Suara.com - Kejaksaan Agung (Kejagung) secara resmi menyatakan perang hukum terhadap putusan Majelis Hakim Pengadilan Tipikor Jakarta dalam kasus impor gula yang menjerat Tom Lembong.
Dengan vonis 4 tahun 6 bulan penjara terhadap Tom Lembong di PN Tipikor Jakarta, pertarungan kini bergeser dari ruang sidang ke tingkat yang lebih tinggi.
Senjata utama jaksa bukanlah argumentasi abstrak, melainkan bukti dingin dan nyata yang sudah ada di tangan mereka: aset sitaan senilai lebih dari setengah triliun rupiah, sebuah angka yang telak menampar vonis hakim.
Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung, Anang Supriatna, membeberkan alasan utama di balik langkah banding ini.
"Salah satu alasan JPU mengajukan vonis lantaran adanya perbedaan pendapat terkait kerugian negara," kata Anang di Jakarta, Rabu (23/7/2025) dikutip dari ANTARA.
Perbedaan pendapat ini bukan sekadar selisih kecil. Mari kita bedah perbedaannya:
- Versi Majelis Hakim: Kerugian negara ditetapkan hanya Rp194,72 miliar. Hakim bahkan secara eksplisit menolak selisih bea masuk sebesar Rp320,69 miliar sebagai bagian dari kerugian negara.
- Versi Jaksa Penuntut Umum (JPU): Sejak awal, JPU mendakwakan kerugian negara yang jauh lebih masif, yakni Rp578,1 miliar.
Di sinilah letak anomali terbesar yang menjadi amunisi utama Kejagung. Jauh sebelum vonis dibacakan, penyidik Kejagung telah berhasil mengamankan pengembalian uang dari para tersangka lain dalam kasus ini dengan nilai fantastis: Rp565 miliar.
Uang ini bukan angka imajiner, melainkan aset nyata yang sudah masuk dalam kas negara sebagai barang bukti.
Logikanya sederhana: Bagaimana mungkin kerugian negara hanya divonis Rp194,72 miliar, sementara negara sudah berhasil menyita uang hasil kejahatan sebesar Rp565 miliar?
Baca Juga: Serakahnomics: Jurusan Baru Usulan Prabowo untuk Bongkar Kejahatan Ekonomi di Indonesia
"Artinya ada selisih. Sementara, kami sudah menyita sampai sekitar Rp500 miliar. Itu salah satu objek dari memori banding,” tegas Anang.
Langkah banding ini menjadi sebuah deklarasi bahwa Kejagung menolak putusan yang mengabaikan bukti fisik hasil kerja keras penyidikan. Uang sitaan tersebut menjadi bukti tak terbantahkan bahwa skala kejahatan yang terjadi jauh melampaui apa yang dipertimbangkan oleh majelis hakim.
Vonis 4,5 tahun dan denda Rp750 juta yang diterima Tom Lembong didasarkan pada dakwaan bahwa ia telah menyalahgunakan wewenangnya.
Ia terbukti secara melawan hukum menerbitkan persetujuan impor gula kristal mentah kepada perusahaan-perusahaan yang seharusnya tidak berhak, tanpa melalui rapat koordinasi dan rekomendasi kementerian terkait.
Lebih jauh, ia dituduh tidak menunjuk BUMN untuk menjaga stabilitas harga gula, melainkan memberikan karpet merah kepada koperasi-koperasi terafiliasi aparat seperti Inkopkar dan Inkoppol. Tindakan inilah yang menurut jaksa menjadi biang kerok kerugian negara hingga Rp578,1 miliar.
Langkah banding Kejagung ini bukan hanya soal memperberat hukuman Tom Lembong. Ini adalah pertaruhan untuk menegakkan marwah penuntutan dan memastikan bahwa setiap rupiah kerugian negara yang telah terbukti—bahkan sudah kembali ke kas negara—diperhitungkan secara adil dalam palu godam keadilan.
Berita Terkait
-
Serakahnomics: Jurusan Baru Usulan Prabowo untuk Bongkar Kejahatan Ekonomi di Indonesia
-
3 Nalar Janggal di Balik Vonis Tom Lembong: Korupsi Tanpa Korupsi?
-
Mahfud MD: Kalau Saya Hakimnya, Banding Tom Lembong Dikabulkan!
-
Kasus Tom Lembong: Kenapa Kebijakan Gula 8 Tahun Lalu Kini Berujung Banding?
-
Eks Dirut Bank BJB Jadi Bintang Tamu KPK dan Kejagung: Dua Kasus Korupsi Sekaligus!
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Mensos Sebut Donasi Bencana Boleh Disalurkan Dulu, Izin dan Laporan Menyusul
-
Usai dari Pakistan, Prabowo Lanjut Lawatan ke Moscow, Bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin
-
Tragedi Terra Drone: Kenapa 22 Karyawan Tewas? Mendagri Siapkan Solusi Aturan Baru
-
Solidaritas Nasional Menyala, Bantuan Kemanusiaan untuk Sumatra Tembus 500 Ton
-
Nestapa Korban Tewas di Kebakaran Kantor Drone, KemenPPPA Soroti Perlindungan Pekerja Hamil
-
Ketua DPD RI Soal Bencana Sumatera Masih Tutup Keran Bantuan Asing: Bangsa Kita Masih Mampu
-
Kebakaran Gedung Terra Drone Jadi Alarm, Mendagri Panggil Kepala Daerah Bahas Izin Bangunan
-
Geger PBNU: Klaim Restu Ma'ruf Amin Dibantah Keras Keluarga, Siapa yang Sah?
-
Respons Gerakan 'Patungan Beli Hutan', Ketua DPD RI: Itu Sebenarnya Pesan Kepada Negara
-
Satpol PP Tindak Rumah Makan dan Tempat Pemotongan Anjing di Jakarta Timur