Suara.com - Mitra garis keras dalam koalisi sayap kanan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak tawaran dari Amerika Serikat dan Prancis untuk menghentikan pertempuran di Lebanon selama 21 hari. Penolakan ini muncul saat Netanyahu berangkat ke Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk membahas situasi di Israel dan Lebanon.
Sebelum keberangkatannya, Netanyahu menegaskan komitmennya untuk memastikan pulangnya puluhan ribu warga Israel yang dievakuasi dari wilayah perbatasan utara.
Namun, pernyataan tersebut tidak cukup bagi para mitra koalisinya. Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, yang memimpin salah satu faksi nasionalis-religius, menyatakan bahwa Hizbullah harus dihancurkan dan hanya dengan penyerahan kelompok tersebut, warga yang dievakuasi dapat kembali ke rumah mereka.
"Musuh tidak boleh diberi waktu untuk pulih dari pukulan berat yang mereka terima," ujarnya.
Sementara itu, faksi kanan jauh yang dipimpin Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dijadwalkan mengadakan rapat darurat untuk membahas situasi tersebut, namun anggotanya telah menyatakan penolakan terhadap proposal gencatan senjata.
Dalam perkembangan terkini, Amerika Serikat dan Prancis, didukung oleh sekutu lainnya, menyerukan gencatan senjata di sepanjang "Garis Biru" yang membatasi Israel dan Lebanon untuk memberikan waktu bagi kedua belah pihak merundingkan solusi diplomatik.
Dalam seminggu terakhir, Israel meluncurkan serangan udara terberat terhadap Lebanon sejak Perang 2006, menyebabkan lebih dari 600 jiwa melayang.
Pertukaran tembakan antara Israel dan Hizbullah semakin memanas, dengan Hizbullah meluncurkan ratusan misil ke target di Israel, termasuk pusat ekonomi Tel Aviv, meskipun sistem pertahanan udara Israel berhasil membatasi kerusakan.
Komentar paling eksplisit mengenai kemungkinan serangan darat ke Lebanon disampaikan oleh kepala angkatan bersenjata Israel, yang memerintahkan pasukan di dekat perbatasan untuk bersiap-siap melaksanakan operasi.
Baca Juga: Ulasan Film Capernaum, Potret Kehidupan Pahit Seorang Anak di Jalanan Beirut
Namun, tidak jelas apakah pernyataan tersebut merupakan sinyal akan adanya operasi darat atau sekadar taktik negosiasi untuk menekan Hizbullah. Israel juga telah meningkatkan kekuatan di perbatasan utara dan memanggil dua brigade cadangan tambahan untuk sektor utara.
Ketegangan antara Israel dan Hizbullah telah berlangsung hampir setahun, dimulai sejak serangan pertama Hizbullah setelah kelompok Hamas menyerang komunitas di selatan Israel pada 7 Oktober lalu.
Berita Terkait
-
Ulasan Film Capernaum, Potret Kehidupan Pahit Seorang Anak di Jalanan Beirut
-
Pertemuan Tertutup Erdogan dengan PM Lebanon, Ini Yang Dibahas
-
Dari Lebanon ke Suriah, Kisah Pilu Warga Sipil yang Terperangkap dalam Lingkaran Setan Peperangan
-
Genosida Terang-terangan! Erdogan Kecam Kebisuan Dunia Atas Kekejaman Israel
-
"Mempelai Wanita Menjadi Martir", Kisah Pilu Calon Pengantin di Lebanon yang Tewas di Hari Pernikahannya
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
Terkini
-
Lebih 'Merdeka' di Balai Kota, Pramono Anung Blak-blakan: Jujur, Enak Jadi Gubernur
-
Fraksi Partai Nasdem Dukung Pilkada Lewat DPRD: Sesuai Konstitusi dan Pancasila
-
DPR Desak KPK Jelaskan Penghentian Penyelidikan Kasus Aswad Sulaiman Secara Transparan
-
Hadapi Tantangan Geografis, Pendidikan dan Kesejahteraan Anak di Maluku Utara Jadi Fokus
-
AMAN Catat Konflik 202 Ribu Hektare Wilayah Adat Bengkulu Sepanjang 2025
-
Harapan Publik Tinggi, KPK Tegaskan Penghentian Kasus Aswad Sulaiman Berbasis Alat Bukti
-
Rentetan Kecelakaan Kerja di Galangan PT ASL Shipyard Kembali Terjadi, Polisi Turun Tangan
-
Viral Sekelompok Orang Diduga Berzikir di Candi Prambanan, Pengelola Buka Suara
-
Bahlil Lahadalia Jamu Cak Imin dan Zulhas Hingga Dasco di Kediamannya, Bahas Apa?
-
Tak Bisa Beli Roti Gegara Cuma Punya Uang Tunai: Kenapa Toko Lebih Suka Cashless?