Suara.com - Presiden Amerika Serikat (AS) perintahkan pasukan militer untuk melakukan serangan ke lokasi penyimpanan senjata bawah tanah Houthi di Yaman.
Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengatakan, saat ini pasukan militer AS tengah melakukan serangan terhadap lima lokasi penyimpanan senjata bawah tanah di Yaman.
Senjata itu diketahui saat ini dikuasai oleh Houthi. Dalam sebuah pernyataan yang diposting di situs Departemen Pertahanan AS, Austin juga mengatakan bahwa pesawat pengebom siluman B-2 jarak jauh digunakan dalam serangan udara yang menargetkan fasilitas.
Fasilitas itu menampung berbagai jenis komponen senjata yang digunakan Houthi untuk menargetkan kapal sipil dan militer di seluruh wilayah.
“Penggunaan pesawat pengebom siluman jarak jauh B-2 Spirit milik Angkatan Udara AS menunjukkan kemampuan serangan global AS untuk mengambil tindakan terhadap sasaran-sasaran ini bila diperlukan, kapan saja, di mana saja,” katanya dilansir dari Arabnews.
Belum jelas kerusakan apa yang ditimbulkan akibat serangan tersebut. Namun, sangat jarang B-2 Spirit digunakan dalam serangan yang menargetkan kelompok Houthi, yang telah menyerang kapal selama berbulan-bulan di koridor Laut Merah selama perang Israel-Hamas di Jalur Gaza.
“Atas arahan Presiden Biden, saya mengizinkan serangan yang ditargetkan ini untuk semakin menurunkan kemampuan Houthi dalam melanjutkan perilaku destabilisasi mereka dan untuk melindungi serta mempertahankan pasukan dan personel AS di salah satu jalur perairan paling kritis di dunia,” kata Austin lebih lanjut.
Pengumumannya menyusul laporan TV Al Masirah milik Houthi pada Kamis pagi yang mengklaim serangan udara AS-Inggris menargetkan posisi Houthi di Yaman.
Al Masirah TV mengatakan serangan itu menargetkan ibu kota Sanaa dan kota Saada.
Baca Juga: Israel Putus Akses Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Kelompok Houthi mengatakan bahwa serangan tersebut menargetkan Sanaa, Dhamar, Hodeidah dan Al-Bayda, dan warga melaporkan asap tebal dan ledakan mengguncang pangkalan militer di daerah sasaran.
Pasukan AS dan Inggris telah dikerahkan di Laut Merah sejak milisi Houthi yang didukung Iran memulai kampanye drone dan rudal terhadap kapal-kapal komersial yang melewati Laut Merah, sebagai bentuk simpati terhadap warga Gaza yang diserang oleh Israel.
Serangan tersebut memaksa banyak perusahaan pelayaran menghindari Laut Merah dan mengambil jalur laut yang lebih panjang melewati pantai Afrika Selatan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
Tukar 5 Kapibara Jantan, Ragunan Resmi Boyong Sepasang Watusi Bertanduk Bernama Jihan dan Yogi
-
Ini Daftar Rute Transjakarta yang Beroperasi Hingga Dini Hari Selama Malam Tahun Baru 2026
-
Refleksi Akhir Tahun Menag: Bukan Ajang Euforia, Saatnya Perkuat Empati dan Spirit Kebangsaan
-
Malam Tahun Baru di Jakarta, Dishub Siapkan Rekayasa Lalu Lintas di Ancol, Kota Tua, hingga TMII
-
Gubernur Banten: Tingkat Pengangguran Masih Tinggi, Penataan Ulang Pendidikan Vokasi Jadi Prioritas
-
Perayaaan Tahun Baru di SudirmanThamrin, Pemprov DKI Siapkan 36 Kantong Parkir untuk Warga
-
Kaleidoskop DPR 2025: Dari Revisi UU Hingga Polemik Gaji yang Tuai Protes Publik
-
Sekolah di Tiga Provinsi Sumatra Kembali Normal Mulai 5 Januari, Siswa Boleh Tidak Pakai Seragam
-
Makna Bendera Bulan Bintang Aceh dan Sejarahnya
-
Antara Kesehatan Publik dan Ekonomi Kreatif: Adakah Jalan Tengah Perda KTR Jakarta?