Suara.com - Serangan rudal Iran ke wilayah Israel memicu kepanikan massal dan membuat ribuan warga mencari perlindungan di bunker-bunker darurat.
Di tengah situasi genting ini, beredar video yang diklaim sebagai potret diskriminasi antar sesama.
Warga Israel disebut menolak tetangga mereka masuk ke tempat perlindungan hanya karena mereka berasal dari gedung apartemen yang berbeda.
Kejadian ini terekam dalam sebuah video yang dibagikan oleh akun @MuhammadSmiry di platform X, segera menjadi viral serta menuai kecaman dari publik.
"Warga Israel menolak mengizinkan warga Israel lainnya masuk ke tempat perlindungan saat pengeboman, meskipun mereka membawa anak-anak, hanya karena mereka berasal dari gedung yang berbeda," tulis akun tersebut.
Dalam situasi perang atau serangan berskala besar, solidaritas biasanya muncul secara alami sebagai refleks kemanusiaan.
Warganet dari berbagai belahan dunia pun ramai mengomentari unggahan viral tersebut.
"Mereka bahkan tidak saling menyukai. Satu-satunya hal yang menyatukan mereka hanyalah tujuan bersama untuk mencuri dan melakukan genosida," komentar salah seorang warganet.
Sebagaimana diketahui, Israel diyakini melakukan genosida terhadap warga Gaza, Palestina selama bertahun-tahun.
Baca Juga: Arie Untung Rekam Gharqad, Tumbuhan yang Disebut Nabi Muhammad Tempat Sembunyi Orang Yahudi
"Sudah pasti mereka tidak punya empati kemanusiaan, karena terhadap sesama mereka saja tidak terlihat adanya rasa kemanusiaan," bunyi komentar yang lebih tajam.
Insiden penolakan ini bukan kasus pertama yang menunjukkan diskriminasi di Israel, terutama dalam konteks akses ke tempat perlindungan.
Sebelumnya, sejumlah warga Palestina yang tinggal di wilayah Israel, baik Muslim maupun Kristen, juga mengalami perlakuan serupa.
Mereka ditolak masuk ke bunker saat rudal Iran menggempur wilayah Tel Aviv dan sekitarnya.
Kasus diskriminasi itu terjadi di Jalan Yehuda Hayamit, di mana sekitar 12 warga Palestina yang sebelumnya sempat menggunakan tempat perlindungan mendapati bahwa kode akses masuk telah diubah tanpa pemberitahuan.
Mereka mengatakan kepada Middle East Eye bahwa tindakan ini dilakukan setelah mereka berlindung di sana selama beberapa hari saat sirene peringatan dibunyikan.
Kesaksian datang dari Nasir Ktelat, warga Palestina yang tinggal di lantai empat gedung apartemen tua di kawasan tersebut.
Ktelat menceritakan bahwa dia dan tetangganya awalnya diberi akses ke tempat perlindungan oleh seseorang dari komite gedung.
Ketika serangan terjadi, mereka terbiasa berkumpul di tempat itu.
Namun akhir pekan lalu, ketika mereka kembali memasuki bunker, warga Yahudi Israel dari gedung baru membuat mereka merasa tidak diterima.
Dia juga menyampaikan bahwa lingkungan di Jalan Yehuda Hayamit merupakan kawasan permukiman campuran antara bangunan lama dan gedung baru.
Anehnya, warga Yahudi yang tinggal di gedung lama tetap diperbolehkan menggunakan tempat perlindungan tersebut, sedangkan warga Palestina tidak.
Tempat perlindungan yang seharusnya menjadi ruang aman bagi semua orang, tanpa melihat latar belakang, justru menjadi simbol eksklusi.
Sayangnya, hal tersebut sepertinya tidak berlaku bagi warga Israel yang ramai dicap zionis.
Sebagai informasi, serangan rudal Iran ke Israel terjadi sebagai respons atas serangan udara Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus awal April lalu.
Iran meluncurkan lebih dari 300 drone dan rudal balistik ke wilayah Israel, menargetkan sejumlah lokasi strategis termasuk Tel Aviv dan Yerusalem.
Serangan tersebut menandai eskalasi besar dalam ketegangan antara kedua negara dan menjadi salah satu konfrontasi langsung paling serius dalam beberapa dekade terakhir.
Sistem pertahanan rudal Iron Dome memainkan peran krusial dalam mencegat rudal yang masuk.
Menariknya, ada banyak rudal yang lolos dan menghancurkan banyak sudut kota Tel Aviv.
Kontributor : Chusnul Chotimah
Berita Terkait
-
Arie Untung Rekam Gharqad, Tumbuhan yang Disebut Nabi Muhammad Tempat Sembunyi Orang Yahudi
-
Iran Tembak Jatuh Pesawat Canggih Seharga Rp4,5 Triliun Milik Israel
-
Timur Tengah Memanas, SBY Sebut Nama Pemimpin yang Bisa Hentikannya Jadi Perang Dunia III
-
Namanya Ada di Surat Al Fill, Inilah Kehebatan Rudal Sejjil Iran yang Ditembakkan ke Israel
-
Perang Iran-Israel Bikin Dunia Waswas, SBY Ungkap Pemimpin Gemar Berperang, Siapa?
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Kamera Terbaik September 2025
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
-
Kursi Menteri BUMN Kosong, Siapa Pengganti Erick Thohir?
Terkini
-
Hitung Mundur Dimulai? Analis Sebut Kapolri Diganti Usai Hari TNI, Ini Sinyalnya
-
DPRD 'Geruduk' Parkir Ilegal di Jaktim, Dua Lokasi Disegel Paksa, Potensi Pajak Miliaran Bocor
-
'Keterangan Anda Berubah!' Detik-detik Saksi PT Poison Ditegur Hakim di Sidang Sengketa Tambang
-
Saatnya 'Perbarui' Aturan Main, DPR Genjot Revisi Tiga UU Kunci Politik
-
Noel Dikabarkan Mau Jadi Justice Collaborator, KPK: Belum Kami Terima
-
Jejak Korupsi Noel Melebar, KPK Bidik Jaringan Perusahaan PJK3 yang Terlibat Kasus K3
-
Anggotanya Disebut Brutal Hingga Pakai Gas Air Mata Kedaluarsa Saat Tangani Demo, Apa Kata Kapolri?
-
Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
-
Dikabarkan Hilang Usai Demo Ricuh, Bima Permana Ditemukan di Malang, Polisi: Dia Jualan Barongsai
-
Berawal dari Rumah Gus Yaqut, KPK Temukan Jejak Aliran Dana 'Janggal' ke Wasekjen Ansor