Suara.com - Sebuah tragedi mematikan mengguncang kawasan French Quarter di New Orleans pada perayaan Tahun Baru, ketika sebuah truk pick-up Ford menabrak kerumunan orang di Bourbon Street. Insiden ini menewaskan 15 orang dan melukai puluhan lainnya.
Pelaku, Shamsud-Din Jabbar, 42 tahun, tewas dalam baku tembak dengan polisi beberapa saat setelah serangan terjadi.
Jabbar, warga negara AS asal Beaumont, Texas, adalah seorang veteran militer yang pernah bertugas di Angkatan Darat Amerika Serikat dari 2006 hingga 2015. Ia melanjutkan karier sebagai spesialis sumber daya manusia dan teknologi informasi di cadangan militer hingga 2020.
Jabbar sempat aktif dalam bisnis real estate dan dikenal melalui video promosi di YouTube yang menampilkan dirinya berbicara tentang layanan dan kemampuan negosiasinya.
Namun, catatan masa lalu Jabbar menunjukkan tanda-tanda masalah. Ia pernah ditangkap atas tuduhan pencurian pada 2002 dan mengemudi dengan lisensi yang tidak valid pada 2005. Selain itu, ia memiliki riwayat konflik rumah tangga, termasuk perintah penahanan sementara yang diajukan oleh mantan istrinya pada 2020.
Polisi menyatakan bahwa Jabbar dengan sengaja mengemudikan truk ke arah kerumunan, mencoba menimbulkan sebanyak mungkin korban jiwa.
“Perilaku ini sangat disengaja. Pelaku ingin menciptakan kehancuran,” kata Kepala Polisi Anne Kirkpatrick.
Setelah menabrakkan kendaraannya, Jabbar menembaki petugas polisi, melukai dua orang yang kini dalam kondisi stabil.
Di dalam truknya, ditemukan bendera ISIS, senjata api, dan perangkat yang diduga sebagai bahan peledak improvisasi (IED). Selain itu, dua IED lainnya ditemukan di kawasan French Quarter dan berhasil diamankan oleh FBI.
Meskipun awalnya FBI menduga Jabbar tidak bertindak sendirian, mereka kemudian mengesampingkan tiga tersangka lainnya. Penyelidikan masih berlangsung untuk menentukan apakah Jabbar memiliki keterkaitan dengan organisasi teroris tertentu atau apakah ia bertindak sendiri.
Baca Juga: Mimpi-mimpi yang Terenggut! Kisah Tragis Korban Serangan di New Orleans
Berita Terkait
-
Prancis Gempur ISIS di Suriah Pasca Kejatuhan Assad
-
Veteran LGBTQ Dipecat Karena Orientasi Seksual, Inggris Bayar Kompensasi Rp838 Juta Per Orang!
-
Suriah Jatuh ke Tangan Oposisi, AS Fokus Cegah ISIS Bangkit
-
Kekaisaran Narkoba Suriah Runtuh? Nasib Captagon Pasca Kejatuhan Assad
-
Kamala Harris Tampil Kompak Bersama Joe Biden Pasca Kekalahan Pemilu, Hadiri Penghormatan Veteran
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 7 Parfum Wangi Bayi untuk Orang Dewasa: Segar Tahan Lama, Mulai Rp35 Ribuan Saja
- 3 Pelatih Kelas Dunia yang Tolak Pinangan Timnas Indonesia
Pilihan
-
Zahaby Gholy Starter! Ini Susunan Pemain Timnas Indonesia U-17 vs Honduras
-
Tinggal Klik! Ini Link Live Streaming Timnas Indonesia U-17 vs Honduras
-
Siapa Justen Kranthove? Eks Leicester City Keturunan Indonesia Rekan Marselino Ferdinan
-
Menko Airlangga Ungkap Dampak Rencana Purbaya Mau Ubah Rp1.000 Jadi Rp1
-
Modal Tambahan Garuda dari Danantara Dipangkas, Rencana Ekspansi Armada Kandas
Terkini
-
DPR Dukung BGN Tutup Dapur SPPG Penyebab Keracunan MBG: Keselamatan Anak-anak Prioritas Utama
-
BMKG Peringatkan Potensi Cuaca Ekstrem Selama Seminggu, Jakarta Hujan Lebat dan Angin Kencang
-
Setelah Gelar Pahlawan, Kisah Soeharto, Gus Dur, hingga Marsinah akan Dibukukan Pemerintah
-
Dari Kelapa Gading ke Senayan: Ledakan SMA 72 Jakarta Picu Perdebatan Pemblokiran Game Kekerasan
-
Terungkap! Terduga Pelaku Bom SMA 72 Jakarta Bertindak Sendiri, Polisi Dalami Latar Belakang
-
Skandal Terlupakan? Sepatu Kets asal Banten Terpapar Radioaktif Jauh Sebelum Kasus Udang Mencuat
-
GeoDipa Dorong Budaya Transformasi Berkelanjutan: Perubahan Harus Dimulai dari Mindset
-
Usai Soeharto dan Gus Dur, Giliran BJ Habibie Diusulkan Dapat Gelar Pahlawan Nasional
-
PN Jaksel Tolak Praperadilan PT Sanitarindo, KPK Lanjutkan Proses Sidang Korupsi JTTS
-
Dimotori Armand Maulana dan Ariel Noah, VISI Audiensi dengan Fraksi PDIP Soal Royalti Musik