling Worth It?
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Eks Pejabat KPI Tepis Tudingan Jaksa Atur Penyewaan Kapal dan Ekspor Minyak
-
Diperiksa KPK Soal Korupsi Haji, Gus Yaqut Pilih Irit Bicara: Tanya Penyidik
-
Buka-bukaan Kerry Riza di Sidang: Terminal OTM Hentikan Ketergantungan Pasokan BBM dari Singapura
-
MBG Dinilai Efektif sebagai Instrumen Pengendali Harga
-
Ultimatum Keras Prabowo: Pejabat Tak Setia ke Rakyat Silakan Berhenti, Kita Copot!
-
Legislator DPR: YouTuber Ferry Irwandi Layak Diapresiasi Negara Lewat BPIP
-
Racun Sianida Akhiri Pertemanan, Mahasiswa di Jambi Divonis 17 Tahun Penjara
-
Ramai Narasi Perpol Lawan Putusan MK, Dinilai Tendensius dan Tak Berdasar
-
Jurus Prabowo Setop Wisata Bencana: Siapa Pejabat yang Disentil dan Mengapa Ini Terjadi?
-
Gus Yahya Ajak Warga Nahdliyin Bersatu Hadapi Tantangan, Terutama Bencana Sumatra