Suara.com - Dalam setiap kasus kematian yang tidak wajar, sorotan investigasi seringkali mengarah pada lingkaran terdekat korban. Teori ini kembali mengemuka dalam kasus kematian misterius diplomat muda, Arya Daru Pangayunan.
Mantan Wakabareskrim Polri, Irjen Pol (Purn) Bekto Suprapto, secara implisit menggarisbawahi pentingnya menelusuri jejak orang-orang terdekat korban untuk menemukan titik terang.
"Bisa masalah pribadi atau orang terdekat," ujar Bekto, mengindikasikan bahwa motif di balik kematian tragis ini bisa berasal dari konflik personal yang intim.
Pernyataan ini membuka spektrum penyelidikan yang lebih luas, tidak hanya terpaku pada apakah ini bunuh diri atau pembunuhan oleh orang asing, tetapi juga kemungkinan adanya "musuh dalam selimut".
Dalam kriminologi, statistik menunjukkan bahwa pelaku kekerasan fatal seringkali adalah orang yang dikenal oleh korban, baik itu anggota keluarga, pasangan, teman, maupun rekan kerja.
Motifnya pun beragam, mulai dari masalah asmara, utang-piutang, persaingan bisnis atau karir, hingga dendam pribadi yang terpendam lama.
Bekto Suprapto menekankan beberapa metode investigasi yang sangat relevan untuk menguji hipotesis keterlibatan orang dekat ini. Pertama, pemeriksaan forensik digital pada ponsel korban.
"Polisi sangat paham mengecek telepon itu, incoming call, outgoing call, SMS, WA, kemudian lokasi dan sebagainya," jelasnya saat di acara petang sore, TVone.
Komunikasi terakhir korban dengan orang-orang terdekatnya bisa mengungkap adanya pertengkaran, ancaman, atau pembicaraan janggal yang dapat menjadi motif.
Baca Juga: Kasus Arya Daru Gampang Diusut, Kata Bekto Suprapto: Tapi Ada Syaratnya
Kedua, pemeriksaan keterangan saksi dari lingkaran pertemanan dan keluarga. Siapa yang terakhir bersama korban? Adakah perubahan perilaku korban beberapa hari sebelum kejadian? Apakah korban pernah bercerita tentang masalah yang sedang dihadapinya dengan seseorang? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini sangat krusial.
Ketiga, analisis CCTV tidak hanya untuk mengidentifikasi orang asing, tetapi juga untuk melacak pergerakan orang-orang yang dikenal korban di sekitar lokasi kejadian pada rentang waktu kematian. Apakah ada orang dekat yang terekam berada di lokasi namun tidak mengakui keberadaannya?
Dalam kasus diplomat seperti Arya, faktor pekerjaan juga tidak bisa diabaikan. Apakah ada kasus atau informasi sensitif yang sedang ditanganinya yang mungkin membuat seseorang dari lingkungan profesionalnya merasa terancam? Ini menambah lapisan kompleksitas pada penyelidikan.
Dugaan bunuh diri yang terlihat "direkayasa" juga bisa menjadi taktik pelaku dari kalangan terdekat untuk mengaburkan jejak.
Pelaku yang mengenal kebiasaan dan kondisi psikologis korban mungkin lebih mampu menciptakan skenario yang seolah-olah meyakinkan sebagai tindakan bunuh diri.
Oleh karena itu, fokus penyidik saat ini tidak hanya pada "bagaimana" korban meninggal, tetapi juga "siapa" yang memiliki motif terkuat untuk menginginkan kematiannya. Seperti yang disiratkan oleh Bekto, jawaban atas misteri kematian diplomat muda ini mungkin tidak berada jauh, melainkan tersembunyi di antara orang-orang yang setiap hari menyapanya.
Berita Terkait
-
Kasus Arya Daru Gampang Diusut, Kata Bekto Suprapto: Tapi Ada Syaratnya
-
Eks Wabareskrim: Periksa Arya Daru Pangayunan Kidal Atau Tidak!
-
Kenapa Penjaga Kos Celingak-celinguk ke Kamar Arya Daru Pangayunan?
-
5 Kunci Ungkap Kematian Janggal Diplomat Muda Menurut Mantan Wakabareskrim
-
Kasus Diplomat Tewas: Bekto Suprapto Curigai Lakban di Kepala, Bunuh Diri Tak Masuk Akal?
Terpopuler
- 6 Sepatu Adidas Diskon 60 Persen di Sports Station, Ada Adidas Stan Smith
- Kronologi Lengkap Petugas KAI Diduga Dipecat Gara-Gara Tumbler Penumpang Hilang
- 5 Moisturizer dengan Alpha Arbutin untuk Memudarkan Flek Hitam, Cocok Dipakai Usia 40-an
- 15 Merek Ban Mobil Terbaik 2025 Sesuai Kategori Dompet Karyawan hingga Pejabat
- 10 Mobil Terbaik untuk Pemula yang Paling Irit dan Mudah Dikendalikan
Pilihan
-
Viral Tumbler Tuku di Jagat Maya, Berapa Sebenarnya Harganya? Ini Daftar Lengkapnya
-
Tidak Ada Nasi di Rumah, Ibu di Makassar Mau Lempar Anak ke Kanal
-
Cuaca Semarang Hari Ini: Waspada Hujan Ringan, BMKG Ingatkan Puncak Musim Hujan Makin Dekat
-
Menkeu Purbaya Mau Bekukan Peran Bea Cukai dan Ganti dengan Perusahaan Asal Swiss
-
4 HP dengan Kamera Selfie Beresolusi Tinggi Paling Murah, Cocok untuk Kantong Pelajar dan Mahasiswa
Terkini
-
Dukung Sekolah 'Tendang' Anak Jenderal Kurang Ajar, Apa Alasan Prabowo Minta Guru Tegas ke Siswa?
-
Senyum Merekah Ira Puspadewi, Eks Dirut ASDP Resmi Bebas dari Rutan KPK
-
Presiden Prabowo Kerahkan 4 Pesawat Militer untuk Bantuan Bencana di Sumatra
-
PBNU Ungkap Alasan Copot Gus Ipul dari Posisi Sekjen: Banyak SK Mandek
-
Ribuan Personel Gabungan Jaga Ketat Laga Persija vs PSIM di GBK: Suporter Diimbau Tertib
-
Rapat Harian PBNU Putuskan Rotasi Besar, Gus Ipul Dicopot dari Jabatan Sekjen!
-
Bocoran Baleg DPR: Kenapa RUU Danantara dan RUU Kejaksaan Dihapus dari Prolegnas 2026?
-
Bupati Mojokerto Ajak Karang Taruna dan Sentra Komunikasi Sosialisasi Ketentuan Cukai Ilegal
-
Dana Rp90 Miliar Raib di Akun Sekuritas, Korban Laporkan Mirae Asset ke Bareskrim
-
Jerat Impor Tembakau: Saat Petani Lokal Merugi dan Rokok Murah Mengancam Remaja