Suara.com - Kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengubah nama RSUD Al Ihsan menjadi RSUD Welas Asih kini menjadi medan pertempuran gagasan.
Jauh dari sekadar perubahan papan nama, langkah ini dibedah habis oleh kalangan akademisi sebagai cermin kebijakan publik yang tuli, boros, dan lebih mencerminkan selera pribadi penguasa ketimbang kebutuhan nyata rakyat.
Dosen Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Suwatno, menjadi salah satu suara paling keras yang membongkar logika di balik kebijakan yang ia sebut "politis daripada rasional" ini.
Baginya, nama "Welas Asih" yang indah justru menutupi sebuah keputusan yang minim welas asih pada proses demokrasi dan anggaran publik.
Monolog Kekuasaan Tanpa Dengar Suara Rakyat
Pertanyaan paling fundamental yang dilontarkan Suwatno adalah soal proses. Di alam demokrasi, sebuah kebijakan yang berdampak luas seharusnya lahir dari dialog. Namun, dalam kasus ini, ia menuding adanya monolog kekuasaan.
"Apakah pernah dilakukan survei atau minimal public hearing? Apakah ada aspirasi masyarakat yang benar-benar menuntut penggantian nama? Ataukah ini sekadar refleksi selera pribadi yang dibungkus dalam dalih kebudayaan?" gugat Suwatno dalam keterangannya dikutip dari ANTARA, Kamis (17/7/2025).
Baginya, ini adalah gejala berbahaya di mana pemerintah daerah bertindak gegabah tanpa riset sosial yang memadai.
Penamaan institusi publik, tegasnya, bukanlah ranah privat kepala daerah, melainkan milik rakyat yang harus mencerminkan aspirasi mereka.
Baca Juga: Resmi Jadi Mantu Dedi Mulyadi, Kok Putri Karlina Minta Maaf ke Warga Garut?
Jika tidak, "maka kebijakan ini tak ubahnya menjadi simbolisasi kekuasaan yang tidak menyentuh kebutuhan publik secara nyata."
Sibuk Poles Simbol, Abaikan Substansi Layanan
Kritik paling tajam diarahkan pada prioritas pemerintah. Di saat rumah sakit mungkin masih bergelut dengan antrean panjang, kelambanan layanan, atau kekurangan sumber daya, energi dan anggaran justru dialihkan untuk proyek "ganti nama".
"Jika layanan kesehatan masih lamban, antrean pasien masih panjang, keluhan masyarakat masih banyak, maka mengganti nama tidak akan membawa perubahan berarti. Malah justru bisa menimbulkan kesan bahwa pemerintah daerah lebih sibuk mengurus simbol ketimbang substansi," ucapnya.
Suwatno mengingatkan bahwa branding bukan sekadar mengganti logo di kop surat atau baliho. Nama "Al Ihsan" adalah sebuah merek yang telah tertanam dalam benak masyarakat Jawa Barat.
Mengubahnya berarti mengulang proses membangun kepercayaan dari nol dan membakar investasi memori kolektif yang tak ternilai. Belum lagi konsekuensi biaya raksasa yang mengikutinya.
Berita Terkait
-
Resmi Jadi Mantu Dedi Mulyadi, Kok Putri Karlina Minta Maaf ke Warga Garut?
-
Wajah Baru TPA Sarimukti, Dedi Mulyadi Siapkan Rp150 Juta per KK untuk Bongkar Bangunan Liar
-
Bukan Pramono Anung, Ketua RT Gen Z Ini Justru Terinspirasi Dedi Mulyadi
-
Takut Kena Gratifikasi, Dedi Mulyadi Suruh Tamu Nikahan Anak Bawa Pohon di Bawah Rp300 Ribu
-
Dedi Mulyadi Turun Tangan Usut Kasus Dugaan Siswa SMAN 6 Garut Bunuh Diri Karena Dibully
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Seharga NMax yang Jarang Rewel
- Here We Go! Peter Bosz: Saya Mau Jadi Pelatih Timnas yang Pernah Dilatih Kluivert
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Sosok Timothy Anugerah, Mahasiswa Unud yang Meninggal Dunia dan Kisahnya Jadi Korban Bullying
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
Pilihan
-
Kebijakan Sri Mulyani Kandas di Tangan Purbaya: Pajak Pedagang Online Ditunda
-
Harga Emas Hari Ini Turun Lagi! Antam di Pegadaian Jadi Rp 2.657.000, UBS Stabil
-
Hasil Drawing SEA Games 2025: Timnas Indonesia U-23 Ketiban Sial!
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
-
Pemerintah Buka Program Magang Nasional, Siapkan 100 Ribu Lowongan di Perusahaan Swasta Hingga BUMN
Terkini
-
Mahfud MD Heran Disuruh KPK Lapor Dugaan Korupsi Whoosh: Aneh, Panggil Saja Saya
-
Nekat Bobol Rumah Tetangga Sendiri, Aksi Pencuri di Jagakarsa Berakhir Nahas Karena Sprei Putus
-
Maling Apes di Jagakarsa: Niat Gasak Harta Tetangga, Malah Jatuh dari Plafon, Endingnya Bonyok
-
IRENA: Dunia Butuh Dua Kali Lipat Aksi untuk Selamat dari Krisis Iklim
-
Pelesiran ke Kantor dari Penjara, Terpidana Korupsi Surya Darmadi Dibuang ke Nusakambangan
-
6 Fakta Komisaris TJ dan Ketua GP Ansor Jakarta Ancam 'Gorok' Leher Karyawan Trans7
-
Evaluasi Setahun Pemerintahan Prabowo, Kinerja Kemenkes hingga BGN Dinilai Layak Dievaluasi
-
Transjakarta Ogah Dikaitkan Orasi 'Ancaman' Ketua GP Ansor DKI saat Demo Trans7, Mengapa?
-
Putus Cinta Bikin Gelap Mata, Pria di Jagakarsa Bakar Rumah Keluarga Mantan Kekasih
-
Buntut Langgar SOP, BGN Setop Operasional 106 SPPG